Contents
Monetaris mengacu pada ekonom yang memiliki keyakinan kuat bahwa perubahan jumlah uang beredar adalah penentu utama kinerja ekonomi dan perilaku siklus bisnis. Dalam argumen mereka, kesehatan ekonomi suatu negara tergantung pada suplai moneter atau uang. Dari sana, muncul kebijakan moneter.
Ketika jumlah uang beredar meningkat, ekonomi akan tumbuh, dan jika jumlah uang beredar menyusut, maka pertumbuhan ekonomi akan melemah. Oleh karena itu, mereka memandang kebijakan moneter sebagai alat yang lebih efektif untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi. Monetaris menganjurkan penggunaan kebijakan moneter alih-alih kebijakan fiskal untuk mengendalikan siklus dalam PDB riil, inflasi, dan lapangan kerja.
Perbedaan antara Monetaris dan Keynesian
Monetarisme adalah sekolah populer dalam ekonomi makro selain Keynesian. Sederhananya, untuk mempengaruhi ekonomi, para moneteris merekomendasikan untuk mengendalikan uang dalam perekonomian. Sementara itu, ekonomi Keynesian mengusulkan intervensi fiskal, yaitu pengeluaran pemerintah dan pajak.
Pandangan moneter menginspirasi kebijakan moneter. Sementara itu, pandangan Keynesian menginspirasi kebijakan fiskal.
Keduanya penting untuk mempengaruhi permintaan agregat. Sementara pemerintah bertanggung jawab atas kebijakan fiskal, bank sentral bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan moneter.
Saat ini, Monetarisme terutama dikaitkan dengan ekonom pemenang Hadiah Nobel, Milton Friedman. Ia dianggap sebagai bapak Monetarisme. Dia menerima Hadiah Nobel 1976 untuk penelitiannya tentang analisis konsumsi, sejarah moneter, dan teori, serta kompleksitas kebijakan stabilisasi.
Sementara itu, John Maynard Keynes adalah bapak ekonomi Keynesian. Dia mengajukan idenya sebagai jalan keluar dari Depresi Hebat, yang terjadi pada 1930-an.
Jenis kebijakan moneter
Bank sentral melakukan kebijakan moneter untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan ketersediaan kredit dalam perekonomian. Untuk implementasi, bank sentral menggunakan beberapa instrumen, termasuk suku bunga kebijakan, operasi pasar terbuka, dan rasio cadangan wajib.
Berdasarkan tujuannya, dua jenis kebijakan moneter: kontraksi dan ekspansif.
Kebijakan moneter kontraktif
Bank sentral menerapkan kebijakan moneter kontraktif untuk memoderasi pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi tingkat pertumbuhan jumlah uang beredar. Kebijakan seperti itu diperlukan ketika ekonomi terlalu panas dan untuk menghindari hiperinflasi. Itu bisa dilakukan melalui:
- Kenaikan suku bunga kebijakan. Itu membuat biaya pinjaman lebih mahal, mengurangi minat konsumen dan bisnis dalam mengajukan pinjaman baru untuk membeli barang dan jasa.
- Menggelar operasi pasar dengan menjual surat berharga pemerintah. Uang berpindah dari bank komersial ke bank sentral. Bank komersial memiliki lebih sedikit uang untuk dipinjamkan. Likuiditas yang ketat dan mendorong suku bunga naik.
- Meningkatkan rasio cadangan wajib. Bank harus menyisihkan porsi deposit yang lebih besar sebagai cadangan sehingga mengurangi jumlah yang dapat mereka pinjamkan.
Ketiganya berkontribusi untuk mengurangi tingkat jumlah uang beredar dan melemahnya permintaan agregat. Melemahnya permintaan agregat menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih lambat, inflasi yang lebih moderat, dan meningkatnya pengangguran.
Kebijakan moneter ekspansif
Bank sentral melakukan kebijakan ekspansi untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini cocok ketika ekonomi lemah atau resesi karena penurunan permintaan agregat. Untuk mendorong perekonomian, bank sentral melonggarkan kebijakan moneternya melalui:
- Pemotongan suku bunga kebijakan. Sekarang, biaya pinjaman lebih murah. Konsumen sangat ingin mengajukan pinjaman baru untuk membiayai pembelian beberapa barang dan jasa, terutama barang tahan lama. Untuk bisnis, biaya yang lebih rendah membuat investasi dalam barang modal seperti mesin dan peralatan lebih menguntungkan.
- Menggelar operasi pasar dengan membeli sekuritas pemerintah yang dipegang oleh bank komersial. Uang bergerak dari bank sentral ke bank komersial. Dengan lebih banyak uang, bank komersial dapat menghasilkan lebih banyak pinjaman baru.
- Menurunkan rasio cadangan wajib. Sekarang, bank menyimpang lebih sedikit deposito sebagai cadangan. Bank memiliki lebih banyak uang untuk dipinjamkan.
Pelonggaran di atas pada akhirnya meningkatkan permintaan agregat. Meningkatnya permintaan merangsang bisnis untuk meningkatkan output. Permintaan agregat yang lebih kuat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengangguran karena bisnis meningkatkan produksi dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Ini juga meningkatkan tekanan inflasi bersama dengan langkah-langkah bisnis untuk menaikkan harga jual untuk mengimbangi kenaikan biaya produksi.
Pandangan Monetaris tentang inflasi
Monetaris percaya tekanan inflasi tinggi terjadi jika jumlah uang beredar tumbuh lebih cepat daripada output riil. Dalam kondisi ini, lebih banyak uang mengejar lebih sedikit barang.
Mereka berpendapat bahwa inflasi selalu ada di mana-mana, dan ini adalah fenomena moneter. Dalam arti tertentu, inflasi dapat berubah melalui intervensi pada jumlah uang beredar.
Teori kuantitas uang mendefinisikan hubungan antara jumlah uang beredar (M) dan peredaran atau velositasnya (V) dengan inflasi (harga agregat atau P) dan output riil (Y).
M x V = P x Y
Velositas uang diasumsikan konstan karena perubahannya memakan waktu lama dan tergantung pada teknologi dan inovasi keuangan di suatu negara. Dengan asumsi ini, kita tahu bahwa ketika jumlah uang beredar naik (M), ia membawa dua konsekuensi: kenaikan harga, output riil, atau kombinasi keduanya.