Contents
Pendapatan disaposabel pribadi (personal disposable income) mengacu pada pendapatan setelah pajak yang diterima oleh sektor rumah tangga. Ini adalah uang yang tersedia bagi rumah tangga untuk ditabung atau dibelanjakan pada barang dan jasa. Dibagi dengan total populasi, kita mendapatkan ukuran pendapatan disposabel individu (per kapita). Statistik ini merupakan indikator penting untuk mengidentifikasi tren dalam kebiasaan menabung dan berbelanja.
Rumus Pendapatan Disposabel Pribadi
Misalkan, sebuah rumah tangga memiliki pendapatan tahunan sebesar Rp120.000.ooo dan membayar pajak sebesar Rp30.000.000. Dengan demikian, penghasilan disposabel adalah Rp90.000.000 (Rp30.000.000 – Rp120.000.ooo).
Pendapatan disaposabel pribadi = Pendapatan pribadi – Pajak pribadi
Pendapatan disaposabel pribadi, tabungan, dan konsumsi
Dalam ekonomi, konsumen menghadapi dua opsi untuk pendapatan disaposabel mereka, untuk dikonsumsi atau untuk ditabung. Satu rupiah lagi dari pendapatan disaposabel yang dibelanjakan konsumen mengacu pada kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume atau MPC). Dan jika ekstra pendapatan ditabung, ini dinamakan kecenderungan menabung marginal (marginal propensity to save atau MPS). MPC plus MPS sama dengan 1.
MPC lebih tinggi ketika konsumen yakin tentang pendapatan masa depan mereka. Ekspansi ekonomi menciptakan lebih banyak pekerjaan dan meningkatkan stabilitas pekerjaan. Selama periode ini, individu mengharapkan pendapatan mereka tetap positif di masa depan. Karenanya, mereka akan menghabiskan lebih banyak uang untuk belanja barang dan jasa.
MPC juga bervariasi antara kelompok individu dengan tingkat pendapatan yang berbeda. Individu berpenghasilan tinggi cenderung membelanjakan lebih sedikit pendapatannya untuk barang dan jasa (MPC rendah). Ini karena, dengan pendapatan saat ini, mereka telah dapat mencapai barang-barang yang paling berharga bagi mereka. Sebaliknya, MPC biasanya tinggi untuk individu berpenghasilan rendah.
Sementara itu, MPS tergantung pada kekayaan bersih rumah tangga, yaitu kekayaan dikurangi kewajiban rumah tangga. Kekayaan rumah tangga dapat berupa aset keuangan seperti saham dan obligasi maupun aset rill seperti properti dan tanah. Jika nilai aset ini meningkat, rumah tangga cenderung lebih sedikit menabung. Itu karena mereka masih dapat memenuhi tujuan akumulasi kekayaan mereka. Dengan demikian, mereka akan menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk barang dan jasa.
Kebijakan fiskal dan pendapatan disaposabel
Penghasilan disaposabel adalah salah satu indikator untuk mengukur pengeluaran konsumen. Perubahannya dapat mempengaruhi ekonomi. Ini terutama berlaku untuk negara maju karena konsumsi rumah tangga menyumbang sebagian besar produk domestik bruto (PDB).
Selama kontraksi ekonomi, pemerintah mengadopsi kebijakan fiskal ekspansif dengan menurunkan pajak pribadi. Pajak yang lebih rendah akan meningkatkan pendapatan disaposabel dan meningkatkan pengeluaran rumah tangga untuk barang dan jasa. Akhirnya, itu meningkatkan permintaan agregat.
Sebaliknya, selama boom ekonomi, pemerintah cenderung menaikkan tarif pajak. Ini untuk mencegah ekonomi terlalu panas. Tarif pajak yang lebih tinggi menurunkan pendapatan disaposabel. Ini mengurangi konsumsi rumah tangga pada barang dan jasa. Permintaan agregat menurun dan pertumbuhan PDB riil menjadi lebih moderat. Selain itu, tekanan inflasi mereda.
Seberapa banyak rumah tangga menghabiskan uang mereka jika tarif pajak berubah? Ini tergantung pada MPC. Semakin tinggi MPC, semakin banyak uang yang dihabiskan rumah tangga untuk barang dan jasa. Efek pengganda (multiplier effect) dari MPC terhadap perekonomian dirumuskan sebagai berikut:
Pengganda fiskal = 1 / (1-MPC)
Pendapatan disaposabel Vs pendapatan diskresioner
Penghasilan disaposabel merupakan uang yang tersisa setelah rumah tangga membayar pajak. Sementara itu, pendapatan diskresioner mewakili uang yang tersisa setelah rumah tangga membayar pajak dan kebutuhan yang perlu dibayar (necessities). Contoh pembayaran necessities termasuk hipotek, sewa, utilitas, asuransi kesehatan, makanan, dan transportasi. Kita juga dapat mendefinisikan pendapatan diskresioner sebagai pendapatan disaposabel dikurangi biaya hidup yang tidak terhindarkan.
Salah satu penentu yang mempengaruhi pendapatan diskresioner adalah suku bunga. Selama suku bunga tinggi, pendapatan diskresioner cenderung lebih rendah karena rumah tangga membayar suku bunga yang lebih tinggi untuk pinjaman mereka. Sebaliknya, ketika suku bunga rendah, proporsi pengeluaran hipotek lebih rendah.