Contents
Apa itu: Pengeluaran konsumsi (consumption expenditures) merujuk pada uang yang dihabiskan individu untuk barang dan jasa. Dalam ekonomi, kita juga bisa mengatakan itu sebagai sisa pendapatan disposabel setelah ditabung. Ekonom mengasumsikan individu mengalokasikan pendapatannya untuk dua tujuan: konsumsi dan tabungan. Sehingga, kita bisa katakan konsumsi adalah pendapatan yang tersisa setelah kita alokasikan sebagai tabungan.
Pengeluaran konsumsi mencakup uang yang dibelanjakan pada tiga kategori: barang tahan lama, barang tidak tahan lama dan jasa. Dua yang pertama mewakili produk berwujud sedangkan yang terakhir adalah tidak berwujud.
Dalam makroekonomi, pengeluaran konsumsi membentuk permintaan agregat, di samping investasi bisnis, pengeluaran pemerintah dan ekspor neto. Sehingga, ketika itu meningkat, kita mengharapkan perekonomian tumbuh lebih tinggi karena bisnis meningkatkan produksi mereka untuk memenuhi permintaan yang lebih tinggi.
Mengapa pengeluaran konsumsi penting?
Beberapa alasan mengapa pengeluaran konsumen penting. Pertama, itu mempengaruhi keuntungan bisnis. Ketika pengeluaran konsumen kuat, bisnis berharap dapat menjual lebih banyak produk untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Selain itu, dengan menjual lebih banyak, mereka bisa menurunkan biaya melalui skala ekonomi. Akhirnya, peningkatan pengeluaran konsumen membuat bisnis bisa menghasilkan lebih banyak pendapatan.
Kedua, pola dalam pengeluaran konsumen mempengaruhi kesuksesan perusahaan. Misalnya, ketika pola pengeluaran konsumen berubah, bisnis harus mengadaptasi produk mereka. Dengan melakukan itu, produk mereka tetap relevan dengan yang dibutuhkan oleh konsumen. Jika tidak, itu bisa mengarah pada kegagalan karena konsumen tidak lagi meminati produk mereka. Akhirnya, mereka harus kehilangan penjualan dan pelanggan mereka beralih ke pesaing.
Ketiga, pengeluaran konsumen mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, itu membentuk permintaan agregat.
- Permintaan agregat = Pengeluaran konsumsi + Investasi bisnis + Pengeluaran pemerintah + Ekspor neto
Ketika permintaan agregat meningkat, bisnis akan meresponnya dengan menaikkan produksi untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan. Sebagai hasilnya, output agregat meningkat dan perekonomian tumbuh (PDB riil meningkat).
Di banyak negara, pengeluaran konsumsi berkontribusi signifikan terhadap PDB. Misalnya, di Amerika Serikat, itu menyumbang sekitar 60% PDB demikian juga di Inggris. Sedangkan, di Indonesia, itu menyumbang sekitar 55% PDB. Karena kontribusinya yang signifikan, pemerintah seringkali fokus pada kebijakan sisi pengeluaran untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.
Keempat, pengeluaran konsumsi mempengaruhi tingkat pengangguran. Pengeluaran konsumsi yang kuat mendorong bisnis untuk berinvestasi dalam barang modal untuk meningkatkan output. Mereka juga merekrut lebih banyak tenaga kerja. Sebagai hasilnya, tingkat pengangguran turun. Dan perekonomian menghasilkan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan.
Kelima, pengeluaran konsumsi yang kuat akan mendorong harga naik. Permintaan meningkat, dan karena itu, sebagaimana hukum permintaan katakan, harga juga akan naik. Dan dalam makroekonomi, kenaikan harga pada seluruh barang dan jasa di dalam perekonomian disebut dengan inflasi.
Apa saja 3 jenis pengeluaran konsumsi?
Berdasarkan apa yang konsumen beli, pengeluaran konsumsi terbagi menjadi tiga kategori:
- Barang tahan lama
- Barang tidak tahan lama
- Jasa
Dalam pemasaran, mereka disebut sebagai produk. Dua yang pertama mewakili produk berwujud, sedangkan yang terakhir adalah produk tidak berwujud.
Barang tahan lama memiliki masa pakai yang signifikan, seringkali tiga tahun atau lebih. Contoh barang tahan lama adalah:
- Mobil
- Furniture
- TV
- Komputer
- Sepeda
Barang-barang tersebut biasanya berharga mahal dan karena itu, membutuhkan lebih banyak pertimbangan sebelum membeli. Selain itu, konsumen biasanya mengandalkan pinjaman untuk membeli. Karena alasan ini, mereka seringkali memangkas pengeluaran untuk barang tahan lama pertama kali ketika perekonomian mulai mengarah pada resesi atau ketika suku bunga meningkat.
Suku bunga yang lebih tinggi membuat biaya pinjaman lebih mahal. Akhirnya, konsumen menunda pembelian barang tahan lama. Selain mahal, barang-barang semacam itu seringkali tidak terlalu esensial – tidak memenuhi kebutuhan primer. Sehingga, menunda pembelian adalah pilihan yang lebih baik daripada harus menanggung pembayaran bunga yang tinggi.
Sementara itu, barang tidak tahan lama memiliki masa manfaat singkat. Bahkan, beberapa dibeli untuk segera konsumsi. Mereka tidak bisa disimpan untuk waktu yang lama. Makanan dan minuman adalah contoh bagus dalam kasus ini. Selain keduanya, contoh barang tidak tahan lama adalah:
- Pakaian
- Sepatu
- Bensin
- Sabun cuci piring
- Deterjen
Terakhir, jasa tidak bisa kita lihat atau raba karena tidak berwujud. Melainkan, kita hanya bisa merasakan manfaatnya. Contohnya adalah layanan yang kita peroleh dari:
- Tukang cukur rambut
- Tukang pipa ledeng
- Perawat medis
- Perencana keuangan
- Perbankan
- Asuransi
Memasarkan barang akan berbeda dari jasa. Ketika menjual barang, perusahaan memfokuskan strategi pemasaran di sekitar bauran pemasaran (produk, harga, tempat, dan promosi). Tapi, itu tidak semua berlaku bagi jasa karena tidak berwujud. Kemudian, pemasar menambahkan tiga variabel ke bauran pemasaran tersebut, yakni orang, proses, and bukti fisik (disebut dengan bauran pemasaran yang diperluas atau extended marketing mix).
Bagaimana pendapatan dan pajak mempengaruhi pengeluaran konsumsi?
Pendapatan menentukan pengeluaran konsumsi. Karena konsumen harus membayar pajak terlebih dulu sebelum membelanjakan pendapatannya, pajak adalah penentu lainnya. Selisih keduanya disebut dengan pendapatan disposabel atau pendapatan setelah pajak.
Kenaikan pajak mengurangi pendapatan disposabel, sehingga orang memiliki lebih banyak uang untuk konsumsi. Sebaliknya, penurunan pajak meningkatkan pendapatan disposabel, sehingga orang memiliki lebih sedikit uang untuk membeli barang dan jasa.
Tapi, apakah seluruh pendapatan dikeluarkan untuk konsumsi? Jawabannya, tidak. Konsumen mungkin menyisihkan sebagian sebagai tabungan. Karena alasan ini, ekonom mengkategorikan pengeluaran menjadi dua keperluan:
- Konsumsi
- Tabungan
Karena tidak semua pendapatan disposabel dialokasikan seluruhnya untuk konsumsi, konsumen juga akan membagi setiap ekstra pendapatan mereka untuk dua tujuan tersebut. Ekonom kemudian mengenalkan dua istilah terkait ini:
Kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume atau MPC) – ekstra pendapatan disposabel yang dihabiskan untuk konsumsi. Kita menghitungnya dengan membagi perubahan dalam konsumsi dengan perubahan dalam pendapatan disposabel.
Kecenderungan menabung marginal (marginal propensity to save atau MPS) – ekstra pendapatan disposabel yang dihabiskan untuk tabungan. Kita menghitungnya dengan membagi perubahan dalam tabungan dengan perubahan dalam pendapatan disposabel.
Faktor apa saja yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi?
Selain pendapatan disposabel (termasuk pajak), faktor lain mempengaruhi pengeluaran konsumsi, termasuk:
Kekayaan. Kekayaan bersih sama dengan total aset dikurangi dengan kewajiban. Jika harga aset naik, kekayaan konsumen meningkat – mengasumsikan kewajiban tidak berubah, mendorong mereka untuk meningkatkan konsumsi. Ekonom menyebut hubungan keduanya sebagai efek kekayaan.
Ekspektasi pendapatan masa depan. Ketika konsumen melihat pendapatan masa depan mereka tidak berubah, mereka berani mengambil pinjaman, misalnya untuk membeli mobil.
Begitu juga, ketika mereka yakin pendapatan masa depan mereka naik, mereka meningkatkan belanja. Sebaliknya, ketika prospek pendapatan mereka di masa depan memburuk, mereka akan menunda konsumsi dan lebih banyak berhemat untuk menghadapi situasi yang lebih buruk.
Ekspektasi harga. Ketika harga di masa depan naik, konsumen akan berbelanja sekarang sebelum harga menjadi lebih mahal. Sebaliknya, jika harga di masa depan turun, mereka akan menunda pembelian untuk mendapatkan harga yang lebih rendah.
Suku bunga. Suku bunga rendah akan mendorong konsumen bersedia mengambil pinjaman untuk membeli barang tahan lama. Sebaliknya, jika suku bunga naik, mereka berpikir ulang untuk mengajukan pinjaman baru karena biaya pinjaman naik. Sehingga, mereka kemungkinan menunda pembelian.
Suku bunga juga terkait erat dengan ketersediaan kredit. Ketika suku bunga rendah, ketersediaan kredit meningkat. Itu karena likuiditas (diukur dari jumlah uang beredar) di dalam perekonomian meningkat.
Bagaimana pengeluaran konsumsi mempengaruhi perekonomian?
Pengeluaran konsumsi adalah indikator kunci untuk mengukur kekuatan perekonomian. Ketika konsumen percaya diri dengan pengeluaran mereka, kita mengharapkan perekonomian akan tetap tumbuh. Konsumsi mereka yang kuat menciptakan lebih banyak permintaan barang dan jasa.
Permintaan yang kuat mendorong bisnis untuk meningkatkan produksi. Mereka juga percaya diri untuk berinvestasi di barang modal dan merekrut tenaga kerja baru. Akhirnya, perekonomian tumbuh seiring dengan peningkatan output. Selain itu, tingkat pengangguran juga menurun. Situasi ini mengarah pada perekonomian yang lebih makmur di mana lebih banyak pekerjaan dan pendapatan tercipta.
Penciptaan pekerjaan dan pendapatan yang lebih banyak membuat konsumen lebih optimis. Akhirnya, mereka meningkatkan konsumsi. Permintaan yang lebih kuat mendorong bisnis untuk meningkatkan produksi lebih lanjut, mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
Bacaan selanjutnya untuk Anda
- Pengeluaran Konsumsi: Jenis, Faktor Penentu, Dampak
- Pola Belanja Konsumen: Faktor Yang Mempengaruhi
- Faktor-Faktor Saja Yang Mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi?
- Bagaimana Pengeluaran Konsumsi Mempengaruhi Perekonomian