Contents
Penurunan ekonomi (economic downturn) adalah periode ketika aktivitas ekonomi menurun atau berkontraksi. Indikator agregat perekonomian menurun sebagaimana tercermin dalam pertumbuhan PDB riil dan produksi industri. Dalam siklus bisnis, ini adalah transisi setelah ekonomi mencapai fase puncaknya dan menuju kontraksi.
Lebih dalam tentang “Penurunan Ekonomi”
Selain output ekonomi, perubahan juga terjadi pada pengangguran, inflasi, pendapatan, investasi, dan pengeluaran konsumen. Kita juga memperkirakan suku bunga akan berubah karena bank sentral akan mengadopsi kebijakan moneter yang longgar (penurunan suku bunga). Penurunan dapat menyebabkan masalah yang lebih serius jika tidak ditangani, yang dapat menyebabkan resesi atau bahkan depresi. Juga dikenal sebagai perlambatan ekonomi (economic slowdown).
Selama boom ekonomi, ekonomi terlalu panas. Untuk mendinginkan, bank sentral menaikkan suku bunga kebijakan yang membuat pinjaman baru menjadi lebih mahal. Kenaikan tingkat bunga mengurangi permintaan agregat karena rumah tangga dan bisnis mengurangi pengeluaran untuk barang dan jasa. Akibatnya, tingkat harga dan PDB riil turun.
Permintaan yang lebih rendah menyebabkan perusahaan berakhir dengan kelebihan persediaan. Untuk merasionalisasi biaya operasi, mereka memutuskan untuk menurunkan produksi. Akibatnya, pekerja tidak lagi menerima pembayaran lembur dan perusahaan tidak menggunakan modal fisik dengan kapasitas penuh.
Jika pekerja memilih untuk mengurangi konsumsi, meskipun mereka tidak yakin tidak akan dipecat, itu akan mengarah pada penurunan lebih lanjut dalam permintaan agregat. Permintaan agregat yang lebih rendah akan menyeret tingkat harga ke bawah (deflasi) dan menurunkan output ekonomi. Perusahaan mempertimbangkan pilihan PHK dan akan memecat pekerja jika mereka mengharapkan kelemahan prospek pertumbuhan di masa depan. Akibatnya, pengangguran mulai meningkat.
Penyebab
Secara umum, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan. Kita dapat melacaknya dari faktor yang mempengaruhi permintaan agregat dan penawaran agregat jangka pendek. Setiap faktor yang mengurangi keduanya akan mengurangi output ekonomi, sehingga menyebabkan penurunan.
Salah satu penyebab kemerosotan ekonomi adalah pasar tenaga kerja yang ketat. Pasar tenaga kerja yang ketat berarti tingkat pengangguran sangat rendah. Permintaan tenaga kerja relatif tinggi daripada pasokan tenaga kerja. Ini biasanya terjadi selama ekspansi ekonomi. Selama periode ini, inflasi tinggi, dan ekonomi beroperasi di atas potensinya. Pekerja meminta upah yang lebih tinggi karena mereka melihat inflasi terus meningkat. Bisnis menyerah pada tuntutan ini karena ada beberapa sumber daya yang tidak tersedia. Upah yang lebih tinggi ini memicu spiral inflasioner harga-upah terhadap perekonomian. Untuk menghindari ekonomi dari overheating, bank sentral menaikkan suku bunga kebijakan untuk mengurangi permintaan agregat, yang menyebabkan output ekonomi menurun.
Selain pengetatan kebijakan moneter (dengan menaikkan suku bunga kebijakan), pemerintah dapat mengurangi pengeluarannya atau menaikkan tarif pajak. Penurunan pengeluaran mengurangi permintaan agregat dalam perekonomian. Demikian pula, kenaikan pajak menurunkan pendapatan rumah tangga, yang mana mendorong rumah tangga untuk mengurangi pengeluaran barang dan jasa.
Resesi global juga dapat menciptakan efek penularan pada ekonomi domestik. Ini mengarah pada ekspor yang lebih rendah karena ekonomi negara-negara mitra dagang menurun. Penurunan ekspor berdampak pada penurunan PDB, dengan asumsi impor constant atau tetap naik.