Contents
Apa itu: Properti investasi (investment property) adalah investasi jangka panjang perusahaan di properti dengan tujuan untuk mendapatkan sewa atau apresiasi modal. Itu termasuk tanah dan bangunan. Perusahaan mengakuinya sebagai aset jika ada manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan di masa depan dan dapat mengukur biaya perolehan dengan andal.
Itu mengecualikan properti untuk mendukung kegiatan produksi, untuk menyediakan barang dan jasa atau untuk mendukung kegiatan administrasi. Properti yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal juga tidak masuk dalam kategori properti investasi.
Properti investasi berbeda dengan properti, pabrik, dan peralatan (property, plant, equipment atau PP&E). Meski keduanya mewakili aset tidak lancar perusahaan, keduanya disajikan terpisah karena yang terakhir digunakan dalam aktivitas bisnis entitas.
Jenis investasi properti
Secara garis besar, ada dua jenis kelas properti: properti residensial dan properti komersial.
- Properti residensial berupa tempat tinggal seperti kondominium, apartemen, atau rumah tapak.
- Properti residensial mencakup properti untuk tujuan bisnis, bukan tempat tinggal. Contohnya adalah ruang ritel, lahan industri dan ruang perkantoran.
Mengapa berinvestasi di properti
Keuntungan investasi properti
Properti adalah kelas aset alternatif selain saham, obligasi, atau reksa dana. Berinvestasi di properti adalah ide yang bagus jika perusahaan berada di dalamnya untuk jangka panjang, bukan untuk keuntungan yang cepat. Keuntungan berinvestasi di properti adalah:
- Menawarkan arus kas yang dapat diprediksi melalui pendapatan sewa
- Potensi keuntungan dari apresiasi harga.
- Perusahaan dapat memanfaatkan berbagai keringanan pajak sehingga dapat mengurangi biaya wajar dalam mengelola properti.
Kelemahan investasi properti
Investasi di properti juga datang dengan beberapa risiko:
- Investasi memerlukan uang muka yang lebih signifikan daripada kelas aset lainnya
- Persyaratan hukum lebih kompleks. Jadi, biaya hukum terkait juga akan lebih tinggi
- Investasi properti sewa juga rentan terhadap perubahan di pasar perumahan
- Keuntungan sewa tergantung pada kemampuan untuk tetap menyewakannya.
- Biaya transaksinya jauh lebih tinggi sehingga dapat secara signifikan mempengaruhi nilai investasi dan membuatnya lebih sulit untuk menghasilkan keuntungan. Jadi laba investasi tidak akan langsung terjadi.
- Pasar kurang likuid dibandingkan dengan pasar saham atau pasar obligasi
Bagaimana perusahaan menyajikannya dalam laporan keuangan
Di bawah IFRS, pelaporan properti investasi dalam laporan keuangan dapat menggunakan model biaya (cost model) atau model nilai wajar (fair value model).
Modal biaya – Itu mirip dengan model biaya untuk mengukur PP&E. Di bawah model ini, perusahaan mengukur properti investasi pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.
Model nilai wajar – perusahaan dapat menggunakan model ini hanya jika dapat menentukan nilai wajar properti dengan andal secara terus menerus. Semua perubahan dalam nilai wajar aset berdampak pada laba bersih. Perusahaan mengukur kembali properti pada setiap akhir periode pelaporan dan menyajikan perubahan nilai wajar dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya.