Merumuskan strategi memang rumit. Beberapa orang berpikir strategi adalah tentang perusahaan dan pesaing. Dalam arti tertentu, kita fokus pada apa yang dilakukan pesaing dan bagaimana strategi kita melakukannya dengan lebih baik.
Mintzberg menawarkan perspektif untuk mempertajam definisi “Strategi” melalui 5P strategi. Kelimanya menambah wawasan kita dalam merumuskan strategi bersaing agar tidak hanya fokus pada pesaing.
Memecah komponen 5P strategi oleh Mintzberg
Mintzberg menawarkan lima konsep untuk memahami strategi, yaitu strategi sebagai:
- Rencana (plan)
- Pola (pattern)
- Posisi (position)
- Cara (ploy)
- Perspektif (perspective)
Rencana
Strategi adalah proposal terperinci tentang tindakan kita untuk mencapai tujuan. Elemen ini mirip dengan konsep perencanaan strategis. Rencana tersebut mengidentifikasi peluang dan ancaman saat ini dan masa depan dan merumuskan beberapa alternatif yang akan diambil. Ini memberi semua orang kejelasan tentang apa yang harus mereka sumbangkan.
Misalnya, maskapai penerbangan berencana untuk fokus melayani rute jarak pendek. Perusahaan melihat penumpang pada rute-rute tersebut akan tinggi seiring dengan pertumbuhan kota satelit. Melihat peluang tersebut, perusahaan mengembangkan berbagai strategi untuk bersaing di penerbangan rute pendek.
Rencana membutuhkan tindakan. Dan, karena ketidakpastian, aktivitas belum tentu sesuai rencana. Oleh karena itu, evaluasi program sangat penting untuk mengurangi dampak negatif atau untuk memfokuskan tindakan.
Pola
Strategi yang baik harus konsisten dengan perilaku masa lalu. Pola masa lalu merupakan masukan penting dalam merumuskan strategi baru.
Tidak semua rencana dan tindakan masa lalu mengarah pada tujuan. Beberapa dari mereka terdistorsi. Untuk itu, perusahaan dapat mengambil inisiatif untuk menyelaraskan kembali tindakannya menuju masa depan yang diinginkan.
Misalnya, sebuah perusahaan beralih ke strategi kepemimpinan biaya setelah sebelumnya menerapkan strategi diferensiasi. Strategi pertama tidak berhasil menghasilkan keuntungan karena konsumen mulai sadar harga.
Saat mengadopsi strategi baru, karyawan mungkin bereaksi berbeda terhadap apa yang diinginkan perusahaan. Begitu pula dengan pemangku kepentingan lainnya seperti pemegang saham, investor, pemerintah, dan lain-lain. Mereka mungkin pesimis tentang strategi baru. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan “Rencana” untuk meyakinkan mereka.
Posisi
Strategi sebagai posisi adalah tentang bagaimana perusahaan menempatkan posisinya di pasar. Posisi mungkin terkait dengan citra, produk, atau merek perusahaan, relatif terhadap pesaing.
Perusahaan perlu menentukan strategi positioning yang tepat. Misalnya, perusahaan memuaskan konsumen dengan penawaran unik sambil juga mempromosikan konsep bisnis yang ramah lingkungan. Semua ini mengarah pada citra positif bagi perusahaan.
Cara
Strategi mewakili manuver khusus untuk mengecoh pesaing. Untuk menjelaskannya, mari kita ambil contoh Walmart.
Banyak pengecer memilih lokasi di kota besar karena dekat dengan pelanggan. Tapi tidak dengan Walmart. Perusahaan memulai ekspansinya di kota-kota kecil terlebih dahulu dan oleh karena itu menghadapi persaingan yang lebih ringan.
Walmart membantu komunitas lokal dengan menyediakan produk berkualitas baik dengan harga murah. Karena persaingan yang kecil, strategi memungkinkan perusahaan berkembang pesat.
Kemudian, perusahaan mendapatkan momentum ketika ekonomi menghadapi penurunan. Banyak orang mulai menginginkan barang yang lebih murah. Juga, karena orang telah menjadi mobile, mereka pindah ke kota-kota kecil dan pinggiran kota dan bersedia melakukan perjalanan lebih jauh untuk membeli produk dengan harga murah.
Strategi ini membuat pesaing tidak menyadari ancaman Walmart. Mereka merasa Walmart tidak mengganggu posisinya karena memiliki target pasar yang berbeda. Alhasil, Walmart semakin kuat dan siap bersaing dengan para pesaing di peritel kota besar.
Perspektif
Sebagai perspektif, strategi mewakili cara perusahaan melihat dirinya sendiri. Ini bukan hanya tentang posisi yang dipilih, tetapi tentang pandangan yang lebih besar.
Elemen ini tentang bagaimana perusahaan membangun budaya dan nilai-nilai yang selaras dengan tujuan perusahaan. Katakanlah, perusahaan bertujuan untuk menghasilkan produk yang inovatif. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan membangun budaya kreatif. Misalnya, perusahaan menciptakan budaya pengambilan risiko dan inovasi sehingga karyawan dapat dengan bebas mengeksplorasi ide-ide cemerlang.