Contents
Apa itu: Merger vertikal (vertical merger) adalah kombinasi dua perusahaan pada tingkat rantai nilai yang berbeda menjadi satu entitas. Misalnya merger antara perusahaan dengan distributor atau pemasok input.
Tujuan merger vertikal adalah untuk meningkatkan sinergi, mendapatkan lebih banyak kontrol input atau distribusi, dan meningkatkan nilai bisnis. Strategi ini seringkali menghasilkan pengurangan biaya dan peningkatan produktivitas dan efisiensi. Dan secara umum, itu menggabungkan keuntungan dalam rantai nilai ke dalam satu entitas.
Dua jenis merger vertikal:
- Merger vertikal ke depan (forward vertical merger)
- Merger vertikal ke belakang (backward vertical merger)
Di bawah merger vertikal ke belakang, perusahaan bergabung dengan pemasok mereka, mungkin pemasok bahan baku atau barang modal. Sedangkan, dalam merger vertikal ke depan, perusahaan bergabung dengan distributor atau peritel mereka. Karena mengendalikan seluruh proses produksi, perusahaan tersebut kita anggap terintegrasi secara vertikal.
Perbedaan anatara, merger vertikal, integrasi vertikal, merger horizontal dan merger konglomerat
Merger vertikal dan integrasi vertikal sering digunakan secara bergantian. Padahal, keduanya memiliki beberapa perbedaan.
Merger berarti penggabungan dua usaha yang berbeda. Hanya ada satu entitas yang bertahan, yang lain akan melebur.
Sedangkan, integrasi vertikal berarti mengkoordinasikan beberapa operasi di bawah satu komando atau kepemilikan. Itu tidak hanya melalui merger. Perusahaan juga bisa melakukannya melalui akuisisi atau pendirian anak usaha baru, yang mana memungkinkan perusahaan memiliki kendali.
Alternatif dari merger vertikal adalah merger horizontal dan merger konglomerasi. Merger horizontal melibatkan penggabungan dua perusahaan yang berproduksi pada rantai pasokan yang sama. Dengan kata lain, itu adalah merger antara dua perusahaan yang saling bersaing secara langsung. Merger antara dua pembuat mobil adalah contohnya.
Sementara itu, merger konglomerat (conglomerate merger) melibatkan dua perusahaan yang memiliki bisnis yang berbeda. Misalnya, antara produsen mobil dengan perusahaan minyak sawit.
Keuntungan merger vertikal
Merger vertikal pada dasarnya menggabungkan nilai (keuntungan) dalam rantai produksi menjadi satu. Itu menghasilkan beberapa keuntungan, seperti:
- Mendapatkan kontrol dan kesinambungan atas pasokan input (integrasi vertikal ke belakang)
- Mendapatkan akses ke pasar yang berbeda atau kendali atas distribusi produk perusahaan (integrasi vertikal ke depan)
- Meningkatkan aliran pendapatan
- Menghilangkan risiko yang terkait dengan mengandalkan pemasok atau distributor eksternal
- Menggabungkan sumber daya dan kompetensi inti dua perusahaan
Meningkatkan kendali atas pasokan input
Ambil contoh merger antara perusahaan minyak goreng dengan perusahaan penghasil minyak sawit mentah. Merger semacam itu mengurangi biaya input minyak sawit mentah karena diproduksi secara internal, sehingga memungkinkan perusahaan mendapatkan harga yang lebih murah. Jika sebelumnya, perusahaan minyak goreng mendapatkan pasokan pada harga pasar, maka setelah merger, perusahaan mendapatkannya secara artifisial pada harga biaya produksi.
Asumsikan, harga minyak sawit mentah adalah sebesar Rp120 per ton, di mana produsen menetapkan margin keuntungan sekitar 20%. Dalam kasus ini, biaya produksi adalah sebesar Rp100 per ton (harga jual setelah dikurangi markup sebesar 20%). Setelah merger, entitas yang bertahan secara artifisial mendapat harga pada Rp100 per ton karena tidak ada markup keuntungan.
Selain mengurangi biaya input, merger vertikal juga meningkatkan kontrol atas pasokan. Maksud saya, perusahaan dapat memastikan bahwa input tersedia secara lebih tepat waktu dengan kualitas sesuai spesifikasi yang dibutuhkan.
Meningkatkan kendali atas penjualan produk
Merger dengan distributor memungkinkan entitas untuk mengendalikan saluran distribusi. Kontrol semacam itu penting untuk memastikan barang dijual pada harga, kualitas dan lokasi yang tepat serta tanpa merusak reputasi perusahaan.
Entitas yang bertahan juga dapat menggabungkan kemampuan inti dua perusahaan sebelumnya. Katakanlah, distributor memiliki kemampuan yang handal dalam layanan paska pembelian. Sedangkan, perusahaan memiliki kemampuan inti dalam menciptakan kualitas yang handal. Jadi, entitas gabungan tidak hanya dapat memproduksi barang berkualitas tinggi tetapi juga memiliki layanan paska pembelian yang super.
Manfaat semacam itu meningkatkan nilai tambah, memungkinkan perusahaan untuk menawarkan produk dengan harga premium.
Selanjutnya, entitas gabungan dapat memanfaatkan informasi dari pemasaran produk untuk menangkap lebih banyak informasi tentang kebutuhan dan persepsi pelanggan. Perusahaan kemudian menyerahkannya ke divisi riset dan pengembangan untuk mengembangkan produk baru.
Peningkatan pendapatan
Tentu saja, menggabungkan dua perusahaan berarti menggabungkan dua aliran pendapatan. Misalnya, dalam kasus minyak goreng dan perusahaan minyak sawit mentah, pendapatan tidak hanya dari penjualan minyak goreng tetapi juga dari minyak sawit mentah yang dijual ke perusahaan lain.
Selanjutnya, pengurangan biaya paska merger juga memungkinkan perusahaan untuk menangkap lebih banyak laba.
Kelemahan merger vertikal
Menggabungkan dua perusahaan memunculkan beberapa masalah. Perbedaan gaya kepemimpinan dan budaya, hilangnya fokus strategi, peningkatan birokrasi di dalam organisasi bisa mengarah pada kegagalan. Baiklah, berikut ini adalah beberapa kelemahan merger vertikal:
- Bentrokan dua budaya perusahaan. Bos baru mungkin tidak seenak bos lama karena gaya kepemimpinan yang berbeda. Motif kepentingan pribadi juga seringkali memunculkan masalah dalam sinergi. Misalnya, paska merger, mereka yang dahulu menjadi bos mungkin harus menerima kenyataan menjadi bawahan.
- Hilangnya personil kunci. Karena terpaksa menjadi bawahan, mereka mungkin lebih memilih keluar dan menemukan posisi yang lebih baik di tempat lain. Jika mereka adalah karyawan kunci, itu tentu saja merugikan perusahaan.
- Peningkatan birokrasi. Ukuran dan operasi bisnis menjadi besar dan kompleks sehingga memunculkan beberapa pekerjaan yang saling tumpang tindih.
- Menurunkan produktivitas. Restrukturisasi dan pengurangan karyawan seringkali mengikuti merger. Dan, itu dapat menurunkan moral dan produktivitas karyawan.
- Pengawasan lebih ketat oleh regulator. Merger vertikal menjadi salah satu jalan untuk memblokir pesaing dari mengakses bahan baku atau saluran distribusi. Misalnya, entitas gabungan dapat mengendalikan pasokan dan harga input, sehingga potensial untuk menghancurkan kompetisi yang adil.
- Kehilangan fokus. Entitas gabungan harus fokus pada dua kompetensi inti berbeda. Itu mungkin dapat menghancurkan keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang karena meningkatkan biaya koordinasi dan pengelolaan bisnis.