Contents
Discouraged workers atau pekerja yang putus asa adalah orang-orang usia kerja yang berhenti mencari pekerjaan. Mereka biasanya berhenti mencari karena putus asa setelah lama belum berhasil menemukan pekerjaan. Karena mereka tidak aktif mencari pekerjaan, orang-orang ini dikecualikan dari angkatan kerja dan karenanya, tidak dihitung dalam tingkat pengangguran resmi.
Istilah ini kadangkala disebut sebagai pengangguran patah semangat.
Biasanya, kehadiran discouraged workers membuat tingkat pengangguran keseluruhan tetap tinggi. Ketika ekonomi pulih dan kemudian berekspansi dan lebih banyak pekerjaan tersedia, mereka umumnya mencoba untuk balik lagi ke angkatan kerja. Begitu mereka masih aktif mencari pekerjaan lagi, sampai mereka menemukan posisi, mereka termasuk ke dalam menganggur.
Penyebab pengangguran putus asa
Seorang pekerja yang patah semangat telah keluar dari perhitungan tingkat pengangguran. Itu karena mereka tidak bekerja atau sedang aktif mencari pekerjaan.
Mereka patah semangat karena beberapa alasan. Di Amerika Serikat, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja, lima alasan utama untuk patah semangat adalah sebagai berikut:
- Pekerja percaya bahwa tidak ada pekerjaan yang tersedia bagi mereka. Perubahan struktural dalam ekonomi, misalnya bersamaan dengan revolusi teknologi, dapat menghilangkan jenis pekerjaan tertentu.
- Pekerja tidak dapat menemukan pekerjaan karena permintaan tenaga kerja yang rendah. Situasi ini biasanya terjadi selama resesi atau depresi.
- Kurangnya keterampilan, pelatihan, atau pengalaman sehingga keterampilan mereka tidak sesuai dengan permintaan dari pemberi kerja.
- Pengusaha melihat pekerja terlalu muda atau terlalu tua
- Berbagai jenis diskriminasi berdasarkan usia, ras, jenis kelamin, agama, orientasi seksual, dan kecacatan
Dampak pengangguran putus asa
Pekerja yang putus asa membuat tingkat pengangguran resmi tidak akurat karena hanya menghitung angkatan kerja. Karena mereka tidak lagi mencari sebuah pekerjaan, mereka tidak dihitung sebagai angkatan kerja aktif. Ini berarti bahwa perhitungan tingkat pengangguran resmi mengecualikan mereka karena hanya memperhitungkan jumlah angkatan kerja aktif.
Tingkat pengangguran seharusnya meningkat selama resesi yang parah karena banyak orang berkecil hati dan berhenti mencari pekerjaan. Tetapi, karena mereka dikecualikan dari angkatan kerja aktif, tingkat pengangguran masih terlihat rendah walau selama resesi.
Mari kita uraikan kembali rumus tingkat pengangguran.
Tingkat pengangguran = Jumlah tenaga kerja menganggur/Total angkatan kerja
Ketika banyak pekerja bekerja dan patah semangat, mereka tidak dikategorikan lagi sebagai pengangguran dan juga angkatan kerja. Karena itu, angka pembilang dan penyebut sama-sama berkurang. Hasilnya, angka tingkat pengangguran saat ini cenderung tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan sebelumnya, meskipun lapangan pekerjaan telah berubah karena resesi.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melihat data tingkat pengangguran dalam kaitannya dengan data tingkat partisipasi angkatan kerja. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah penurunan tingkat pengangguran sebenarnya disebabkan oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi atau karena peningkatan jumlah pekerja yang patah semangat.
Fluktuasi jangka pendek dalam rasio partisipasi dapat terjadi karena perubahan jumlah pekerja yang putus asa. Tingkat partisipasi cenderung meningkat ketika ekonomi berekspansi dan menurun selama resesi. Mereka yang berhenti mencari pekerjaan selama resesi termotivasi untuk mencari pekerjaan lagi setelah ekspansi berlangsung karena mereka percaya prospek ketersediaan pekerjaan membaik .
Untuk mengantisipasi misleading tersebut, di Amerika Serikat, Biro Statistik Tenaga Kerja juga merilis tingkat U-4. Statistik ini mengakomodasi pekerja yang menganggur plus pekerja yang patah semangat sebagai persen dari angkatan kerja ditambah pekerja patah semangat.
Implikasi dalam siklus bisnis
Kehadiran pengangguran patah semangat menjadikan tingkat pengangguran tertinggal di belakang dari siklus bisnis.
Pada awal ekspansi ketika prospek perekrutan mulai meningkat, jumlah pekerja putus asa yang memasuki kembali tenaga kerja lebih besar daripada jumlah yang direkrut segera. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran tetap tinggi meski jumlah lapangan kerja bertambah.
Sebaliknya, ketika perekonomian menunjukkan tanda-tanda resesi, tingkat pengangguran masih tetap rendah walaupun ada banyak pengangguran yang patah semangat.