Contents
Apa itu: Pengeluaran terinduksi (induced expenditures) adalah jenis pengeluaran di mana jumlahnya bervariasi terhadap pendapatan. Dalam makroekonomi, itu mewakili pengeluaran oleh empat sektor makroekonomi: rumah tangga, bisnis, pemerintahan dan eksternal. Dalam kasus ini, kita menggunakan PDB riil untuk mewakili pendapatan. Beberapa pengeluaran dari empat sektor tersebut otonom, sementara lainnya tergantung pada PDB riil.
Perbedaan antara pengeluaran otonom dan pengeluaran terinduksi
Pengeluaran otonom kontras dengan pengeluaran terinduksi. Variasi dalam pendapatan (atau PDB riil) tidak mempengaruhi pengeluaran otonom. Sebaliknya, itu tergantung pada faktor lain misalnya kebijakan diskresioner pemerintah, suku bunga, maupun pertumbuhan ekonomi global. Ekspor dan belanja kebutuhan pokok adalah contohnya.
Sementara itu, pengeluaran terinduksi bervariasi dan tergantung pada pendapatan. Beberapa komponen pengeluaran terinduksi seperti konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah berkorelasi positif dengan PDB riil. Ketika PDB riil tumbuh, mereka meningkat. Sebaliknya, ketika PDB riil jatuh, mereka berkurang. Impor dan pengeluaran barang tahan lama adalah contohnya.
Contoh pengeluaran terinduksi
Efek pengganda bekerja melalui pengeluaran agregat dari empat sektor makroekonomi, yaitu konsumsi rumah tangga, pengeluaran investasi bisnis, belanja pemerintah, dan ekspor neto. Keempatnya membentuk PDB. Peningkatan keempatnya meningkatkan PDB dan sebaliknya, peningkatan PDB mempengaruhi keempatnya.
Namun, anda harus ingat. Beberapa komponen dari keempat pengeluaran tersebut bertindak sebagai pengeluaran terinduksi. Sementar, yang lain bertindak sebagai pengeluaran otonom.
Mari kita bahas satu per satu keempatnya.
Konsumsi rumah tangga
PDB riil yang tumbuh mengindikasikan peningkatan aktivitas ekonomi. Dalam sebuah siklus ekonomi, kita menyebutnya sebagai ekspansi ekonomi. Selama periode tersebut, perekonomian makmur. Bisnis meningkatkan produksi, merekrut lebih banyak tenaga kerja dan menciptakan lebih banyak pendapatan bagi sektor rumah tangga.
Mengasumsikan pajak penghasilan tidak berubah, kenaikan pendapatan rumah tangga akan meningkatkan pendapatan disposabel, yakni pendapatan setelah pajak. Pendapatan disposabel yang lebih tinggi mendorong rumah tangga meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa.
Konsumsi rumah tangga yang lebih tinggi meningkatkan permintaan agregat dan merangsang bisnis untuk meningkatkan produksi (PDB riil tumbuh). Akhirnya, itu meningkatkan pendapatan lebih lanjut, yang mana kemudian meningkatkan permintaan barang dan jasa.
Kondisi sebaliknya berlaku, ketika PDB riil jatuh, perekonomian memburuk dan prospek pendapatan rumah tangga jatuh. Pengeluaran rumah tangga jatuh, namun tidak untuk semua barang dan jasa.
Rumah tangga mungkin mengurangi pengeluaran untuk beberapa item, terutama barang tahan lama seperti mobil. Oleh karena itu, kita mengkategorikan pengeluaran terhadap barang tersebut sebagai konsumsi terinduksi karena tergantung pada pendapatan.
Di sisi lain, meski pendapatan jatuh, rumah tangga tetap mengeluarkan uang untuk item seperti makanan dan minuman. Karena tidak tergantung pada pendapatan, konsumsi semacam itu kita sebut sebagai konsumsi otonom.
Investasi bisnis
Ketika ekonomi berekspansi (PDB riil tumbuh), bisnis lebih percaya diri untuk berinvestasi dalam modal fisik. Mereka melihat permintaan konsumen tumbuh kuat dan prospek keuntungan membaik. Mereka kemudian meningkatkan produksi untuk meraup lebih banyak keuntungan.
Untuk meningkatkan produksi, bisnis kemudian membeli peralatan baru atau membangun pabrik baru. Investasi semacam itu tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dengan membeli peralatan produksi yang lebih canggih, perusahaan dapat menghasilkan lebih banyak output menggunakan input yang sama.
Peningkatan aktivitas produksi yang menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Konsumen melihat prospek upah, pendapatan dan pekerjaan mereka membaik, mendorong mereka untuk meningkatkan konsumsi barang dan jasa.
Peningkatan konsumsi mendorong bisnis meningkatkan produksi lebih lanjut, menciptakan lebih banyak pekerjaan dan meningkatkan pendapatan konsumen.
Karena alasan semacam itu, investasi bisnis masuk kategori pengeluaran terinduksi. Investasi modal meningkat mengikuti kondisi perekonomian dan PDB riil.
Sementara itu, beberapa investasi lainnya masuk kategori investasi otonom. Pengeluarannya tidak tergantung pada kondisi PDB riil. Contoh investasi otonom termasuk penggantian inventaris.
Modernisasi pabrik dan mesin untuk mendukung daya saing adalah contoh lainnya. Bisnis tetap melakukannya untuk mengimbangi depresiasi, meningkatkan kapasitas produktif dan mendukung daya saing, bahkan pada saat pertumbuhan ekonomi negatif.
Pengeluaran pemerintah
Peningkatan aktivitas bisnis selama ekspansi ekonomi menghasilkan lebih banyak pendapatan pajak bagi pemerintah. Selama periode ini, ekonomi juga makmur sehingga pemerintah juga melihat peningkatan pajak dari sektor rumah tangga dan bisnis.
Pemerintah menggunakan tambahan pendapatan pajak untuk meningkatkan pengeluaran barang dan jasa. Misalnya, pemerintah meluncurkan sejumlah proyek infrastruktur, baik fisik seperti jalan dan jembatan maupun non fisik seperti kesehatan dan pendidikan.
Pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi merangsang ekonomi untuk tumbuh lebih tinggi. Aktivitas ekonomi meningkat dan menciptakan lebih banyak pendapatan bagi rumah tangga dan keuntungan bagi bisnis. Itu pada akhirnya mengarah pada pendapatan pajak yang lebih tinggi.
Contoh lain pengeluaran terinduksi dari sektor pemerintah adalah pembayaran transfer seperti tunjangan pengangguran. Itu berkorelasi dengan PDB riil tapi dalam arah berkebalikan. Itu meningkat selama resesi karena tingkat pengangguran meningkat. Sebaliknya, ketika ekspansi ekonomi, itu menurun seiring dengan penurunan tingkat pengangguran.
Sementara itu, beberapa belanja rutin pemerintah masuk kategori pengeluaran otonom. Meski ekonomi jatuh, misalnya, pemerintah tetap harus membayar gaji staf pemerintahan.
Ekspor neto
Ingat, dari komponen ekspor neto, hanya impor yang mewakili pengeluaran terinduksi. Sebaliknya, ekspor tidak masuk kategori karena tidak tergantung pada pertumbuhan ekonomi domestik melainkan lebih bergantung pada faktor-faktor eksternal seperti pertumbuhan ekonomi global.
Impor memiliki komponen terinduksi signifikan. Untuk memenuhi pengeluaran tiga sektor lainnya, pasokan tidak hanya datang dari domestik tetapi juga dari impor. Jika pasokan domestik tidak mencukupi, itu akan meningkatkan impor. Peningkatan impor mengurangi ekspor bersih dan melemahkan pertumbuhan PDB riil, ceteris paribus.
Rumus pengeluaran terinduksi
Ekonom menggunakan rumus sederhana untuk menggambarkan hubungan antara pengeluaran agregat, pengeluaran otonom dan pengeluaran terinduksi. Dalam persamaan linear, formula pengeluaran agregat adalah seperti di bawah ini:
- AE = a + bY
Di mana:
- AE = pengeluaran agregat
- a = intersep, yang mana mewakili pengeluaran otonom
- b = slope, yang mana mewakili kecenderungan mengkonsumsi marginal
- bY = pengeluaran terinduksi
- Y = pendapatan nasional atau disposable
Asumsikan, persamaan di atas adalah seperti di bawah ini:
- AE = 5 + 0,5Y
Dari persamaan tersebut anda dapat melihat, ketika pendapatan nasional (Y) sama dengan nol, pengeluaran agregat adalah sebesar $5. Sementara itu, jika pendapatan naik $1, maka pengeluaran agregat meningkat sebesar $0,5.
Pengeluaran terinduksi dan efek multiplier
Meningkatnya pengeluaran terinduksi menciptakan pengganda (multiplier) bagi ekonomi. Misalnya, PDB riil yang lebih tinggi meningkatkan pendapatan disposabel. Itu akhirnya mendorong konsumsi barang dan jasa. Peningkatan PDB riil menunjukkan perekonomian tumbuh. Bisnis meningkatkan produksi, menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan di dalam perekonomian.
Pendapatan yang lebih tinggi mendorong lebih banyak konsumsi barang dan jasa di dalam perekonomian. Bisnis meresponnya dengan meningkatkan produksi dan merekrut tenaga kerja, mendorong PDB riil lebih tinggi. Itu pada akhirnya menciptakan lebih banyak pendapatan.
Pendapatan yang lebih tinggi mendorong rumah tangga untuk meningkatkan konsumsi. Situasi semacam itu terus berlanjut dan menghasilkan efek multiplier.
Besarnya pengganda tergantung pada kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume atau MPC) di dalam perekonomian. MPC menunjukkan ke anda berapa banyak konsumsi tambahan akibat kenaikan pendapatan disposable.
Ekonom merumuskan multiplier sebagai berikut:
- Pengganda = 1/(1-MPC)
Dari rumus tersebut, anda dapat lihat, semakin tinggi MPC, semakin besar efek pengganda. Sebaliknya, semakin rendah MPC, semakin kecil efek pengganda.
Ingat, formula tersebut mengasumsikan tidak ada perubahan dalam pajak penghasilan atau impor.
Mari ambil formula sebelumnya: AE = 5 + 0,5Y
Karena MPC sama dengan 0,5 maka, kita dapat menghitung multiplier dalam perekonomian adalah sebesar 2 = 1-(1-0,5). Itu menunjukkan ketika pengeluaran agregat meningkat sebesar $1, maka pendapatan (PDB riil) meningkat dua kali lipat.
Untuk membuktikannya, saya mensimulasikannya menggunakan data berikut. ∆Y/∆AE mewakili multiplier, besarnya perubahan PDB riil ketika pengeluaran agregat berubah.
Y | ∆Y | a | AE | ∆AE | ∆Y/∆AE |
1 | 1 | 5 | 5,5 | ||
3 | 2 | 5 | 6,5 | 1 | 2 |
7 | 4 | 5 | 8,5 | 2 | 2 |
13 | 6 | 5 | 11,5 | 3 | 2 |
21 | 8 | 5 | 15,5 | 4 | 2 |
31 | 10 | 5 | 20,5 | 5 | 2 |
43 | 12 | 5 | 26,5 | 6 | 2 |
57 | 14 | 5 | 33,5 | 7 | 2 |
73 | 16 | 5 | 41,5 | 8 | 2 |
91 | 18 | 5 | 50,5 | 9 | 2 |
111 | 20 | 5 | 60,5 | 10 | 2 |
133 | 22 | 5 | 71,5 | 11 | 2 |
Bacaan selanjutnya
- Anggaran Berimbang: Mengapa Penting, Efek Pengganda
- Anggaran Pemerintah: Komponen, Jenis dan Kebijakan Fiskal
- Belanja Modal Pemerintah: Contoh, Mengapa Penting
- Defisit Anggaran Siklikal: Penyebab, Cara Kerja, Dampak
- Defisit Anggaran Struktural: Cara Kerja dan Implikasinya
- Defisit Anggaran: Rumus, Penyebab, dan Akibat
- Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek
- Pajak Bersih Dalam Makroekonomi: Rumus, Efek Terhadap Ekonomi
- Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian
- Pajak: Jenis dan Dampaknya Terhadap Perekonomian
- Pembayaran Transfer: Pentingnya, Jenis, dan Kritik
- Pendapatan Pemerintah: Jenis dan Mengapa Penting?
- Pengeluaran Diskresioner Pemerintah: Apa Itu? Apa Saja Contohnya?
- Pengeluaran Lancar Pemerintah: Contoh, Perhitungan dalam PDB
- Pengeluaran Otonom: Rumus, Komponen, Faktor Penentu
- Pengeluaran Pemerintah: Komponen dan Efek Terhadap Perekonomian
- Pengeluaran Terinduksi: Definisi, Contoh, Rumus
- Stabilisator Otomatis: Contoh dan Cara Kerja
- Surplus Anggaran: Alasan Terjadi dan Efeknya
- Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?