Contents
Siapa itu: Pemimpin informal (informal leader) adalah mereka yang terlibat dalam kepemimpinan meski tidak memiliki otoritas formal. Mereka tidak menjabat posisi formal dalam manajemen perusahaan. Tapi, mereka memiliki beberapa kekuasaan untuk mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka.
Contoh pemimpin informal adalah mereka yang bijaksana, mahir dalam bidang tertentu dan memiliki kualitas interpersonal. Rekan kerja seringkali mendatangi mereka untuk meminta nasihat, pendapat, atau mendiskusikan masalah-masalah di tempat kerja atau bahkan, masalah pribadi.
Pemimpin informal mungkin tidak berniat untuk menjadi pemimpin di antara rekan kerja. Tapi, rekan kerja memandang mereka memiliki reputasi dan kredibilitas yang kuat. Sehingga, mereka memandang layak untuk mendengarkan dan mengikuti mereka. Dengan kata lain, kepemimpinan informal datang dari pengakuan dan rasa hormat diantara rekan kerja.
Kemudian, tidak seperti pemimpin formal, pemimpin informal tidak memiliki aturan resmi untuk diikuti. Mereka juga tidak memaksakan rekan kerja untuk taat. Itu karena mereka tidak memegang jabatan resmi di dalam perusahaan. Meskipun demikian, mereka masih dapat mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka. Tindakan dan ucapan mereka memberikan dampak besar terhadap rekan kerja. Dan rekan kerja mengikuti mereka secara sukarela.
Karena memiliki pengaruh yang kuat di lingkungan kerja, manajemen seringkali mendekati pemimpin formal, misalnya, untuk mengkomunikasikan kebijakan atau visi baru perusahaan. Pendekatan semacam seringkali lebih efektif untuk meningkatkan penerimaan diantara karyawan.
Mengapa pemimpin informal penting?
Pemimpin formal penting untuk beberapa alasan. Pertama, mereka memiliki pengaruh di antara rekan kerja mereka. Sehingga, misalnya, mereka tidak setuju dengan kebijakan baru perusahaan. Itu akan mempengaruhi rekan kerja mereka dan meningkatkan penolakan terhadap kebijakan tersebut. Begitu juga sebaliknya, ketika mereka setuju dengan kebijakan tersebut, rekan-rekan kerja akan mengikuti tanpa banyak alasan.
Karena alasan tersebut, manajemen seringkali mendekati pemimpin formal di lingkungan kerja ketika meluncurkan aturan, kebijakan, visi baru, atau perubahan lainnya. Cara ini dianggap lebih efektif untuk mensukseskan perubahan dan mengurangi penolakan diantara karyawan.
Dorongan oleh pemimpin informal tidak hanya mengurangi penolakan di antara karyawan. Tapi, itu juga menjadi kunci untuk mempengaruhi karyawan lainnya menjadi kunci untuk mendorong konsensus dan meningkatkan komitmen karyawan.
Kedua, pemimpin bisa bertindak sebagai mediator ketika konflik di tempat kerja muncul. Karena percaya, mereka yang berkonflik patuh atas setiap keputusan atau saran dari pemimpin. Akhirnya, itu meredakan konflik sebelum menjadi semakin buruk.
Ketiga, pemimpin formal menjadi juru bicara rekan kerja. Rekan kerja mungkin tidak memiliki kepercayaan diri untuk, misalnya berbicara langsung kepada manajemen tentang masalah tertentu seperti kenaikan gaji atau jenjang karir. Dan dalam kasus ini, mereka bertindak sebagai juru bicara.
Apa perbedaan antara pemimpin formal dengan informal?
Perbedaan antara pemimpin formal dengan pemimpin informal dapat dilihat dari beberapa aspek.
Pemimpin formal datang dari penunjukan resmi. Misalnya, pemegang saham menunjuk direktur untuk mengoperasikan perusahaan. Begitu juga, perusahaan mengangkat seorang karyawan untuk menduduki jabatan sebagai manajer.
- Pemimpin informal diakui orang-orang di sekitar. Meski tidak ada penunjukkan resmi, mereka bisa mempengaruhi rekan kerja. Dan rekan kerja secara sukarela mengikuti mereka karena menaruh kepercayaan kuat ke mereka.
Pemimpin formal memiliki wewenang dan kekuasan untuk memerintah dan mengharapkan kepatuhan orang lain selama masih berada pada satu rantai komando dan berada pada posisi yang lebih rendah. Mereka bisa memerintahkan bawahan untuk mengerjakan apa yang menjadi keputusan mereka.
- Pemimpin informal tidak memiliki wewenang dan kekuasaan atas orang lain, meski mereka memiliki pengaruh. Jadi, mereka tidak bisa memerintah atau mengharapkan orang lain patuh terhadap keputusan mereka.
Pemimpin formal memiliki pengaruh dan jaringan yang luas. Tapi, itu berjenjang. Level yang lebih tinggi memiliki otoritas yang lebih tinggi dan karena itu, pengaruh yang lebih luas.
Manajemen puncak memiliki otoritas terkuat. Mereka berada pada puncak di dalam bagan organisasi. Mereka memegang jabatan tertinggi didalam organisasi. Dan mereka memiliki kekuatan tertinggi untuk membuat keputusan. Sedangkan, mereka yang berada di posisi lebih rendah memiliki otoritas yang lebih lemah. Sebagai hasilnya, mereka yang memiliki posisi lebih tinggi bisa memerintah dan mengharapkan kepatuhan dari mereka yang berada di bawah, tapi tidak sebaliknya.
- Kepemimpinan informal tidak melibatkan jenjang. Meski memang, pemimpin bisa mengembangkan jaringan dengan orang-orang di berbagai level, tapi seringkali mereka yang berada pada tingkat yang sama.
Pemimpin formal bisa mengembangkan jaringan informal dengan orang-orang di luar rantai komando mereka. Tapi, itu mungkin kurang fleksibel, misalnya karena aturan perusahaan.
- Pemimpin informal tidak bisa mengembangkan jaringan formal di dalam organisasi, kecuali mereka ditunjuk oleh manajemen. Tapi, mereka bisa mengembangkan jaringan informal yang luas tanpa terikat oleh aturan perusahaan.
Pemimpin formal bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka mempengaruhi orang-orang untuk bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut.
- Pemimpin informal berusaha mencapai tujuan bersama dengan orang-orang di sekitar mereka, yang mana mungkin bertentangan dengan apa yang diinginkan manajemen. Katakanlah, mereka, bersama-sama dengan rekan kerja, mungkin melakukan protes ke manajemen untuk menyuarakan kepentingan mereka karena menganggap kebijakan baru perusahaan merugikan karyawan.
Gaya otoriter bisa berkembang di bawah kepemimpinan formal. Pemimpin membuat keputusan berdasarkan pertimbangan diri sendiri tanpa atau sedikit masukan dari bawahan.
- Gaya otoriter hampir mustahil atau sulit berkembang di kepemimpinan informal. Sebaliknya, pemimpin mengedepankan gaya demokratis. Mereka sering mengundang anggota untuk berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin meminta masukan mereka dan mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan. Akhirnya, mereka merasa terlibat atas keputusan tersebut, mendorong mereka secara sukarela mematuhi keputusan tersebut meski tidak wajib.
Bagaimana menjadi pemimpin informal?
Pemimpin formal memiliki kualitas pribadi yang kuat, yang mana menjadi alasan bagi orang lain untuk percaya dan mengikuti mereka. Apa saja kualitas tersebut, empat diantaranya adalah:
- Pandai membangun hubungan interpersonal
- Kompeten di bidangnya
- Pemecah masalah (problem solver)
- Membantu tanpa pamrih
Pandai membangun hubungan interpersonal. Pemimpin informal bisa bersahabat baik dengan orang lain dengan beragam latar belakang dan posisi. Kemahiran dalam berkomunikasi menjadi faktor penguat bagi mereka untuk membangun jaringan.
Kompeten di bidangnya. Mereka membangun kredibilitas, salah satunya, dari apa yang mereka miliki. Dan dalam kasus ini, misalnya, adalah keahlian di area kerja mereka. Sehingga, rekan kerja mungkin sering meminta pendapat ke mereka untuk suatu masalah dalam pekerjaan. Selain penting untuk membangun kredibilitas, kompetensi mereka juga mempercepat karir mereka di jalur formal.
Pemecah masalah (problem solver). Pemimpin formal senang membantu untuk memecahkan masalah orang lain. Mereka membangun jaringan dan kredibilitas melalui itu. Mereka memanfaatkan keahlian dan pengetahuan mereka untuk memberi masukan ke orang lain. Ketika bantuan mereka berhasil, mereka memunculkan kepercayaan dari orang lain. Kualitas ini biasanya juga didukung oleh kreativitas dan pemikiran di luar kotak mereka.
Membantu tanpa pamrih. Pemimpin informal mungkin lebih mengedepankan tujuan bersama alih-alih tujuan pribadi. Mereka mengambil keputusan dengan melibatkan anggota karena keputusan tersebut menyangkut kepentingan mereka. Membantu tanpa pamrih membuat mereka dipercayai oleh anggota.
Sebaliknya, pemimpin formal mengambil keputusan untuk kepentingan mereka, yakni mendapatkan kekuasaan. Mereka mempengaruhi dan memaksa orang lain untuk menjalankan perintah dan keputusan mereka untuk kinerja unggul mereka. Sehingga, ketika berhasil, mereka bisa menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Bacaan Selanjutnya
- Gaya Kepemimpinan: Apa Itu? Apa Saja Jenisnya?
- Kepemimpinan Demokratis: Definisi, Ciri, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Etis: Pentingnya dan Prinsip-Prinsipnya
- Kepemimpinan Karismatik: Definisi, Contoh, Karakteristik, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Laissez-Faire: Karakteristik, Kelebihan, Kekurangan
- Kepemimpinan Otokratis: Definisi, Karakteristik, Contoh, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Otoriter: Karakteristik, Pro dan Kontra
- Kepemimpinan Paternalistik: Karakteristik, Keunggulan, Kelemahan
- Kepemimpinan Pelayan: Definisi, Karakteristik
- Kepemimpinan Situasional: Cara Kerja, Tipe, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Transaksional: Contoh, Karakteristik, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Transformasional: Karakteristik, Mengapa Penting
- Kepemimpinan: Karakteristik dan Jenis Gaya Kepemimpinan
- Pemimpin Informal: Pentingnya Mereka, Cara Menjadi
- Pemimpin Strategis: Karakteristik dan Mengapa Penting