Contents
Apa itu: Penganggaran modal (capital budgeting) adalah sebuah proses untuk mengestimasi pendapatan dan pengeluaran modal. Itu biasanya dikaitkan dengan menilai seberapa menguntungkan atau layak investasi modal atau proyek-proyek utama perusahaan.
Investasi modal tersebut mungkin melibatkan pembelian mesin dan peralatan baru, mengganti mesin dan peralatan saat ini, atau pengeluaran untuk membangun pabrik baru. Investasi semacam itu memerlukan dana yang substansial. Sehingga, kesuksesan dan kegagalannya bisa berdampak signifikan terhadap perusahaan.
Sebuah perusahaan mungkin memiliki rencana untuk mengembangkan beberapa proyek jangka panjang. Perusahaan tersebut membutuhkan analisis untuk menilai proyek-proyek tersebut. Melalui penganggaran modal, manajemen bisa menentukan dan memilih mana di antara proyek tersebut yang menawarkan pengembalian tertinggi untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Sehingga, uang perusahan tidak sia-sia dibelanjakan.
Mengapa penganggaran modal penting?
Beberapa alasan menjelaskan mengapa penganggaran modal penting. Pertama, itu membantu manajemen untuk menentukan keputusan investasi. Keputusan tersebut mungkin melibatkan manajemen untuk memilih fasilitas baru atau memperluas fasilitas yang ada. Dalam kasus lain, manajemen mungkin perlu memutuskan apakah mengganti fasilitas yang ada dengan fasilitas baru.
Kedua, penganggaran modal menyediakan metode untuk menilai proyek secara akuntabel dan terukur. Ini adalah cara terukur bagi bisnis untuk menilai profitabilitas ekonomi dan keuangan jangka panjang ketika ingin mengenalkan proyek-proyek baru. Mereka bisa membuat pandangan kuantitatif untuk setiap investasi modal yang diusulkan, sehingga memberikan dasar rasional untuk membuat penilaian dan pengambilan keputusan.
Ketiga, investasi modal mengkonsumsi biaya yang substansial. Sehingga, kegagalannya bisa berdampak signifikan terhadap keuangan perusahaan.
Keempat, proyek-proyek jangka panjang strategis untuk mendukung keunggulan kompetitif jangka panjang perusahaan. Kesuksesannya akan membawa lebih banyak pertumbuhan di masa depan, memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Sebaliknya, kegagalan bisa menyebabkan perusahaan kalah bersaing dengan pesaing.
Apa tiga metode dalam penganggaran modal untuk mengukur kelayakan investasi?
Keputusan penganggaran modal merupakan faktor kunci dalam menunjang pertumbuhan dan profitabilitas jangka panjang perusahaan. Sehingga, manajemen memerlukan alat atau metode untuk membuat keputusan investasi yang bijaksana. Alat-alat tersebut memandu mereka dalam membandingkan manfaat dan biaya diantara berbagai alternatif investasi. Sehingga, mereka bisa memilih proyek yang paling layak diantara beberapa alternatif tersebut.
Beberapa metode tersedia untuk penganggaran modal, seperti:
- Net present Value (NPV)
- Internal Rate of Return (IRR)
- Payback period
- Accounting rate of return
- Profitability Index (PI)
Tapi, pada artikel ini, kita akan membahas singkat tiga yang pertama.
Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) dianggap metode yang paling penting dan karena itu, paling banyak diaplikasikan. Itu membandingkan berapa uang yang dibelanjakan dan dihasilkan dari sebuah proyek setelah disesuaikan dengan nilai waktu. Dengan kata lain, kita menghitungnya dengan membandingkan arus keluar untuk investasi awal dengan arus kas masuk masa depan setelah pajak setelah didiskontokan untuk mendapatkan nilainya sekarang (present value). Rumus matematis NPV adalah sebagai berikut:
CF mewakili arus kas masuk yang dihasilkan oleh proyek untuk setiap periode ke t. Itu adalah arus kas masuk setelah disesuaikan dengan pajak. Kemudian, kita harus meniskontokannya untuk menentukan nilainya sekarang (present value) dengan tingkat diskonto yang diasumsikan (yakni tingkat pengembalian minimum yang disyaratkan).
Pendiskontoan tersebut untuk mendapatkan nilai yang setara ketika kita membandingkannya dengan investasi awal. Sebagaimana konsep nilai waktu dari uang, arus kas masuk sekarang lebih berharga daripada jumlah yang sama di masa mendatang. Oleh karena itu, kita harus terlebih dahulu mendiskontokan arus kas masuk masa depan untuk mendapatkan nilai yang setara sekarang.
Bagaimana mengambil keputusan dari NPV? Investasi modal layak jika NPV adalah positif (lebih dari nol). Semakin besar nilai NPV, semakin menguntungkan investasi tersebut. NPV yang positif menunjukkan investasi menghasilkan arus kas yang lebih besar daripada investasi awal.
Sebaliknya, proyek dengan NPV negatif adalah tidak layak. Arus kas masuk masa depan tidak dapat menutupi investasi awal dan karena itu, proyek adalah rugi.
Dan NPV mungkin juga sama dengan nol. Sehingga, itu tidak menguntungkan ataupun merugikan. Manajemen mungkin mempertimbangkan manfaat tidak berwujud untuk mengambil keputusan.
Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) mewakili tingkat diskonto di mana NPV sama dengan nol. Dengan kata lain, itu menyamakan investasi awal dengan total nilai sekarang dari arus kas masuk. Berikut rumus Internal Rate of Return (IRR):
Jika kita lihat, IRR dalam perhitungan di atas mirip dengan “r” pada perhitungan NPV. r kita katakan sebagai tingkat pengembalian minimum yang disyaratkan. Sehingga, ketika NPV sama dengan nol, tingkat diskonto (“r”) yang kita dapatkan akan sama dengan IRR.
Lantas bagaimana mengambil keputusan menggunakan IRR? Investasi layak jika IRR lebih tinggi daripada tingkat pengembalian yang disyaratkan. Sebaliknya, jika lebih rendah, investasi tersebut tidak layak.
Lantas bagaimana itu berhubungan dengan pengambilan keputusan menggunakan NPV?
Investasi menghasilkan NPV yang positif ketika IRR lebih tinggi daripada tingkat pengembalian yang disyaratkan, karena itu, kita katakan investasi tersebut adalah layak. Sebaliknya, ketika IRR lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang disyaratkan, NPV adalah negatif, dan karena itu, investasi tidak layak.
Payback Period
Payback period menunjukkan ke kita berapa lama investasi proyek bisa memulihkan investasi awal. Tentu saja, manajemen menginginkan proyek segera memulihkan investasi awal dan menghasilkan arus kas positif. Karena alasan ini, payback period yang lebih pendek adalah lebih disukai karena proyek bisa menutupi investasi awal dengan lebih cepat.
Mari ambil sebuah contoh untuk menjelaskan bagaimana payback period bekerja. Sebuah proyek membutuhkan investasi awal dan menghasilkan arus kas masuk setelah pajak sebagai berikut:
Tahun | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
Arus kas | −3,000 | 700 | 800 | 900 | 1,000 | 1,000 |
Arus kas kumulatif | −3,000 | -2,300 | -1,500 | -600 | 400 | 1,400 |
Dari tabel di atas, kita bisa melihat, proyek membutuhkan investasi awal sebesar $3,000. Di tahun pertama, proyek tersebut menghasilkan arus kas masuk setelah pajak sebesar $700. Dengan kata lain, di tahun pertama, proyek masih melaporkan arus kas negatif sebesar $2,300. Sehingga, proyek tersebut masih membutuhkan waktu untuk memulihkan investasi awal sepenuhnya.
Di tahun kedua, proyek menghasilkan arus kas $800. Sehingga, masih ada $1,500 investasi awal yang harus dipulihkan dan dan seterusnya.
Proyek tersebut telah menghasilkan arus kas positif pada tahun keempat. Dengan kata lain, titik impas proyek ada di antara tahun ketiga dan keempat, dimana arus kas kumulatif berubah dari negatif menjadi positif.
Karena titik impas berada di antara tahun ketiga dan keempat, maka payback period adalah tiga tahun plus beberapa waktu, tapi tidak sampai satu tahun. Untuk menghitung sisa waktu, kita membagi jumlah yang belum dipulihkan ($600) dibagi dengan $1,000, arus kas masuk yang diperoleh pada tahun keempat. Oleh karena itu, payback period sama dengan 3 + ($600/$1,000) = 3,6 tahun.
Bacaan dalam seri ini
- Penganggaran Modal: Pentingnya, Metode Untuk Menilai Kelayakan Proyek
- Apa Saja Proses Penganggaran Modal?
- Apa Saja Jenis Proyek Dalam Penganggaran Modal?