Contents
Apa itu: Upah borongan (piece rate) adalah sistem upah di mana pekerja dibayar berdasarkan output yang dihasilkan. Ini adalah alternatif dari upah berbasis waktu, yang mana dihitung berdasarkan jam kerja. Sistem upah ini cocok untuk bisnis di mana produk mereka terstandarisai dan kualitas bukan faktor penting yang dipertimbangkan. Selain itu, tidak seperti upah berbasis waktu, perusahaan bisa menghubungkan secara langsung produktifitas pekerja dengan upah yang dibayarkan. Jika pekerja lebih produktif dan menghasilkan lebih banyak output, mereka mendapatkan lebih banyak bayaran.
Bagaimana cara kerja upah borongan?
Upah borongan didasarkan pada berapa banyak output yang dihasilkan masing-masing pekerja alih-alih total waktu kerja yang mereka habiskan. Jika mereka bisa menghasilkan lebih banyak output, mereka mendapat bayaran yang lebih banyak.
Perusahan biasanya akan membayar pada tarif normal untuk setiap output yang dihasilkan. Jika karyawan menghasilkan lebih banyak daripada yang ditargetkan, mereka akan mendapat uang ekstra sesuai dengan berapa banyak produk yang telah diproduksi.
Misalnya, perusahaan menargetkan output per masing-masing pekerja adalah sebesar 100 unit dan menawarkan tarif upah normal sebesar $5 per unit. Dan, jika bisa menghasilkan lebih dari target, perusahan menawarkan tarif upah sebesar $6 per unit ekstra yang dihasilkan.
Katakanlah, seorang pekerja sedang bersemangat tinggi dan bisa menghasilkan sebanyak 110 unit. Maka, dia mendapatkan bayaran sebesar $560 = ($5 x 100) + ($6 x 10).
Di bisnis apa upah borongan cocok?
Perusahaan di sektor jasa mungkin jarang menggunakan sistem upah ini karena output yang dihasilkan masing-masing pekerja sulit untuk diukur. Begitu juga, pekerjaan-pekerjaan administratif juga tidak cocok mengaplikasikan itu. Secara umum, itu banyak diterapkan di bisnis di mana:
Output adalah terstandarisasi. Perusahan lebih fokus pada kuantitas daripada kualitas. Mereka biasanya menjual produknya pada harga murah karena kualitas bukan menjadi proposisi nilai mereka yang utama. Melainkan, mereka lebih mementingkan harga rendah untuk menarik permintaan. Sehingga, mereka akan berusaha meningkatkan produksi untuk mencapai skala ekonomi yang lebih tinggi. Dan, pekerja akan lebih mengejar kuantitas daripada kualitas.
Produksi massal biasanya menerapkan sistem ini. Kualitas telah dirancang dari awal menggunakan mesin berbantuan komputer. Dan, pekerja hanya fokus mengerjakan bagian-bagian di masing-masing stasiun kerja.
Output per pekerja dapat terukur. Perusahaan membayar pekerja sesuai dengan kontribusi mereka, yakni output yang diproduksi masing-masing. Sehingga, kecil kemungkinan perusahaan membayar lebih atau membayar kurang.
Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan upah berbasis waktu, mereka mungkin akan membayar lebih atau kurang. Misalnya, pekerja yang malas dan pekerja yang bersemangat sama-sama menghabiskan total jam kerja yang sama dan karena itu, mendapatkan upah yang sama. Akibatnya, pekerja yang malas cenderung mendapatkan bayaran per output yang lebih tinggi karena menghasilkan lebih sedikit output. Sementara itu, rekannya yang bersemangat mendapatkan upah per output yang lebih rendah.
Apa kelebihan upah borongan?
Upah borongan memungkinkan perusahaan untuk menghubungkan secara langsung produktivitas karyawan dengan kompensasi mereka. Jika mereka lebih produktif dan menghasilkan output lebih banyak, perusahaan membayar mereka lebih banyak. Sebaliknya, jika kurang produktif, perusahaan membayar mereka lebih sedikit.
Keuntungan lain upah borongan adalah:
Merangsang usaha. Karyawan termotivasi untuk menghasilkan lebih banyak produk untuk mendapatkan bayaran lebih banyak. Mereka kemudian, misalnya, merancang metode yang lebih baik untuk menghasilkan produk lebih cepat. Dan, mereka bersemangat belajar sambil melakukan. Sehingga, mereka bisa mengejar lebih banyak output.
Pengawasan yang lebih sedikit. Perusahaan membutuhkan lebih sedikit supervisor. Berapapun waktu yang pekerja habiskan, itu tidak mempengaruhi bayaran yang mereka terima. Sehingga, mereka lebih fokus pada total output daripada total jam kerja. Sebagai hasilnya, mereka kemungkinan akan menggunakan waktu kerja mereka sebaik mungkin.
Sebaliknya, di bawah sistem upah berbasis waktu, pekerja fokus pada total jam kerja. Mereka mungkin malas dan menghasilkan lebih sedikit output. Asalkan bekerja sesuai jam kerja normal, mereka mendapatkan bayaran normal. Dalam kasus ini, perusahaan biasanya membutuhkan lebih banyak supervisor untuk memastikan mereka tetap bekerja.
Lebih mudah untuk meningkatkan produksi. Ketika permintaan meningkat, perusahaan lebih mudah untuk memenuhinya dengan meningkatkan produksi. Perusahan mungkin hanya perlu menaikkan tarif upah untuk output ekstra yang dihasilkan untuk memotivasi karyawan lebih produktif.
Waktu kerja yang lebih efektif. Pekerja kemungkinan memanfaatkan waktu kerja mereka sebaik-baiknya, berharap menghasilkan lebih banyak output. Tidak ada alasan bagi karyawan untuk malas.
Apa keterbatasan upah borongan?
Mengorbankan kualitas. Pekerja akan mengejar kuantitas daripada kualitas. Itu bisa berbahaya jika mereka sama sekali mengabaikan kualitas. Output bisa tidak sesuai standar yang disyaratkan perusahaan karena mereka berkonsentrasi untuk membuat produk dalam jumlah besar.
Akibatnya, produk bisa tidak laku dijual karena berkualitas buruk. Pada akhirnya, itu bisa merusak reputasi perusahaan. Dan, itu berbahaya dalam jangka panjang karena konsumen tidak lagi percaya dengan produk perusahaan.
Untuk mengatasi kemungkinan itu, perusahaan mungkin membutuhkan sistem kontrol kualitas. Tapi, itu seringkali mahal.
Bayaran kurang adil. Upah borongan membutuhkan karyawan untuk terampil dan cepat untuk melakukan tugas. Jika mereka terlalu berhati-hati dalam bekerja, mereka tidak akan mendapatkan penghasilan sebanyak mereka yang terburu-buru.
Perbedaan semacam itu terlihat untuk pekerja baru dan pekerja lama. Pekerja baru kemungkinan mendapatkan bayaran lebih sedikit karena mereka kurang terampil. Mereka belum memiliki jam kerja yang tinggi sehingga belum memiliki manfaat dari belajar sambil melakukan.
Bayaran lebih rendah karena kesalahan mesin. Bayaran yang diterima oleh pekerja tidak selalu mencerminkan usaha mereka. Misalnya, mesin mati karena fasilitas produksi sudah tua. Akibatnya, itu mengganggu proses produksi. Dan, karyawan tidak dapat bekerja secara normal, mengakibatkan lebih sedikit output yang mereka hasilkan. Pada akhirnya, mereka mendapatkan lebih sedikit uang meski itu bukan kesalahan mereka.
Dapat diterapkan hanya bisnis tertentu. Sistem ini mungkin lebih cocok untuk manufaktur. Sebaliknya, seperti telah disebutkan sebelumnya, itu tidak cocok untuk bisnis jasa karena output per pekerja sulit untuk diukur.
Bahaya bagi moral karyawan. Pekerjaan cenderung monoton dan karyawan terlalu fokus pada pekerjaan masing-masing. Mereka akan menggunakan lebih sedikit waktu untuk bersosialisasi dengan rekan kerja. Jika sebaliknya, mereka hanya akan menghasilkan lebih sedikit output dan yang lebih buruk, proses produksi bisa terganggu. Sebagai akibatnya, mereka bosan dan bisa menurunkan semangat mereka.
Bacaan selanjutnya
- Motivasi Finansial: Mengapa Penting dan Jenisnya
- Upah: Cara kerja dan Jenis
- Upah Berbasis Waktu: Cara Cerja, Kelebihan dan Kekurangan
- Upah Borongan: Cara Cerja, Kelebihan dan Kekurangan
- Bonus: Jenis, Kelebihan, Kekurangan
- Gaji: Faktor Yang Mempengaruhi, Kelebihan, Kekurangan
- Bayaran Berbasis Komisi: Cara Kerja, Kelebihan, Kekurangan
- Bayaran Berbasis Kinerja: Cara Kerja, Pro, Kontra
- Skema Kepemilikan Saham: Pentingnya, Kelebihan dan Kekurangan
- Tunjangan Tambahan: Contoh, Kelebihan, Kekurangan
- Bagi Hasil Sebagai Pemotivasi: Cara Kerja, Kelebihan, Kekurangan