Contents
Apa itu: Upah berbasis waktu (time-based wage) adalah sistem remunerasi dihitung berdasarkan waktu yang dikontribusikan pekerja. Itu biasanya dihitung berdasarkan jam kerja. Sehingga, total upah yang dibayarkan ke masing-masing individu sama dengan total jam kerja dikali dengan tarif per jam. Sehingga, semakin tinggi total jam kerja, semakin besar kompensasi yang diterima karyawan, mengasumsikan tarif per jam tetap. Dalam variasi lainnya, tarif mungkin didasarkan per hari alih-alih per satu jam.
Bagaimana cara kerja upah berbasis waktu?
Upah berbasis waktu adalah alternatif dari upah borongan. Yang terakhir berdasarkan output yang dihasilkan pekerja.
Sekarang ambil contoh sederhana. Perusahaan anda menawarkan upah $10 per jam. Katakanlah, seorang karyawan menghabiskan total jam kerja selama 40 jam selama seminggu. Total upah yang dia terima sama dengan $400 = $10 x 40 di minggu tersebut. Dia akan menerima uang lebih banyak jika:
- Menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja, misalnya lembur
- Tarif upah per jam naik, misalnya karena pasar tenaga kerja yang ketat
Upah berbasis waktu biasanya cocok untuk beberapa bisnis tapi tidak yang lain. Misalnya, bisnis biasanya mengaplikasikan itu ketika:
- Output per pekerja sulit diukur
- Output adalah tak terstandarisasi
Output yang dihasilkan masing-masing pekerja sulit untuk diukur. Contohnya adalah resepsionis hotel atau sopir hotel – dan, secara umum, bisnis jasa masuk kategori ini. Mereka berkontribusi kepada bisnis, tapi output mereka tidak dapat dilihat secara kasat mata. Oleh karena itu, lebih mudah untuk menghitung pembayaran berdasarkan berapa lama waktu yang mereka habiskan untuk bekerja.
Produk tidak terstandarisasi. Ini berarti perusahaan mementingkan kualitas sebagai proposisi jual mereka. Sehingga, mereka bisa menjual produk pada harga yang lebih tinggi daripada produk terstandarisasi.
Dan, itu mengharuskan pekerja untuk memastikan kualitas sesuai dengan standar perusahaan. Sehingga, pekerjaan semacam itu membutuhkan lebih banyak kehati-hatian daripada mengejar waktu.
Karena dibayar berdasarkan total jam kerja, tidak ada alasan bagi pekerja untuk bekerja terburu-buru. Mereka seharusnya lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaan. Mereka seharusnya tidak akan mengorbankan kualitas demi menghasilkan lebih banyak output. Itu karena berapapun total output yang mereka hasilkan, itu tidak menentukan upah yang mereka terima. Sehingga, mereka mungkin menghabiskan lebih banyak waktu untuk memastikan kualitas sesuai dengan yang disyaratkan perusahaan.
Sebaliknya, jika perusahaan membayar berdasarkan total output yang dihasilkan (piece rate), pekerja mungkin hanya mengejar kuantitas. Mereka kemungkinan mengorbankan kualitas untuk mendapatkan bayaran yang lebih banyak dengan menghasilkan lebih banyak output. Piece rate lebih cocok pada produk terstandarisasi di mana kualitas bukan pertimbangan penting.
Apa saja kelebihan upah berbasis waktu?
Kurang berbahaya bagi kualitas. Seperti disebutkan di atas, sistem upah ini membuat pekerja dapat fokus pada kualitas. Mereka tidak terburu-buru dalam bekerja dan mengejar kuantitas untuk mendapatkan bayaran lebih banyak.
Lebih dapat diterapkan banyak kasus. Memang, sistem upah ini cocok untuk pekerjaan di mana output sulit diukur. Selain sektor jasa, pekerjaan administratif juga bisa menerapkan itu. Bahkan, ketika produk terstandarisasi dan output per pekerja terukur, itu juga dapat diterapkan.
Penganggaran biaya lebih mudah. Perusahaan dapat lebih mudah untuk merencanakan anggaran biaya karyawan karena hanya membutuhkan perhitungan jumlah karyawan dengan total jam kerja.
Sebaliknya, jika menggunakan piece rate, perusahaan harus memperkirakan output yang diproduksi. Itu mungkin lebih ribet karena total output tidak hanya dipengaruhi oleh produktivitas karyawan, tapi juga mesin dan peralatan produksi. Misalnya, ketika mesin sudah tua, mesin produksi mati, mengakibatkan proses produksi berhenti. Sebagai hasilnya, total output – begitu juga biaya tenaga kerja- tidak sesuai yang dengan yang ditargetkan.
Penghasilan yang lebih mudah terukur. Bagi pekerja, mereka lebih nyaman untuk menghitung penghasilan mereka. Apakah mereka sedang bersemangat kerja atau sedang malas, asalkan menghabiskan total jam kerja yang sama, mereka memperoleh bayaran yang normal.
Apa saja keterbatasan upah berbasis waktu?
Perhitungan lebih kompleks. Tidak seperti gaji, menghitung pembayaran ke masing-masing karyawan bisa menghabiskan lebih banyak waktu.
Selain itu, itu juga membutuhkan sistem pencatatan jam kerja yang andal. Perusahaan harus mencatat total jam kerja masing-masing pekerja, yang mana bisa sangat bervariasi antar individu. Beberapa mungkin bekerja dengan jam normal, yang lain mungkin mengambil lembur atau izin tidak masuk karena sakit.
Kemudian, jika upah dibayarkan per minggu, perusahaan mengalikan total jam kerja masing-masing karyawan dengan tarif upah masing-masing. Mengerjakan itu semua membutuhkan perhitungan yang lebih rumit daripada menggunakan sistem gaji atau upah borongan.
Pembayaran tidak sepadan dengan produktivitas. Beberapa karyawan mungkin bekerja dengan giat sehingga menghasilkan lebih banyak output. Yang lain mungkin malas-malasan, membuat output mereka lebih rendah.
Tapi, karena keduanya menghabiskan total jam kerja yang sama, mereka mendapatkan total upah yang sama. Selain tidak selaras dengan produktivitas, sistem remunerasi ini juga bisa mendemotivasi. Misalnya, pekerja yang lebih rajin mungkin juga menganggap perusahaan tidak adil, mempengaruhi semangat mereka dalam bekerja.
Perusahaan anda harus membayar supervisor lebih banyak. Perusahaan anda membutuhkan pengawas untuk mengawasi pekerja untuk mencegah kebiasan malas mereka. Mereka memastikan para pekerja tetap di tempat mereka dan sedang mengerjakan pekerjaan. Mereka juga memastikan pekerja menghasilkan produk yang berkualitas baik. Tanpa mereka, pekerja mungkin lebih banyak yang bermalas-malasan, yang mana merugikan perusahaan.
Kemudian, jika anda memiliki banyak pekerja, anda membutuhkan lebih banyak supervisor. Dengan demikian, anda juga harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membayar mereka.
Bacaan selanjutnya
- Motivasi Finansial: Mengapa Penting dan Jenisnya
- Upah: Cara kerja dan Jenis
- Upah Berbasis Waktu: Cara Cerja, Kelebihan dan Kekurangan
- Upah Borongan: Cara Cerja, Kelebihan dan Kekurangan
- Bonus: Jenis, Kelebihan, Kekurangan
- Gaji: Faktor Yang Mempengaruhi, Kelebihan, Kekurangan
- Bayaran Berbasis Komisi: Cara Kerja, Kelebihan, Kekurangan
- Bayaran Berbasis Kinerja: Cara Kerja, Pro, Kontra
- Skema Kepemilikan Saham: Pentingnya, Kelebihan dan Kekurangan
- Tunjangan Tambahan: Contoh, Kelebihan, Kekurangan
- Bagi Hasil Sebagai Pemotivasi: Cara Kerja, Kelebihan, Kekurangan