Contents
Apa itu: Siklus bisnis riil (real business cycle) adalah fluktuasi dalam perekonomian karena guncangan dari faktor riil alih-alih guncangan permintaan agregat. Para ekonom klasik baru mengajukan model ini dan mempertimbangkan fluktuasi penawaran agregat sebagai penyebab siklus ekonomi.
Penurunan harga input atau kemajuan teknis meningkatkan penawaran agregat dan mengeser kurvanya ke kanan. Sebaliknya, kenaikan harga input menurunkan penawaran agregat dan menggeser kurvanya ke kiri.
Para ekonom klasik baru tidak menganjurkan intervensi pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian melalui permintaan agregat. Untuk mendorong kemajuan teknis, misalnya, mereka menyarankan reformasi sisi penawaran, yang mana membantu perekonomian menjadi lebih efisien dan fleksibel.
Apa itu siklus bisnis
Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita tinjau kembali konsep siklus bisnis atau siklus ekonomi. Ekonom mendefinisikannya sebagai fase naik dan turun dalam aktivitas perekonomian agregat. Itu terbagi ke dalam empat periode:
- Ekspansi ekonomi
- Puncak
- Kontraksi ekonomi
- Palung
Ekspansi (expansion) adalah periode ketika aktivitas ekonomi meningkat. Selama fase tersebut, PDB riil dan pemanfaatan kapasitas meningkat. Produsen meningkatkan output dan menciptakan lebih banyak pekerjaan. Sehingga, tingkat pengangguran menurun dan prospek pendapatan memembaik. Pada saat yang sama, inflasi cenderung meningkat karena tingginya permintaan. Pertumbuhan terus berlangsung hingga mencapai puncak (peak), titik balik sebelum siklus berubah menjadi kontraksi.
Ketika ekonomi mulai menurun, kita menyebutnya sebagai fase kontraksi (contraction phase). Palung (trough) adalah titik terendah dari siklus bisnis sebelum pulih dan bergerak menuju ekspansi.
Selama fase kontraksi ekonomi, kita akan melihat penurunan PDB riil. Bisnis memangkas produksi sehingga berdampak pada penurunan pemanfaatan kapasitas di dalam perekonomian. Mereka berusaha mengefisienkan operasional dan mengurangi tenaga kerja. Sebagai akibatnya, tingkat pengangguran meningkat dan prospek pendapatan rumah tangga memburuk. Permintaan rumah tangga melemah sehingga inflasi juga cenderung turun.
Keempat fase tersebut berlangsung berulang-ulang dengan durasi setiap fase bervariasi. Selain itu, siklus tidak hanya berlaku untuk sektor tertentu saja, melainkan semua sektor ekonomi menjalani tahapan siklus bisnis pada waktu yang hampir bersamaan.
Asumsi siklus bisnis riil
Teori siklus bisnis riil (RBC) menggunakan beberapa asumsi penting. Pertama, agen ekonomi selalu bertindak rasional. Individu atau rumah tangga akan memaksimalkan utilitas ketika membeli barang dan jasa. Begitu juga, bisnis akan memaksimalkan keuntungan ketika memproduksi barang dan jasa. Rumah tangga dan bisnis berperilaku sama, tunduk pada keterbatasan sumber daya dan teknologi yang mereka hadapi.
Kedua, ekonom klasik baru berpendapat bahwa ekonomi berada di lapangan kerja penuh (full employment). Harga dan upah sepenuhnya fleksibel dan berfungsi di pasar yang kompetitif. Fluktuasi ekonomi mencerminkan respons yang paling efisien terhadap guncangan riil oleh agen ekonomi.
Ketiga, model tidak menyertakan uang. Variabel-variabel moneter seperti inflasi tidak berpengaruh terhadap output ekonomi dan pengangguran.
Penyebab siklus bisnis riil
Siklus bisnis mewakili operasi ekonomi yang efisien dalam menanggapi guncangan eksternal. Guncangan datang dari faktor seperti perubahan teknologi dan harga relatif input.
Misalnya, teknologi mengarah pada kemajuan teknis dan produktivitas dalam perekonomian, baik bagi modal maupun tenaga kerja. Itu meningkatkan PDB potensial dan menggeser kurva penawaran agregat jangka panjang ke kanan.
Perekonomian membutuhkan jeda waktu untuk menyesuaikan. Penawaran agregat jangka pendek tidak akan langsung melompat ke ekuilibrium baru. Tidak semua perusahaan dapat mengadopsi teknologi baru tersebut secara bersamaan.
Kritik terhadap siklus bisnis riil
Model siklus bisnis riil memberikan sudut pandang lain tentang siklus bisnis. Meskipun demikian, beberapa argumennya tidak realistis seperti dalam kasus upah, pasar tenaga kerja dan intervensi pemerintah.
Selain itu, model tersebut juga mengabaikan peran uang dalam mempengaruhi aktivitas ekonomi. Padahal, uang memainkan peran signifikan, terutama di negara-negara kapitalis. Perubahan jumlah uang beredar memiliki efek kuat pada output ekonomi, sebagaimana dijelaskan oleh teori kuantitas uang (quantity theory of money).
Pandangan terhadap fenomena pengangguran
Teori siklus bisnis riil percaya bahwa pengangguran adalah fenomena jangka pendek. Mereka memandang pasar bekerja dengan daya saing penuh dan beroperasi pada persaingan sempurna. Rumah tangga memiliki informasi sempurna tentang pasar tenaga kerja, termasuk tentang equilibrium untuk upah, permintaan, dan penawaran tenaga kerja.
Sebagai hasilnya, pasar tenaga kerja sangat fleksibel. Upah mudah turun atau naik untuk menyesuaikan penawaran dan permintaan.
Individu hanya akan menganggur jika mereka meminta upah terlalu tinggi daripada upah ekuilibrium. Kemudian, jika mereka menurunkan tuntutan upah, mereka dapat menemukan majikan yang mau mempekerjakan mereka.
Bagi para kritikus, pandangan semacam itu tidak realistis di dunia nyata. Misalnya, selama resesi, orang mungkin tetap menganggur karena lapangan kerja menyusut. Mereka tidak dapat menemukan pekerjaan bahkan, ketika telah mencari pekerjaan dan menurunkan reservasi upah (wage reservation).
Kritik lainnya adalah tentang fleksibilitas upah. Upah tidak serta merta turun atau meningkat mengikuti permintaan dan penawaran pasar tenaga kerja.
Di dunia nyata, kenaikan upah mungkin lebih mudah daripada penurunan upah. Ambil kasus selama resesi. Meski pasar tenaga kerja menghadapi ekses pasokan, bisnis tidak dapat menurunkan upah. Mereka terikat kontrak kerja dengan karyawan sewaktu mereka merekrut pertama kali.
Pandangan terhadap peran pemerintah
Singkat cerita, teori siklus bisnis riil menolak ide dari Keynesianisme dan Monetarisme. Ekonom klasik baru berargumen kebijakan fiskal atau kebijakan moneter tidak berkontribusi untuk mempengaruhi perekonomian. Kedua kebijakan bekerja melalui permintaan agregat. Sedangkan, sumber masalah dalam siklus bisnis riil adalah penawaran agregat.
Sehingga, mereka memandang pemerintah seharusnya tidak campur tangan dalam perekonomian. Perekonomian akan secara otomatis mencapai ekuilibrium baru. Dalam hal kemajuan teknis, misalnya, ekuilibrium baru akan tercapai ketika semua perusahaan dapat mengadopsi teknologi baru. Proses ini seringkali memakan waktu lebih lama daripada siklus yang digambarkan oleh Keynesianisme.
Jadi, model siklus bisnis riil menonjolkan peran penawaran agregat sebagai penyebab siklus. Sebagai konsekuensinya, kebijakan sisi permintaan (fiskal dan moneter) tidak efektif.
Dan tentu saja, ketika diaplikasikan di dalam dunia riil, penjelasan semacam itu kurang lengkap. Siklus bisnis juga dapat berlangsung karena guncangan permintaan agregat. Depresi Besar di Amerika Serikat, misalnya, terjadi karena krisis krisis permintaan agregat. Sehingga, pandangan Keynes lebih manjur dalam kasus tersebut.
Bacaan selanjutnya
- Depresi Ekonomi: Penyebab, Contoh, Efek, Solusi yang Mungkin
- Ekspansi Ekonomi: Definisi, Karakteristik, Faktor Pemicu, Dampak
- Fase Palung Dari Siklus Bisnis: Definisi dan Karakteristiknya
- Fase Puncak Siklus Bisnis: Arti, Karakteristik
- Keruntuhan Ekonomi: Tanda, Penyebab, dan Contoh
- Kontraksi Ekonomi: Definisi, Penyebab dan Dampaknya
- Krisis Ekonomi: Jenis dan Dampaknya
- Ledakan Ekonomi: Definisi, Ciri-Ciri, Dampak
- Pemulihan Ekonomi: Definisi, Jenis dan Karakteristiknya
- Resesi Ekonomi: Penyebab, Efek, dan Kemungkinan Solusi
- Siklus Bisnis Riil: Konsep, Asumsi, Penyebab, Kritik
- Siklus Bisnis: 4 Fase, Karakteristik dan Efeknya
- Siklus Kondratieff: Definisi, Rincian Siklus dan Kritik