Contents
Apa itu: Kepemimpinan otokratis (autocratic leadership) adalah gaya kepemimpinan di mana pengambilan keputusan terkonsentrasi pada pemimpin. Pemimpin lebih suka membuat keputusan dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa atau dengan sedikit masukan dari bawahan. Gaya kepemimpinan ini melibatkan kontrol mutlak dan otoriter atas bawahan. Disebut juga dengan kepemimpinan otoriter.
Pemimpin otokratis mengharapkan bawahan untuk patuh. Mereka meminta bawahan untuk mengikuti perintah mereka tanpa pertanyaan. Sehingga, bawahan tidak memiliki kesempatan untuk memberi masukan ke dalam keputusan kunci. Karena alasan ini, motivasi bawahan rendah karena merasa tidak diberdayakan.
Namun demikian, gaya ini penting untuk beberapa situasi, seperti selama krisis. Kepemimpinan ini dibutuhkan untuk membuat keputusan dengan cepat, yang mana kemudian diimplementasikan oleh bawahan tanpa penyimpangan.
Apa saja karakteristik kepemimpinan otokratis?
Ada beberapa ciri-ciri yang melekat pada gaya kepemimpinan otokratis. Pertama, otoritas berada di tangan satu orang (pemimpin). Pemimpin membuat hampir semua keputusan, termasuk tentang tujuan, tugas, proyek, dan proses kerja. Mereka mendikte semua metode dan proses kerja ke bawahan dan tidak mempercayakan keputusan kunci kepada bawahan.
Kedua, pekerjaan cenderung sangat terstruktur dan kaku. Hampir mustahil bagi bawahan untuk memunculkan kreativitas dan pemikiran out-of-the-box. Kontrol absolut menghalangi kemampuan mereka untuk berkreasi.
Ketiga, pemimpin menerapkan kontrol otoriter dan mengawasi bawahan mereka dengan ketat. Untuk menjalankan organisasi, mereka membuat aturan, prosedur dan kebijakan ketat di mana bawahan harus mematuhinya. Mereka kemudian mengkomunikasikannya ke bawahan untuk dipahami dan dijalankan tanpa pertanyaan.
Keempat, pemimpin memandang kepentingan bawahan kurang penting daripada organisasi. Sehingga, mereka kurang memberikan perhatian pada kepentingan bawahan. Karena alasan ini, pemberdayaan di lingkungan otokratis adalah rendah.
Kelima, pemimpin menempatkan tuntutan tinggi pada bawahan mereka. Mereka meminta bawahan untuk patuh atas apa yang mereka putuskan.
Keenam, pemimpin tidak meminta atau menerima masukan dari bawahan untuk pengambilan keputusan. Mereka lebih mengandalkan diri sendiri tentang apa yang baik dan buruk bagi organisasi.
Ketujuh, informasi kunci berada di pemimpin. Mereka menyimpan informasi untuk diri mereka sendiri. Mereka hanya memberitahu bawahan apa yang perlu mereka ketahui.
Kedelapan, hubungan kerja dan komunikasi adalah kaku. Komunikasi bersifat satu arah, dari atas ke bawah. Bawahan memiliki sedikit atau tidak ada kesempatan untuk mengomentari apa pun.
Siapa contoh pemimpin otokratis?
Para pemimpin mungkin menunjukkan lebih dari satu gaya kepemimpinan. Mereka mengadopsi gaya kepemimpinan berbeda, tergantung pada situasi. Namun, menurut pakar, pemimpin umumnya memiliki satu atau dua gaya dominan meski memiliki beberapa karakter. Dan gaya tersebut terlihat hampir di sepanjang waktu.
Siapa saja tokoh yang memiliki gaya kepemimpinan otokratis? Berikut adalah beberapa contoh pemimpin otokratis dalam sejarah:
- Adolf Hitler
- Attila the Hun
- Genghis Khan, Raja Henry III
- Napoleon Bonaparte
- Ratu Elizabeth I
Di bisnis, beberapa tokoh yang mengadopsi gaya otokratis adalah:
- Martha Stewart
- Donald Trump
- Leona Helmsley
- Michael Bloomberg
- Henry Ford
- Gordon Ramsey
- John D. Rockefeller
Apa saja keunggulan kepemimpinan otokratis?
Seperti gaya kepemimpinan lainnya, gaya kepemimpinan otokratis juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Meskipun dianggap suka memerintah dan diktator, gaya ini efektif, tergantung pada situasi, tugas yang diselesaikan dan komposisi tim. Mari kita bahas satu per satu keunggulan kepemimpinan otokratis.
Pertama, pemimpin membawa visi dan arah bagi tim. Mereka mengambil inisiatif dan membangun visi dan arahan yang jelas tentang kesuksesan di masa depan. Mereka kemudian mengembangkan cara-cara untuk mencapainya dan menyuruh bawahan untuk melaksanakannya. Kepemimpinan otokratis memungkinkan organisasi cepat meraih visinya karena semua orang bergerak ke arah visi tanpa penyimpangan.
Meskipun demikian, memang tidak semua pemimpin otokratis adalah seorang yang visioner. Dan ini buruk bagi organisasi.
Kedua, pengambilan keputusan adalah lebih cepat karena otoritasnya ada di pemimpin. Bawahan hanya tinggal melaksanakan. Pemimpin bisa meluangkan lebih sedikit waktu untuk memikirkan dan membuat keputusan penting. Kemudian, mereka meminta bawahan untuk melaksanakannya.
Pengambilan keputusan yang cepat menjadi penting ketika perusahaan menghadapi krisis. Persaingan yang semakin dinamis juga membutuhkan keputusan yang cepat dan karena itu, gaya kepemimpinan ini.
Ketiga, bawahan dapat fokus dalam bekerja. Pemimpin menentukan tugas, standar kerja dan tenggat waktu. Sedangkan, mereka hanya menunggu perintah dan kemudian melaksanakannya sesuai dengan arahan.
Keempat, komunikasi adalah lebih langsung. Pemimpin otokratis memberikan instruksi secara jelas. Mereka juga memberikan semua informasi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan melakukan pekerjaan. Itu menyederhanakan komunikasi.
Kelima, output meningkat. Spesialisasi seringkali membutuhkan pemimpin yang otokratis. Mereka memetakan dan memilah proses kerja menjadi beberapa bagian dan menetapkan tugas, target dan tenggat waktu untuk masing-masing pekerjaan. Dan bawahan fokus pada pekerjaan masing-masing.
Apa saja kekurangan kepemimpinan otokratis?
Meski memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat, namun kepemimpinan otokratis juga mengundang kontra. Pertama, pemimpin bertindak sebagai diktator. Mereka menggunakan cara otoriter untuk membujuk dan bahkan mengancam bawahan untuk melakukan tugas.
Kedua, pemimpin otokratis melumpuhkan dan menghambat pemberdayaan. Mereka serikali mementingkan ego mereka sendiri dan mengabaikan kebutuhan bawahan. Situasi ini menciptakan tekanan moral yang besar diantara bawahan, mengarah pada stress yang tinggi.
Ketiga, pemimpin otokratis membuat keputusan tanpa berkonsultasi dengan anggota kelompok. Mereka menganggap bawahan sebagai mesin penyuplai informasi untuk pengambilan keputusan mereka. Bawahan tidak bisa berkontribusi dalam keputusan, bahkan jika itu terkait dengan area kerja mereka.
Keempat, kepemimpinan otokratis mengandalkan pikiran sendiri. Bawahan tidak dapat menyumbangkan gagasan dan inisiatif. Sebagai akibatnya, solusi kreatif untuk masalah adalah minim. Akhirnya, tidak ada ruang untuk berinovasi dan berkreativitas. Lingkungan seperti ini bisa membahayakan bagi organisasi, terutama ketika lingkungan dengan cepat berubah dan membutuhkan inovasi untuk tetap adaptif.
Kelima, tingkat turnover tinggi. Stres dan tekanan tinggi berdampak negatif pada moral karyawan. Mereka terdemotivasi karena lingkungan kerja kaku. Mereka tidak bisa berkontribusi pada area kerja atau organisasi tempat mereka bekerja. Akhirnya, mereka memilih untuk mencari alternatif pekerjaan yang lebih baik di tempat lain.
Keenam, organisasi menjadi sangat tergantung pada pemimpin. Jika pemimpin tidak memiliki kompetensi untuk menuju kesuksesan atau seorang visioner, organisasi akan menuju kehancuran.
Sebaliknya, jika pemimpin kompeten, adil dan inovatif, organisasi seharusnya tanpa masalah. Tapi, guncangan bisa saja muncul di kemudian hari. Ketergantungan yang tinggi pada pemimpin bisa menjadi bencana ketika mereka meninggalkan perusahaan atau meninggal.
Ketujuh, stress tinggi menghinggapi pemimpin. Mereka harus membuat banyak keputusan kunci bagi perusahaan. Sehingga, itu membuat beban mental mereka meningkat dan bisa mengarah pada stres.
Mengapa kepemimpinan otokratis buruk dan tidak lazim sekarang?
Dalam dunia yang modern seperti sekarang ini, kepemimpinan otokratis kurang lazim dibandingkan dengan masa lalu. Sekarang, bawahan lebih berpendidikan dan berketerampilan. Sehingga, ketika lingkungan tidak memungkinkan untuk mengeksplorasi kemampuan terbaik mereka, mereka lebih leluasa untuk beralih ke tempat lain. Akibatnya, lingkungan dengan kepemimpinan otokratis sedikit peluang untuk tumbuh.
Selain itu, pertumbuhan industri berbasis pengetahuan juga mendorong pengambilan keputusan di semua tingkatan. Mentoring sebagai gaya kepemimpinan semakin populer di kalangan milenium, yang mana umumnya tidak menyukai otoriter. Selain itu, mendistribusikan otoritas di berbagai tingkatan manajerial bisa mengurangi beban kerja pemimpin. Mereka bisa fokus pada aspek yang lebih strategis dan menyerahkan sisanya ke level yang lebih bawah.
Di mana kepemimpinan otokratis efektif?
Meski cenderung tidak populer dalam bisnis modern, namun pemimpin otokratis bisa efektif untuk beberapa situasi. Selain tergantung pada lingkungan di mana mereka bekerja, itu juga tergantung pada tugas yang harus diselesaikan dan kemampuan dan kemauan bawahan. Di mana mereka bisa efektif?
Pertama, pemimpin otokratis bisa efektif ketika situasi membutuhkan mereka untuk berani dan bersedia membuat keputusan yang sulit dan tidak populer. Situasi semacam itu membutuhkan banyak keputusan otonom, sebagaimana Abraham Lincoln ketika Perang Saudara di Amerika Serikat.
Kedua, pemimpin otokratis efektif ketika ada banyak tekanan terlibat. Dalam situasi yang sangat menegangkan, seperti selama krisis, bawahan mungkin lebih suka gaya otokratis daripada demokratis karena lebih tegas dan jelas.
Ketiga, gaya kepemimpinan otokratis cocok ketika bawahan kurang berpengalaman dan berketerampilan. Pemimpin mendikte berbagai tugas untuk diselesaikan. Sementara itu, bawahan fokus pada pekerjaan yang diinstruksikan tanpa harus pusing – karena tidak terlibat – dengan keputusan yang rumit. Akhirnya, mereka menjadi terampil dalam melakukan tugas karena terspesialisasi.
Pekerjaan di industri manufaktur seringkali mengandalkan gaya otokratis. Dalam situasi ini, pimpinan memastikan semua orang memiliki tugas yang jelas, tenggat waktu, dan aturan yang harus diikuti. Pekerjaan konstruksi juga sama. Gaya otokratis memastikan bahwa proyek-proyek selesai tepat waktu. Para pekerja juga mengikuti aturan keselamatan untuk mencegah kecelakaan dan cedera.
Keempat, kepemimpinan otokratis cocok untuk lingkungan kerja yang membutuhkan akurasi tinggi dan sedikit kesalahan. Dengan menerapkan aturan dan kontrol yang ketat, pemimpin memastikan karyawan bekerja sesuai standar dan tanpa kesalahan.
Jadi, gaya kepemimpinan ini cocok di industri seperti rumah sakit dan penerbangan di mana melibatkan keputusan hidup dan mati. Begitu juga, di industri restoran, pelanggan mengharapkan layanan yang konsisten. Dan, gaya kepemimpinan otokratis cocok untuk memenuhi ekspektasi tersebut.
Bacaan Selanjutnya
- Gaya Kepemimpinan: Apa Itu? Apa Saja Jenisnya?
- Kepemimpinan Demokratis: Definisi, Ciri, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Etis: Pentingnya dan Prinsip-Prinsipnya
- Kepemimpinan Karismatik: Definisi, Contoh, Karakteristik, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Laissez-Faire: Karakteristik, Kelebihan, Kekurangan
- Kepemimpinan Otokratis: Definisi, Karakteristik, Contoh, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Otoriter: Karakteristik, Pro dan Kontra
- Kepemimpinan Paternalistik: Karakteristik, Keunggulan, Kelemahan
- Kepemimpinan Pelayan: Definisi, Karakteristik
- Kepemimpinan Situasional: Cara Kerja, Tipe, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Transaksional: Contoh, Karakteristik, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Transformasional: Karakteristik, Mengapa Penting
- Kepemimpinan: Karakteristik dan Jenis Gaya Kepemimpinan
- Pemimpin Informal: Pentingnya Mereka, Cara Menjadi
- Pemimpin Strategis: Karakteristik dan Mengapa Penting