Contents
Apa itu: Model pertumbuhan Solow adalah model pertumbuhan ekonomi jangka panjang dengan melihat tiga faktor utama, yakni akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja, dan produktivitas multifaktor. Untuk yang terakhir, ekonom merujuknya ke kemajuan teknologi, yang mana mempengaruhi dua variabel lainnya, tenaga kerja dan modal.
Model pertumbuhan Solow memberikan kerangka kerja dalam mengidentifikasi pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan faktor penentunya. Model ini mengadopsi fungsi produksi Cobb-Douglass untuk menjelaskan PDB potensial ekonomi. Fungsi tersebut menggunakan modal dan tenaga kerja sebagai prediktor. Fungsi tersebut menjelaskan efek residual yang berkontribusi pada produktivitas tenaga kerja dan modal.
Fungsi model pertumbuhan Solow
Model pertumbuhan ekonomi Solow mengadopsi fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menjelaskan faktor penentu output jangka panjang dalam perekonomian (PDB potensial). Fungsinya sebagai berikut:
Y = A Kα Lβ …(Persamaan 1)
Dimana
- Y = Output agregat
- L = Jumlah tenaga kerja
- K = Jumlah modal
- A = Produktivitas multifaktor atau produktivitas faktor total (total factor productivity)
- α = Elastisitas output modal
- β = Elastisitas output tenaga kerja
Sebagai catatan untuk anda:
α dan β adalah konstan dan ditentukan oleh teknologi yang tersedia. Keduanya bernilai kurang dari 1, mengindikasikan tenaga kerja dan modal menghadapi pengembalian marjinal yang semakin berkurang.
α plus β sama dengan 1, yang menunjukkan skala pengembalian konstan. Dengan demikian, jika jumlah tenaga kerja dan modal, pada saat yang sama, meningkat dua kali lipat (mengasumsikan total factor productivity konstan), output juga akan meningkat dua kali lipat.
Produktivitas faktor total adalah faktor residu. Itu mewakili faktor apa pun yang meningkatkan output ekonomi di luar pasokan tenaga kerja dan modal. Ekonom berpendapat itu mengacu pada kemajuan teknologi.
Peningkatan teknologi memungkinkan suatu ekonomi untuk menghasilkan lebih banyak output menggunakan jumlah input yang sama. Selanjutnya, teknologi juga mempengaruhi produktivitas dari tenaga kerja dan modal di dalam perekonomian.
Model tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB potensial berasal dari tiga sumber:
- Peningkatan jumlah tenaga kerja (L).
- Peningkatan stok modal (K)
- Peningkatan produktivitas (A).
Mari kita tulis ulang Persamaan 1 sebagai output per pekerja (produktivitas kerja) =
- Y/L = A Kα L/L = A Kα Lβ L-1 = A Kα Lβ-1 = A Kα/L1-β = A Kα/Lα = A (K/L)α …(Persamaan 2)
Perhatikan bahwa a + β = 1. Dari Persamaan 2, output per pekerja (produktivitas kerja) meningkat karena peningkatan teknologi atau peningkatan modal per pekerja.
Modal per pekerja menghadapi skala pengembalian yang berkurang. Jadi, investasi untuk meningkatkan modal per pekerja (K/L) perlahan akan menghasilkan kontribusi yang semakin kecil terhadap output per pekerja, tergantung rasio K/L saat ini. Karena alasan ini, ekonom berpandangan investasi modal bukan kontributor utama untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Ketika rasio modal per pekerja tinggi, investasi untuk meningkatkan modal per pekerja memberikan efek yang relatif kecil. Itu sebagaimana terjadi di negara maju.
Sebaliknya, di negara berkembang, dengan rasio modal per pekerja yang rendah, investasi peningkatan modal akan berkontribusi lebih signifikan terhadap output dibandingkan di negara maju.
Karena alasan tersebut, negara maju seharusnya tidak mengandalkan investasi modal, tetapi mendorong kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menghasilkan pergeseran ke luar dalam fungsi produksi. Itu memungkinkan mereka untuk menghasilkan output yang lebih besar dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama.
Kontribusi akumulasi modal terhadap pertumbuhan ekonomi
Model ini menunjukkan kepada anda bagaimana pentingnya investasi modal fisik bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi tinggi ketika negara mulai mengakumulasi modal. Pertumbuhan akan melambat ketika proses akumulasi berlanjut (karena pengembalian yang semakin berkurang). Sehingga, akumulasi modal akan memberikan dampak lebih besar ketika rasio modal per pekerja lebih rendah, seperti di negara-negara berkemabang.
Negara berkembang seharusnya menikmati pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi daripada negara maju. Itu mengarah pada konvergensi ekonomi. Ketika negara-negara berkembang mengakumulasi modal, output per kapita dan standar hidup mereka akan menyusul negara-negara yang awalnya lebih maju. Dengan demikian, semua negara akan memiliki standar hidup yang sama dan mencapai kondisi yang stabil.
Namun, pada kenyataannya, prediksi seperti itu tidak terjadi. Negara-negara berkembang seperti India, Malaysia, Brasil, dan Cina pada umumnya tidak dapat mengejar negara-negara maju.
Apakah model Solow salah memprediksi? Dari Persamaan 2, anda lihat output per kapita meningkat karena kombinasi peningkatan modal per tenaga kerja dan produktivitas multifaktor (kemajuan teknologi). Jadi, selama negara maju mendorong kemajuan teknologi, konvergensi ekonomi tidak akan tercapai.