Contents
Pengangguran mewakili orang-orang di dunia kerja yang saat ini tidak memiliki pekerjaan tetapi secara aktif mencari pekerjaan. Pengangguran terdiri dari pengangguran friksional, struktural, musiman, dan siklis.
Mengapa kondisi pengangguran penting
Tingkat pengangguran mengukur seberapa baik kinerja ekonomi. Dengan bekerja, orang mendapatkan uang yang dapat mereka belanjakan untuk barang dan jasa.
Di banyak negara, konsumsi rumah tangga adalah pendorong utama permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi. Ketika seorang penganggu mendapatkan pekerjaan, mereka akan meningkatkan pengeluaran. Belanja konsumen yang semakin tinggi akan mendorong efek pengganda positif pada perekonomian. Dengan demikian, angka pengangguran yang rendah sangat penting untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang sehat.
Sebaliknya, pengangguran yang tinggi dalam waktu yang lama dapat memperburuk standar hidup masyarakat. Pengangguran bertanggung jawab atas meningkatnya kemiskinan dan kejahatan. Ini juga mengarah pada pembayaran yang lebih tinggi untuk jaminan sosial, seperti tunjangan pengangguran dan bantuan makanan.
Pengangguran juga dapat mempengaruhi bagian ekonomi lainnya. Misalnya, pengangguran yang rendah dapat memotivasi bank sentral untuk menaikkan suku bunga. Dalam situasi seperti itu, ekonomi terlalu panas, dan penurunan lebih lanjut dalam pengangguran akan meningkatkan tingkat inflasi. Peningkatan suku bunga, pada gilirannya, mempengaruhi harga saham dan obligasi. Ini juga menarik modal asing ke pasar modal domestik.
Jenis pengangguran dan penyebabnya
Dalam ilmu ekonomi, pengangguran tidak berarti tidak bekerja sama sekali. Istilah terakhir mengacu pada yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak aktif mencari pekerjaan, mungkin karena kuliah penuh-waktu, bekerja di rumah, cacat, atau pensiun. Mereka tidak dianggap sebagai bagian dari angkatan kerja dan karenanya dikecualikan dalam perhitungan pengangguran. Di bidang ekonomi, orang dikatakan menganggur jika mereka tidak bekerja tetapi secara aktif mencari pekerjaan.
Pengangguran dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori.
- Pengangguran friksional (frictional unemployment) berasal dari imobilitas di pasar tenaga kerja. Butuh waktu bagi pekerja yang menganggur untuk menemukan pekerjaan baru. Dan, selama masa tunggu, mereka dikategorikan sebagai pengangguran.
- Pengangguran struktural (structural unemployment) terjadi karena perubahan signifikan dalam struktur ekonomi. Perubahan tersebut dapat berasal dari perubahan teknologi atau evolusi dalam kompetisi internasional. Faktor-faktor ini menyebabkan beberapa keterampilan menjadi usang, dan para pekerja menjadi pengangguran selamanya.
- Pengangguran musiman (seasonal unemployment) berasal dari faktor musiman seperti liburan atau Ramadhan. Permintaan untuk beberapa pekerjaan meningkat selama musim puncak dan turun selama musim reguler. Fenomena ini biasa terjadi di industri seperti pariwisata, konstruksi, dan pertanian.
- Pengangguran siklis (cyclical unemployment) muncul ketika ekonomi melewati fase siklus bisnis. Pekerja yang menganggur jatuh selama fase ekspansi dan naik selama fase kontraksi.
Pengangguran friksional dan struktural akan bertahan dalam perekonomian seiring waktu. Keduanya membentuk tingkat pengangguran alamiah, yang mengacu pada tingkat minimum pengangguran dalam perekonomian. Jadi, bahkan jika suatu ekonomi beroperasi pada output potensial, pengangguran tidak akan pernah menjadi nol.
Sementara itu, pengangguran musiman dan siklus dapat diatasi melalui kebijakan ekonomi. Selama kontraksi, misalnya, pemerintah akan mengadopsi kebijakan ekspansieron. Kebijakan ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi, membantu bisnis meningkatkan produksi, dan mendorong kegiatan ekonomi. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja meningkat, mendorong lebih banyak permintaan akan tenaga kerja.
Cara menghitung tingkat pengangguran
Sebelum menghitung total tingkat pengangguran, mari kita bagi seluruh populasi menjadi tiga bagian:
- Populasi non usia produktif. Mereka berusia di luar 15-64 tahun. Mereka termasuk anak-anak dan pensiunan.
- Populasi usia produktif (usia 15-64 tahun) tetapi tidak aktif mencari pekerjaan. Mereka termasuk ibu rumah tangga, siswa penuh waktu, dan pensiunan.
- Populasi produktif (berusia 15-64 tahun) dan aktif mencari pekerjaan. Kita menyebut kelompok ini sebagai angkatan kerja. Dari data angkatan kerja, Biro Pusat Statistik kemudian membaginya menjadi dua, mereka yang bekerja, dan mereka yang menganggur.
Kita menghitung pekerja yang menganggur berdasarkan total angkatan kerja. Biasanya, statistik ini dinyatakan sebagai persentase.
Tingkat pengangguran = Jumlah pengangguran / Total angkatan kerja
Tingkat pengangguran biasanya naik dan turun setelah kondisi ekonomi berubah (dengan demikian, disebut indikator lagging). Ketika ekonomi berekspansi dengan kecepatan yang sehat, permintaan akan pekerja meningkat karena bisnis perlu meningkatkan output. Aktivitas produksi yang lebih tinggi menciptakan lebih banyak pekerjaan dan mempekerjakan lebih banyak pekerja. Oleh karena itu tingkat pengangguran turun.
Sebaliknya, ketika ekonomi sedang berkontraksi, lebih banyak bisnis memotong output mereka dan memberhentikan karyawan. Situasi ini menyebabkan tingkat pengangguran meningkat.
Bagaimana kebijakan ekonomi mempengaruhi pengangguran
Pembuat kebijakan ekonomi sering mengutip indikator tingkat pengangguran sebagai input untuk kebijakan mereka. Pengangguran yang rendah adalah salah satu tujuan kebijakan ekonomi makro, di samping pertumbuhan ekonomi yang sehat dan tingkat inflasi yang rendah.
Selama kontraksi ekonomi, tingkat pengangguran naik. Tingkat pengangguran yang lebih tinggi mendesak para pembuat kebijakan untuk melonggarkan kebijakan ekonomi. Misalnya, dalam situasi ini, bank sentral akan memangkas suku bunga untuk meningkatkan permintaan agregat dan merangsang kegiatan ekonomi. Permintaan agregat yang lebih tinggi akan mendorong bisnis untuk meningkatkan produksi mereka. Ini menciptakan tidak hanya lebih banyak permintaan untuk bahan baku tetapi juga tenaga kerja.
Hubungan antara inflasi dan pengangguran
Pada tingkat tertentu, tingkat pengangguran tidak dapat turun lebih jauh tanpa mengorbankan inflasi. Jika pengangguran terus menurun, ekonomi akan menjadi terlalu panas, dan inflasi akan naik. Kita menyebut tingkat terendah ini sebagai tingkat inflasi non-akselerasi dari pengangguran (non-accelerating inflation rate of unemployment atau NAIRU).
Hubungan terbalik antara tingkat pengangguran dan inflasi diilustrasikan dalam kurva Philips