Contents
Apa itu: Pola belanja konsumen (consumer spending pattern) adalah perubahan dari waktu ke waktu dalam total uang yang dihabiskan oleh individu terhadap barang dan jasa untuk penggunaan pribadi. Itu juga merujuk pada proporsi relatif atas apa yang dikonsumsi oleh individu. Komparasi mungkin berdasarkan waktu atau yang lain seperti lokasi, area geografis, usia dan pendapatan. Misalnya, orang kota cenderung menghabiskan uang lebih banyak untuk belanja daging daripada orang desa.
Belanja konsumen mungkin tidak bervariasi dalam jangka pendek, misalnya dari hari ke hari. Namun, ketika kita mengamatinya untuk waktu yang lama, itu bisa berubah cukup dramatis. Beberapa alasan menjelaskan itu. Misalnya, konsumen mungkin menanggapi perubahan dalam harga, pendapatan, atau selera untuk mengubah belanja mereka. Karena faktor-faktor tersebut berubah tidak setiap hari, sehingga pola belanja akan mengikuti itu.
Misalnya, pengeluaran untuk jasa seringkali meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat dan kemakmuran dalam ekonomi. Ketika pendapatan mereka rendah, belanja untuk makanan biasanya mengambil porsi yang dominan. Namun, ketika pendapatan mereka meningkat, belanja untuk item seperti perjalanan atau pendidikan menjadi semakin besar.
Mengapa pola belanja konsumen penting?
Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan konsumen adalah kunci agar perusahaan berhasil. Sebagian besar perusahaan besar datang dari ide seorang pengusaha untuk menemukan solusi bagi konsumen. Solusi mereka termanifestasi dalam produk yang mereka tawarkan. Misalnya, produk mereka mungkin belum ada sebelumnya di pasar. Atau, produk mereka mengevolusi yang telah ada. Dan mereka berusaha menawarkan yang lebih baik dengan mempertimbangkan aspek seperti harga dan kualitas.
Kemudian, mengamati pola belanja konsumen menjadi penting karena beberapa alasan. Pertama, kebutuhan konsumen tidak statis. Namun, mereka berubah dari waktu ke waktu, mungkin karena perubahan dalam pendapatan atau selera. Sehingga, apa yang perusahaan tawarkan saat ini mungkin tidak relevan di masa depan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Kedua, riset dalam pola belanja konsumen menjadi input dalam mengembangkan strategi. Perusahaan memerlukan wawasan untuk memahami konsumen di pasar sasaran dan kemudian mengembangkan strategi yang efektif. Sehingga, strategi mereka lebih relevan dengan pasar sasaran.
Riset tersebut tidak hanya mengungkapkan apa yang paling diinginkan konsumen. Tapi, itu juga bisa mengungkap informasi seperti berapa pendapatan yang dihabiskan konsumen untuk membeli. Berkat informasi tersebut, perusahaan bisa memperkirakan ukuran pasar dan prospek pertumbuhannya di masa depan.
Ketiga, memahami pola belanja konsumen memungkin perusahaan untuk tetap adaptif dengan kebutuhan di pasar. Pelanggan adalah raja. Dan ketika kebutuhan mereka berubah, perusahaan harus beradaptasi.
Perusahaan meneliti dan mendalami apa perubahan tersebut dan menanggapinya dengan strategi yang lebih relevan untuk berhasil. Sebaliknya, kegagalan mereka untuk menanggapi perubahan dalam kebutuhan konsumen mengarah pada kegagalan bisnis.
Keempat, mengamati tren belanja konsumen memungkinkan perusahaan untuk lebih memahami keputusan di balik mengapa konsumen membeli produk tertentu dan tidak yang lain. Selain itu, mereka bisa mengidentifikasi apa saja yang mempengaruhi keputusan belanja konsumen. Sehingga, mereka bisa memahami proses pengambilan keputusan belanja konsumen dan akhirnya menyesuaikan strategi pemasaran mereka.
Mengapa pola belanja konsumen berubah?
Belanja konsumen terus berubah dari waktu ke waktu. Beberapa mungkin berubah dengan cepat seperti pengeluaran untuk fashion. Sementara itu, yang lain mungkin berubah dengan lambat seperti pengeluaran untuk makanan. Beberapa faktor mempengaruhi perubahan tersebut, termasuk:
- Selera dan preferensi
- Pendapatan
- Teknologi
- Usia
- Harga
- Suku bunga
Selera dan preferensi konsumen
Ketika selera berubah, pola belanja konsumen juga berubah. Mereka akan menghabiskan uang pada apa yang mereka sukai dan meninggalkan yang lain.
Di beberapa bisnis, faktor ini cukup dominan. Restoran adalah contohnya. Restoran perlu mengikuti perubahan dalam selera konsumen agar terus diminati. Misalnya, sekarang ini konsumen lebih sadar terhadap kesehatan. Mereka mengubah preferensi mereka terhadap makanan, di mana lebih menyukai menu makanan sehat.
Selera juga bervariasi antar konsumen di wilayah berbeda. Misalnya, McDonald’s melayani selera lokal alih-alih menawarkan menu yang terstandarisasi di seluruh dunia. Strategi ini memungkinkan perusahaan tersebut sukses dalam bisnis mereka.
Tapi, dalam kasus lain, perusahaan makanan cepat saji mungkin menawarkan menu dari negara lain ke operasi lokal mereka, memungkinkan selera lokal beradaptasi. Faktor seperti teknologi informasi mengembangkan minat konsumen untuk mencoba menu-menu dari negara lain.
Bisnis fashion adalah contoh lain. Di industri ini, selera dan preferensi konsumen juga berubah cukup cepat. Mislanya, apa yang dipakai di musim gugur tidak sama dengan apa yang dipakai di musim semi. Kemudian, konsumen juga sering mengikuti gaya orang lain seperti selebritas untuk memilih pakaian. Karena alasan-alasan ini, bisnis fashion mengubah persediaan cukup sering untuk mengikuti apa yang diinginkan pelanggan mereka.
Pendapatan
Konsumen yang rasional menyesuaikan pengeluaran mereka dengan pendapatan mereka. Misalnya, rumah tangga berpendapatan rendah cenderung menghabiskan lebih banyak uang untuk kebutuhan inti atau primer seperti makanan, pakaian, utilitas, dan sewa. Sebaliknya, rumah tangga kaya menghabiskan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhan tersier seperti liburan, pakaian bermerek dan barang mewah
Ketika rumah tangga berpendapatan rendah mendaki ke kelas yang lebih tinggi, pola konsumsi mereka berubah. Pendapatan mereka meningkat, mendorong mereka menghabiskan uang untuk kebutuhan kurang esensial seperti liburan. Dengan pendapatan yang lebih tinggi, mereka masih bisa memenuhi kebutuhan inti sambil memuaskan keinginan mereka (liburan).
Faktor ekonomi biasanya berperan untuk mempengaruhi pendapatan rumah tangga dan karena itu, pola belanja mereka. Misalnya, konsumen menghabiskan uang untuk barang-barang mahal seperti mobil ketika pendapatan mereka meningkat, misalnya selama perekonomian makmur. Tapi, sebaliknya, selama resesi mereka mengurangi belanja untuk produk yang lebih mahal atau bahkan menghentikannya sama sekali.
Usia
Apa yang dibutuhkan orang yang lebih tua berbeda dengan yang lebih muda. Dan secara umum, tahap kehidupan seperti mendapatkan pekerjaan pertama, pernikahan, memiliki anak, dan pensiun berdampak besar pada pola pengeluaran konsumen.
Misalnya, orang yang lebih tua akan menghabiskan uang yang lebih banyak untuk keamanan finansial dan perawatan kesehatan. Sebaliknya, orang muda lebih banyak menghabiskan uang untuk memenuhi kebutuhan gaya keseharian mereka. Secara spesifik, kelompok di bawah 35 tahun mengalokasikan lebih banyak untuk transportasi, pendidikan, pakaian dan jasa, makanan jauh dari rumah, dan tempat tinggal. Sementara itu, kelompok 65 dan lebih tua lebih banyak menghabiskan uang untuk perawatan kesehatan dan kontribusi tunai kepada amal, dan organisasi sosial lainnya.
Perubahan teknologi
Teknologi baru mengevolusi kebutuhan konsumen dan membuat barang lama tidak lagi relevan dengan kebutuhan. Misalnya, komputer menggantikan mesin ketik. Smartphone menggantikan telepon kabel.
Sebagai akibat perubahan semacam itu, belanja konsumen juga berubah. Mereka tidak lagi membeli mesin ketik tapi komputer. Dan perubahan teknologi pula yang mendorong orang beralih dari personal computer ke laptop.
Harga
Perubahan harga mempengaruhi apa yang dibelanjakan konsumen. Mereka cenderung mengurangi permintaan terhadap sebuah produk ketika harganya naik. Sebaliknya, permintaan akan naik ketika harga mereka turun.
Dan secara agregat, perubahan harga tersebut terwakili oleh tingkat inflasi. Selama tingkat inflasi tinggi, konsumen cenderung berbelanja sekarang untuk produk harian mereka sebelum harga meningkat di masa depan. Sebaliknya, ketika inflasi turun (atau deflasi), konsumen memutuskan untuk menunda belanja mereka sekarang, menunggu harga turun di masa depan untuk mendapatkan yang lebih murah.
Suku bunga
Konsumen seringkali mengandalkan pinjaman untuk belanja item seperti mobil dan item tahan lama lainnya. Karena harganya mahal, pendapatan mereka tidak cukup untuk membeli secara tunai. Melainkan mereka membeli secara kredit.
Sehingga, ketika suku bunga tinggi, pengeluaran konsumen untuk item-item semacam itu akan berkurang. Sebaliknya, ketika ketika suku bunga rendah, mereka bisa membeli item-item tersebut dibiayai dengan pinjaman yang lebih murah.
Bacaan selanjutnya untuk Anda
- Pengeluaran Konsumsi: Jenis, Faktor Penentu, Dampak
- Pola Belanja Konsumen: Faktor Yang Mempengaruhi
- Faktor-Faktor Saja Yang Mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi?
- Bagaimana Pengeluaran Konsumsi Mempengaruhi Perekonomian