Contents
Apa itu: Strategi akuisisi aset (asset acquisition strategy) merujuk pada langkah strategis perusahaan untuk menumbuhkan bisnis dengan membeli perusahaan atau unit bisnis perusahaan lain. Strategi ini menawarkan pertumbuhan yang relatif cepat dibandingkan dengan strategi pertumbuhan organik di mana perusahaan mengandalkan pengembangan internal untuk ekspansi bisnis. Selain itu, untuk ekspansi ke luar negeri, pertumbuhan internal membutuhkan pemahaman tentang adat istiadat, aturan, dan regulasi lokal, yang mana seringkali di luar pengetahuan dari perusahaan.
Mengapa strategi akuisisi aset penting
Strategi akuisisi aset memberikan jalan bagi perusahaan untuk meningkatkan pendapatan atau keuntungan, terutama di industri yang sudah mature. Ada banyak motif perusahaan mengadopsi strategi ini. Beberapa ingin meningkatkan skala ekonomis dalam lini produk atau layanan yang sudah ada.
Yang lain ingin merambah ke pasar yang berdekatan dengan pasar mereka saat ini, misalnya di bagian hulu atau bagian hilir (akuisisi vertikal).
Perusahaan lainnya mungkin bertujuan untuk menembus pasar geografis lain, seperti oleh perusahaan-perusahaan multinasional.
Berikut ini adalah rincian beberapa tujuan dari strategi akuisisi aset:
- Mencapai pertumbuhan yang menguntungkan. Akuisisi memungkinkan cakupan bisnis yang lebih luas dan lebih terintegrasi. Itu memungkinkan pengakuisisi untuk menumbuhkan pendapatan, meningkatkan pangsa pasar dan mengefisienkan operasi bisnis.
- Memperkuat kompetensi inti. Pengakuisisi dapat mensinergikan kompetensi inti untuk mendukung daya saing, baik itu dalam hal teknologi, modal manusia, dan kapabilitas operasional.
- Menambah portofolio bisnis. Di bawah strategi konglomerat, pengakuisisi mengambil alih beberapa bisnis yang tidak saling terkait. Diversifikasi semacam itu mengurangi risiko kegagalan di salah satu bisnis.
- Melanjutkan pertumbuhan. Pengakuisisi mungkin beroperasi di industri yang telah mature. Oleh karena itu, salah satu jalan untuk terus menciptakan nilai bagi pemegang saham adalah masuk ke industri lain. Salah satu opsi adalah dengan mengambil alih perusahaan yang beroperasi di industri yang sedang tumbuh.
Keuntungan strategi akuisisi aset
Strategi akuisisi aset menawarkan beberapa keuntungan. Pertama, strategi ini menawarkan pertumbuhan yang relatif cepat dibandingkan strategi pertumbuhan internal. Pengakuisisi dapat segera menuju posisi pasar yang lebih kuat. Perusahaan juga dapat meningkatkan nilai pemegang saham dan kinerja operasionalnya.
Kedua, ketika melibatkan dua pasar yang berbeda seperti dalam integrasi vertikal dan integrasi konglomerat, akuisisi juga untuk menghindari pembalasan dan reaksi kompetitif oleh incumbent di pasar target. Jika masuk sebagai pemain baru, itu akan meningkatkan pasokan, menekan harga dan keuntungan di pasar target. Oleh karena itu, incumbent berusaha untuk mencegahnya.
Beberapa perusahaan juga secara eksklusif berpegang pada strategi pertumbuhan ini. Itu seringkali kita sebut sebagai roll-up strategy. Dalam kasus ini, perusahaan mengambil alih beberapa perusahaan kecil dan memergerkannya sehingga menjadi perusahaan besar. Perusahaan besar memiliki keuntungan dari sisi skala ekonomi, pendapatan, dan sumber daya keuangan, yang mana memungkinkan keuntungan yang lebih tinggi.
Ketiga, akuisisi memungkinkan perusahaan untuk mensinergikan kompetensi inti dan aset perusahaan target. Dengan begitu, pengakuisisi dapat meningkatkan pendapatan atau menekan biaya operasi.
Sinergi yang meningkatkan pendapatan dapat melalui:
- Meningkatkan pangsa pasar dan perluasan pasar (akses ke pasar baru)
- Meningkatkan kekuatan pasar sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi harga yang lebih baik
- Memanfaatkan aset secara lebih efisien, misalnya dengan meningkatkan tingkat utilisasi mesin produksi
- Menambah portofolio produk
Sementara itu, sinergi yang menghemat biaya dapat melalui:
- Skala ekonomi yang lebih baik, baik dari produksi, pemasaran atau fungsi bisnis lainnya
- Biaya dana yang lebih murah, di mana perusahaan besar biasanya dianggap memiliki kapasitas keuangan yang lebih baik daripada perusahaan kecil
- Mengurangi duplikasi bisnis dengan menggabungkan beberapa fungsi-fungsi bisnis secara terpusat
- Mendapatkan input yang lebih murah seperti ketika mengakuisisi pemasok
Alasan kegagalan strategi akuisisi aset
Akuisisi menguntungkan ketika menciptakan nilai yang lebih besar dari biaya akuisisi. Manajemen biasanya mengandalkan utang untuk membiayai aksi korporasi semacam itu. Sehingga, memastikan tidak membayar terlalu mahal adalah salah satu pertimbangnan dalam akuisisi. Dengan begitu, dampaknya terhadap leverage keuangan dan neraca perusahaan masih dapat ditoleransi.
Bagian sulit lainnya dalam akuisisi adalah sinergi. Pengakuisisi harus menentukan bagaimana aset yang diperoleh akan diintegrasikan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.
Beberapa alasan kenapa akuisisi gagal adalah:
- Sumber daya tidak memadai. Akuisisi memerlukan penilaian atas kapasitas perusahaan saat ini untuk mengintegrasikan dan meningkatkan skala operasi. Itu membutuhkan tim, waktu dan upaya untuk memantau proses aksi korporasi ini.
- Membayar terlalu mahal. Pengakuisisi biasanya membayar premium dan mendanainya dari utang. Kegagalan muncul ketika pengakuisisi membayar harga yang lebih tinggi daripada penciptaan nilai dari akuisisi.
- Kegagalan sinergi. Perusahaan melebih-lebihkan potensi sinergi tanpa tahu bagaimana itu harus mereka jalankan. Kurangnya kejelasan dalam pelaksanaan proses integrasi menjadi semakin buruk ketika perusahaan tidak memiliki rencana cadangan.
- Penilaian target yang tidak memadai. Pengakuisisi seharusnya mengevaluasi daya tarik perusahaan target dan industri di mana dia beroperasi. Evaluasi dapat mencakup identifikasi kompetensi inti, potensi sinergi, skala pasar, struktur pasar, dinamika persaingan, hambatan masuk, kinerja bisnis dan keuangan perusahaan target. Masalah muncul karena, seringkali, pengakuisisi terlalu banyak fokus pada aspek keuangan dari kesepakatan.
- Masalah integrasi budaya. Perusahaan target mungkin memiliki budaya dan gaya kepemimpinan yang berbeda dengan pengakuisisi. Sehingga, menjadikannya sebagai anak perusahaan hanya akan memunculkan potensi konflik budaya.