Contents
Apa itu: Defisit anggaran struktural (structural budget deficit) adalah ketika pengeluaran pemerintah melebihi pendapatan pemerintah dan itu bertahan sepanjang siklus bisnis. Dengan kata lain, defisit tidak terkait dengan siklus bisnis yang sedang terjadi. Jadi, itu mungkin tetap ada bahkan ketika perekonomian berekspansi dan beroperasi pada lapangan kerja penuh.
Ekonom memperhatikan perubahan dalam defisit struktural untuk mengindikasikan sikap fiskal pemerintah. Jika defisit struktural meningkat, itu mengindikasikan pemerintah secara sengaja menjalankan kebijakan fiskal ekspansioner untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jika defisit struktural menurun, pemerintah kemungkinan sedang berusaha untuk meredam inflasi atau mengadopsi kebijakan fiskal kontraksioner.
Defisit struktural ditambah dengan defisit siklikal mewakili total defisit anggaran. Jadi, ada masa, seperti ketika resesi, di mana defisit anggaran pemerintah meningkat tapi bukan akibat kenaikan defisit struktural melainkan dari kenaikan defisit siklikal.
Karena tidak dipengaruhi oleh siklus bisnis, defisit fiskal menjadi faktor utama terhadap utang pemerintah dalam jangka panjang. Ketika itu meningkat dari waktu ke waktu, utang menjadi semakin menumpuk. Dan situasi tersebut bisa mengarah pada risiko fiskal yang lebih tinggi, meningkatkan tingkat gagal bayar dan peringkat sovereign yang lebih rendah.
Mengapa defisit anggaran struktural penting?
Memeriksa defisit anggaran struktural penting untuk mengungkapkan stance kebijakan fiskal pemerintah. Maksud saya, perubahan dalam defisit mencerminkan perubahan yang disengaja oleh pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian.
Misalnya, selama perekonomian sulit seperti resesi, pemerintah biasanya menaikkan defisit untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun jika kita hanya fokus pada peningkatan defisit pemerintah dan kita menyimpulkan pemerintah sedang mengambil kebijakan fiskal ekspansioner, kesimpulan kita bisa menyesatkan. Mengapa?
Peningkatan defisit bisa terjadi karena dua alasan:
- Kondisi ekonomi
- Niat yang disengaja oleh pemerintah
Sebagaimana kita pelajari dalam makroekonomi, beberapa item dalam anggaran pemerintah adalah bersifat kontra-siklus. Kita menyebutnya sebagai stabilisator otomatis. Dua contohnya adalah pajak dan tunjangan pengangguran.
Ketika resesi, pendapatan pajak cenderung menurun karena prospek keuntungan bisnis dan pendapatan rumah tangga memburuk. Sebaliknya, tunjangan pengangguran meningkat karena kenaikan tingkat pengangguran. Jadi, dalam periode ini, defisit anggaran pemerintah cenderung meningkat karena pendapatan pemerintah menurun sedangkan pengeluaran meningkat. Inilah alasan mengapa kondisi ekonomi bisa menyebabkan peningkatan defisit bahkan ketika pemerintah tidak mengubah stance kebijakan fiskalnya.
Sementara itu, peningkatan defisit juga bisa terjadi karena pemerintah secara sengaja melakukannya untuk mengeluarkan perekonomian dari resesi. Dalam kasus ini, pemerintah mengambil stance kebijakan fiskal ekspansioner.
Untuk membedakan apakah peningkatan defisit terjadi karena kondisi perekonomian atau perubahan stance kebijakan pemerintah, kita bisa memeriksa defisit anggaran struktural. Dalam kasus di atas, jika peningkatan total defisit lebih besar daripada yang diakibatkan oleh selisih penurunan pajak dengan tunjangan pengangguran, besar kemungkinan pemerintah sedang mengadopsi stance kebijakan ekspansioner. Singkat cerita, defisit struktural meningkat, meski pada saat yang sama defisit siklikal juga naik.
Kemudian, alasan lain mengapa defisit struktural penting adalah karena itu mempengaruhi utang pemerintah dalam jangka panjang. Ketika defisit struktural terus meningkat dari tahun ke tahun, utang akan menumpuk. Situasi tersebut bisa membahayakan bagi kesinambungan fiskal dan memunculkan masalah seperti:
- Risiko gagal bayar yang lebih tinggi
- Penurunan peringkat sovereign
- Suku bunga tinggi di dalam perekonomian
Apa perbedaan antara defisit anggaran struktural dengan defisit anggaran siklikal?
Defisit anggaran secara garis besar terbagi ke dalam dua kategori:
- Defisit struktural
- Defisit siklikal
Defisit struktural tidak berkaitan dengan kondisi perekonomian. Itu bisa tetap ada bahkan ketika perekonomian berekspansi atau berada pada lapangan kerja penuh. Jadi, siklus ekonomi tidak mempengaruhi itu. Defisit tersebut bisa terjadi karena perubahan stance kebijakan pemerintah.
Selain itu, defisit struktural juga bisa dipengaruhi oleh faktor struktural jangka panjang seperti populasi yang menua. Karena populasi yang menua kurang produktif, itu menyebabkan penurunan output dan pendapatan di dalam perekonomian. Itu juga akan menurunkan pendapatan pajak penghasilan tenaga kerja yang dibayarkan. Di sisi lain, itu juga akan menghasilkan lebih banyak pensiunan, mengarah pada anggaran pengeluaran yang lebih besar bagi mereka.
Sebaliknya, defisit siklikal terkait erat dengan siklus bisnis yang sedang terjadi. Itu akan berubah mengikuti siklus yang sedang terjadi. Misalnya, ketika sedang berekspansi, itu akan cenderung menurun karena pemerintah bisa mengumpulkan lebih banyak pajak dan beberapa pengeluaran – seperti tunjangan pengangguran – menurun.
Sebaliknya, selama resesi, defisit siklikal akan meningkat. Pemerintah mengumpulkan lebih sedikit pajak karena prospek keuntungan dan pendapatan sektor swasta menurun. Di sisi lain, pemerintah harus mengeluarkan lebih banyak anggaran untuk program kesejahteraan seperti tunjangan pengangguran.
Bagaimana cara kerja defisit anggaran struktural?
Ambil perumpamaan sederhana. Pendapatan pemerintah tidak berubah selama dua tahun dan tetap sebesar $1.000 di tahun 2020 dan 2021. Sementara itu, pengeluaran pemerintah meningkat dari $1.200 di tahun 2020 menjadi $1.400 di tahun 2021.
Dari data tersebut, kita tahu, defisit pemerintah di tahun 2020 adalah sebesar $200 ($1.000 – $1.200) . Sedangkan, di tahun 2021, itu meningkat menjadi $400 ($1.000 – $1.400). Apakah kenaikan defisit tersebut karena pemerintah memang sengaja atau karena kondisi perekonomi?
Dari contoh sederhana tersebut, kita tahu, pendapatan pemerintah tidak berubah. Jadi, pajak kemungkinan besar bukan menjadi pilihan sebagai alat kebijakan fiskal ekspansioner untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Jika pemerintah menggunakan pajak, itu seharusnya menurun. Penurunan pajak merangsang lebih banyak konsumsi dan investasi, meningkatkan permintaan agregat dan merangsang produksi. Tapi, kita bisa lihat, pajak di 2021 adalah tetap sama dari tahun sebelumnya.
Berikutnya kita memeriksa item dalam belanja untuk melihat apakah kenaikan defisit akibat faktor struktural atau siklikal. Katakanlah, peningkatan belanja terjadi karena tunjangan kesejahteraan naik, yang mana meningkat $200.
Dari informasi tersebut, kita bisa simpulkan kenaikan defisit terjadi karena faktor siklikal bukan karena perubahan stance kebijakan fiskal pemerintah. Dalam arti, pemerintah tidak secara sengaja menaikkan defisit pemerintah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Melainkan, defisit terjadi karena memang situasi perekonomian sedang memburuk, mengakibatkan tunjangan kesejahteraan secara otomatis meningkat.
Mengapa defisit struktural lebih memprihatinkan daripada defisit siklikal?
Defisit anggaran muncul ketika pendapatan pemerintah kurang dari pengeluarannya. Pemerintah harus meminjam untuk menutupi kekurangan, umumnya dengan menerbitkan surat utang.
Defisit struktural pemerintah lebih memprihatinkan daripada defisit siklikal karena itu mempengaruhi kesinambungan fiskal jangka panjang. Tidak seperti defisit siklikal, defisit struktural akan terus bertahan dari waktu ke waktu.
Defisit siklikal akan naik dan turun mengikuti siklus ekonomi. Jadi, utang pemerintah akan naik selama perekonomian memburuk karena defisit siklikal yang lebih tinggi. Tapi, setelah perekonomian pulih dan menuju kemakmuran, itu akan berkurang secara otomatis karena defisit yang lebih rendah.
Sebaliknya, ketika defisit struktural terus meningkat, pemerintah harus terus berhutang, menyebabkan utang terakumulasi. Akibatnya, kemampuan untuk melunasi utang akan semakin menurun, mengancam kesinambungan fiskal.
Jika situasi tersebut tidak diatasi dengan meningkatkan pendapatan pemerintah atau menurunkan pengeluaran secara lebih tinggi, itu bisa berdampak negatif terhadap perekonomian. Rasio utang terhadap PDB naik. Dan jika rasio terlalu tinggi, risiko gagal bayar meningkat.
Risiko gagal bayar yang lebih tinggi menurunkan peringkat sovereign. Investor lebih ragu tentang kemampuan pemerintah untuk melunasi kewajiban utangnya. Akhirnya, mereka meminta bunga yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko yang lebih tinggi. Akibatnya, suku bunga di dalam perekonomian akan tinggi.
Suku bunga yang tinggi berdampak pada aktivitas ekonomi. Misalnya, biaya pinjaman menjadi mahal bagi konsumen, mendorong mereka untuk mengurangi konsumsi. Selain itu, bisnis juga mengurangi investasi karena harus mengumpulkan dana dengan biaya yang lebih mahal.
Untuk mengatasi utang yang menumpuk, pemerintah mungkin mengambil langkah-langkah penghematan. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menurunkan defisit (dan juga utang) dan menghindari krisis utang. Tapi, itu bisa menyakitkan bagi perekonomian dalam jangka pendek. Langkah penghematan melibatkan kenaikan pajak, pemangkasan anggaran atau memilih untuk mengkombinasikan keduanya.
Kebijakan penghematan tersebut tentu tidak populer bagi publik. Mereka harus menanggung beban pajak yang lebih tinggi. Atau, mereka menghadapi pemangkasan anggaran esensial seperti tunjangan pengangguran dan perawatan kesehatan.
Bacaan selanjutnya
- Anggaran Berimbang: Mengapa Penting, Efek Pengganda
- Anggaran Pemerintah: Komponen, Jenis dan Kebijakan Fiskal
- Belanja Modal Pemerintah: Contoh, Mengapa Penting
- Defisit Anggaran Siklikal: Penyebab, Cara Kerja, Dampak
- Defisit Anggaran Struktural: Cara Kerja dan Implikasinya
- Defisit Anggaran: Rumus, Penyebab, dan Akibat
- Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek
- Pajak Bersih Dalam Makroekonomi: Rumus, Efek Terhadap Ekonomi
- Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian
- Pajak: Jenis dan Dampaknya Terhadap Perekonomian
- Pembayaran Transfer: Pentingnya, Jenis, dan Kritik
- Pendapatan Pemerintah: Jenis dan Mengapa Penting?
- Pengeluaran Diskresioner Pemerintah: Apa Itu? Apa Saja Contohnya?
- Pengeluaran Lancar Pemerintah: Contoh, Perhitungan dalam PDB
- Pengeluaran Otonom: Rumus, Komponen, Faktor Penentu
- Pengeluaran Pemerintah: Komponen dan Efek Terhadap Perekonomian
- Pengeluaran Terinduksi: Definisi, Contoh, Rumus
- Stabilisator Otomatis: Contoh dan Cara Kerja
- Surplus Anggaran: Alasan Terjadi dan Efeknya
- Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?