Contents
Apa itu: Standar emas (gold standard) adalah sistem moneter di mana pemerintah mematok mata uang domestik ke emas. Di bawah sistem ini, nilai nominal uang anda setara dengan emas yang akan anda peroleh ketika menukarnya. Jadi, pemerintah sepakat untuk mengkonversi uang kertas menjadi emas dalam jumlah tetap. Oleh karena itu, jumlah uang yang beredar akan berubah sesuai dengan persediaan emas di sebuah negara.
Standar emas tergantung pada persediaan emas. Negara yang miskin mineral emas tidak serta merta kaya karena tidak bisa menambang emas. Mereka hanya mengandalkan pasokan dari ekspor barang. Oleh karena itu, secara umum, standar ini dianggap membatasi perekonomian untuk tumbuh.
Tapi, sistem moneter ini juga mendukung stabilitas harga jangka panjang. Jumlah uang yang beredar lebih terukur daripada ketika mengadopsi uang kertas.
Sejarah singkat standar emas
Dalam sistem moneter dengan standar emas, anda dapat mengkonversi secara bebas menjadi sejumlah emas dengan takaran tetap. Standar emas populer di beberapa negara selama abad ke 19 hingga awal abad ke-20.
Pada 1821, Inggris menjadi negara pertama yang secara resmi mengadopsi standar emas. Kemudian, standar emas internasional muncul pada tahun 1871 setelah Jerman mengadopsinya. Pada 1900, sebagian besar negara maju melakukan kebijakan serupa.
Penjaminan uang kertas dengan logam berharga, seperti emas, mengalami pasang surut. Itu sejalan dengan kondisi politik dan ekonomi pada waktu itu. Bahkan, uang kertas yang sudah beredar sempat tidak dijamin sama sekali dengan simpanan emas sesaat setelah Perang Dunia I.
Baru, paska Perang Dunia II akan berakhir, negara-negara Barat utama bertemu untuk mengembangkan Perjanjian Bretton Woods. Perjanjian tersebut menjadi kerangka kerja bagi sistem mata uang global sampai tahun 1971.
Di bawah sistem Bretton Woods, semua negara mematok uang mereka ke dolar AS, yang mana menjadi menjadi mata uang cadangan dunia. Kemudian, pada gilirannya, dolar AS dipatok ke emas dengan nilai tukar resmi sekitar US$35 per ons. Opsi penukaran ini hanya berlaku untuk bank negara dan tidak tersedia bagi perusahaan atau individu.
Tapi, kesepakatan tersebut tidak berjalan lama. Sistem Bretton Woods mulai runtuh di tahun 1968. Banyak negara anggota enggan untuk bekerja sama untuk mempertahankan kesepakatan tersebut.
Pada tahun-tahun selanjutnya, Belgia dan Belanda menguangkan dollar untuk mendapatkan emas. Demikian juga, Jerman dan Prancis melakukan langkah serupa. Pada bulan Agustus 1971, Inggris mengikutinya dan meminta emas, memaksa tangan campur tangan presiden Amerika Serikat saat itu, Richard Nixon, untuk mengakhiri konvertibilitas dolar AS menjadi emas pada 15 Agustus 1971. Sejak saat itu, mata uang dunia tidak dipatok sama sekali dengan emas.
Saat ini, standar emas sudah tidak berlaku di sebagian besar negara. Uang fiat sepenuhnya menggantikannya. Uang fiat adalah sebuah istilah untuk merujuk pada mata uang yang tidak memiliki nilai intrinsik tetapi menjadi alat pembayaran. Kertas untuk membuat uang tidak senilai dengan nominal yang tertera dari uang. Jadi, itu kita katakan uang tidak memiliki nilai intrinsik.
Uang fiat dapat diterima semua orang karena pemerintah menjaminnya. Jadi, itu berharga dan berguna sebagai alat pembayaran karena pemerintah mengatakan demikian.
Kelebihan dan kekurangan standar emas
Emas telah menjadi bagian penting dalam sistem nilai tukar. Itu menjadi mata uang dan telah menjadi salah satu aset untuk menyimpan nilai.
Tidak seperti uang kertas, emas memiliki nilai intrinsik. Semua orang mengakuinya berharga, bahkan jika tidak ada jaminan dari pemerintah.
Ada sejumlah kelebihan dari standar emas. Berikut adalah beberapa diantaranya:
- Memungkinkan stabilitas harga jangka panjang. Di bawah standar ini, pasokan uang akan lebih terkendali. Inflasi tinggi jarang terjadi, dan hiperinflasi pada dasarnya tidak mungkin. Alasannya adalah jumlah uang beredar hanya dapat tumbuh pada tingkat yang yang sebanding dengan peningkatan pasokan emas. Jadi, standar tersebut mengurangi kemungkinan peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan.
- Mengurangi ketidakpastian perdagangan internasional. Di bawah standar emas, nilai tukar internasional tetap antara negara-negara yang berpartisipasi. Ketika mengimpor, sebuah negara secara tidak langsung membayarnya dengan emas, itu mengurangi jumlah uang beredar. Di sisi lain, ketika mengekspor mereka mendapatkan emas sebagai pembayaran. Jadi, secara neto, jumlah uang yang beredar lebih terkendali.
Meskipun demikian, standar emas juga memiliki sejumlah kelemahan.
- Menguntungkan negara yang penghasil emas. Emas adalah langka. Tidak semua negara memiliki tambang emas. Akibatnya, standar emas akan lebih menguntungkan bagi negara-negara yang memiliki cadangan emas besar, seperti Cina, Australia, AS, Afrika Selatan, dan Rusia. Bagi negara yang tidak memiliki tambang emas, mereka hanya dapat memperolehnya melalui surplus perdagangan.
- Membatasi kemampuan perekonomian untuk tumbuh. Ketika kapasitas produktif suatu ekonomi tumbuh, maka jumlah uang beredar harus meningkat. Karena mematoknya dengan emas, itu berarti pasokan emas dalam perekonomian juga harus tumbuh pada tingkat yang setara. Dan, itu tentu saja sulit karena sumber daya emas adalah langka. Opsi satu-satunya adalah pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang lebih rendah.
- Kebijakan moneter tidak berguna untuk menstabilkan perekonomian. Di bawah standar, persediaan emas menentukan jumlah uang beredar. Jadi, itu bertambah ketika negara tersebut mencatatkan surplus perdagangan atau ketika mereka menambang lebih banyak emas.
Mengapa standar emas ditinggalkan
Selama Depresi Hebat orang tidak lagi percaya terhadap uang kertas. Orang lebih menyukai aset safe haven untuk melindungi kekayaan. Mereka kemudian mengkonversi uangnya dengan emas. Itu mendorong lonjakan permintaan emas sampai di titik di mana bank sentral kehabisan emas. Itu menyebabkan standar emas kolaps.
Inggris Raya adalah negara pertama yang keluar dari standar emas. Mereka melakukannya pada tahun 1931. Depresi Hebat membuat cadangan emas di negara tersebut menyusut tajam seiring dengan lonjakan konversi uang menjadi emas. Negara-negara Eropa kemudian mengikutinya.
Tapi, Amerika Serikat masih mempertahankan standar emas selama dua tahun lagi, membuat perekonomiannya semakin terperosok akibat Depresi Hebat. Amerika Secara efektif meninggalkan standar emas pada tahun 1933 selama pemerintahan Presiden Franklin D. Roosevelt. Kemudian, negara tersebut secara resmi meninggalkan standar emas pada tahun 1971 ketika Presiden Richard Nixon mengakhiri perjanjian Bretton Woods.