Contents
Apa itu: Anggaran berimbang (balanced budget) adalah ketika pengeluaran pemerintah sama dengan pendapatannya. Sehingga, tidak ada surplus atau defisit. Pun demikian, pemerintah tidak perlu meminjam untuk menutupi pengeluarannya. Jadi, tidak ada peningkatan pemerintah. Namun demikian, mencapai itu secara konsisten dari tahun ke tahun adalah sulit karena perekonomian yang fluktuatif, yang mana mempengaruhi belanja dan pendapatan pemerintah.
Mengapa fiskal pemerintah seharusnya mengarah pada anggaran berimbang?
Beberapa ekonom percaya anggaran beribang harus tercapai untuk rata-rata selama siklus bisnis. Di tahun tertentu, pemerintah menjalankan defisit anggaran, tapi di tahun yang lain pemerintah menjalankan surplus anggaran. Sehingga, jika kita rata-ratakan itu mengarah pada anggaran berimbang.
Apa alasan untuk argumen tersebut? Selama ekspansi, di satu sisi, penerimaan pajak cenderung meningkat karena aktivitas ekonomi dan bisnis tumbuh. Pemerintah bisa mengumpulkan lebih banyak pajak karena pendapatan rumah tangga dan laba bisnis membaik.
Di sisi lain, pengeluaran pemerintah cenderung turun karena pemerintah menghabiskan belanja untuk pos-pos tertentu lebih sedikit. Misalnya, pemerintah menghabiskan lebih sedikit tunjangan pengangguran karena pengangguran menurun selama periode ini. Pun demikian dengan program kesejahteraan lainnya, mereka akan turun karena masyarakat lebih makmur selama periode ini.
Selain itu, mengurangi belanja penting untuk untuk mencegah perekonomian yang terlalu panas. Selama ekspansi, perekonomian makmur. Permintaan agregat meningkatkan karena konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis yang kuat. Dan tingkat harga merangkak naik. Jika pemerintah meningkatkan belanjanya, itu akan meningkatkan permintaan agregat lebih lanjut, menghasilkan tekanan ke atas yang lebih kuat atas inflasi. Inflasi yang meningkat terlalu tajam tidak sehat bagi perekonomian karena daya beli uang menguap dengan cepat.
Karena alasan itulah, anggaran cenderung surplus selama ekspansi. Pendapatan pajak meningkat di satu sisi. Dan di sisi lain, pengeluaran pemerintah menurun.
Sementara itu, selama resesi, pemerintah menjalankan defisit anggaran. Selain sebagai kebijakan diskresioner pemerintah untuk merangsang aktivitas ekonomi, defisit juga terjadi karena faktor siklikal. Selama periode ini, pendapatan pajak menurun karena prospek pendapatan rumah tangga dan keuntungan bisnis memburuk. Sehingga, pemerintah mengumpulkan lebih sedikit pajak.
Selain itu, belanja untuk program kesejahteraan dan sosial meningkat karena kondisi ekonomi yang memburuk. Misalnya, pemerintah membelanjakan lebih banyak tunjangan pengangguran karena tingkat pengangguran yang tinggi.
Bagaimana pandangan ekonom terhadap anggaran berimbang?
Ekonom klasik berpendapat anggaran berimbang seharusnya menjadi tujuan kebijakan pemerintah. Dengan demikian, pemerintah tidak perlu meminjam dan menambah utang. Utang bisa membebani kesinambungan fiskal karena pemerintah harus membayar pokok dan bunga, yang mana mungkin akan sulit selama perekonomian lesu seperti resesi.
Ketika pemerintah menjalankan defisit anggaran terus menerus, beban utang menumpuk, meningkatkan risiko gagal bayar. Utang yang menumpuk berkontribusi pada suku bunga yang tinggi di dalam perekonomian. Dan suku bunga tinggi menghambat investasi swasta karena mereka harus menanggung biaya pendanaan yang tinggi.
Selain itu, mengambil langkah penghematan untuk melunasi utang bisa menyakitkan bagi perekonomian. Pemerintah harus menaikkan pajak, mengurangi pengeluarannya atau memilih untuk mengkombinasikan kedua pilihan tersebut. Kedua opsi tersebut berdampak negatif pada permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Warga negara harus menghadapi kenaikan pajak dan pada saat yang sama, menghadapi layanan publik yang menurun akibat anggarannya dikurangi.
Sementara itu, ekonom Keynesian berpendapat bahwa menjalankan defisit adalah pilihan penting untuk merangsang perekonomian. Pemerintah perlu mengadopsinya untuk mengeluarkan perekonomian dari resesi.
Selama resesi, sulit untuk mendorong rumah tangga untuk meningkatkan konsumsi dan bisnis untuk meningkatkan investasi. Sebaliknya, mereka cenderung mengambil langkah efisiensi. Rumah tangga enggan berbelanja lebih banyak karena prospek pekerjaan dan pendapatan mereka memburuk. Pun demikian, bisnis melihat permintaan rumah tangga yang lemah, memaksa mereka untuk memangkas produksi dan mengejar efisiensi. Sebagai hasilnya, perekonomian tergantung pada pemerintah untuk keluar dari resesi. Karena alasan ini menjalankan defisit anggaran adalah pilihan.
Sementara itu, ketika perekonomian sedang berekspansi, pemerintah dapat menjalankan surplus. Pemerintah membelanjakan lebih sedikit daripada pendapatannya. Dengan cara ini, pemerintah dapat menyeimbangkan keseimbangan dalam jangka panjang.
Apa itu pengganda anggaran berimbang?
Pengganda anggaran berimbang merujuk pada perubahan dalam output agregat ketika pemerintah mengubah pengeluaran dan pajaknya pada tingkat yang setara. Di sini, berimbang tidak harus ketika pemerintah sedang menjalankan anggaran berimbang atau pendapatan sama dengan pengeluarannya. Melainkan, pemerintah mengubah pendapatan dan pengeluarannya pada tingkat yang setara. Sehingga, jika sebelumnya pemerintah menjalankan surplus atau defisit anggaran, itu tidak akan berubah dari sebelumnya.
Misalnya, pemerintah menjalankan surplus di anggaran sebelumnya, yakni sebesar $100 berasal dari pendapatan pajak sebesar $700 dikurangi pengeluaran sebesar $600. Karena perekonomian sedang lesu, pemerintah menaikkan pajak dan pengeluaran sebesar $200. Sehingga, pendapatan pemerintah menjadi $900 dan pengeluarannya menjadi $800, mempertahankan surplus tetap di $100.
Lantas bagaimana perubahan anggaran tersebut menciptakan efek pengganda di dalam perekonomian? Efek multiplier terjadi karena penurunan permintaan agregat akibat kenaikan pajak lebih rendah daripada peningkatan permintaan agregat akibat kenaikan pengeluaran pemerintah.
Ketika pemerintah menaikkan pengeluaran sebesar $100, itu meningkatkan permintaan agregat sebesar $100. Ingat kembali rumus permintaan agregat untuk menjawab itu.
- Permintaan agregat = Konsumsi rumah tangga + Investasi bisnis + Pengeluaran pemerintah + Ekspor neto
Sebaliknya, peningkatan pajak sebesar $100 akan menyebabkan penurunan permintaan agregat kurang dari $100. Kenaikan tersebut hanya menurunkan pendapatan disposabel swasta sebesar $100. Tapi, efeknya terhadap konsumsi dan investasi bisa lebih kecil tergantung pada seberapa sensitif sektor rumah tangga dan sektor bisnis.
Untuk menyederhanakan ilustrasi, katakanlah kenaikan pajak dibebankan ke sektor rumah tangga. Mari ingat kembali kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume atau MPC). Ekonom mendefinisikannya sebagai:
- MPC = ∆Konsumsi / ∆Pendapatan disposabel = ∆Konsumsi / ∆(Pendapatan – Pajak)
atau
- ∆Konsumsi = MPC x ∆Pendapatan disposabel = MPC x ∆(Pendapatan – Pajak)
Asumsikan, MPC sektor rumah tangga adalah sebesar 0,8. Itu menunjukkan konsumsi rumah tangga akan turun sebesar $0,8 ketika ada penurunan pendapatan sebesar $1. Sisanya, sebesar $0,2, mewakili penurunan dalam tabungan. Dengan kata lain, rumah tangga akan mengurangi konsumsi sebesar $0,8 dan tabungan sebesar $0,2 ketika pendapatan mereka turun $1.
Kembali ke kasus di atas. Karena pajak meningkat $100, maka pendapatan disposabel akan menurun sebesar $100. Karena tidak semua pendapatan dialokasikan untuk belanja – melainkan juga untuk ditabung -, maka kenaikan pajak tersebut menurunkan konsumsi rumah tangga sebesar:
- ∆Konsumsi = 0,8 x (-$100) = -80.
Secara neto, permintaan agregat akan meningkat sebesar $20 ketika pemerintah menaikkan pajak rumah tangga dan pengeluarannya sebesar $100.
Bacaan selanjutnya
- Anggaran Berimbang: Mengapa Penting, Efek Pengganda
- Anggaran Pemerintah: Komponen, Jenis dan Kebijakan Fiskal
- Belanja Modal Pemerintah: Contoh, Mengapa Penting
- Defisit Anggaran Siklikal: Penyebab, Cara Kerja, Dampak
- Defisit Anggaran Struktural: Cara Kerja dan Implikasinya
- Defisit Anggaran: Rumus, Penyebab, dan Akibat
- Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek
- Pajak Bersih Dalam Makroekonomi: Rumus, Efek Terhadap Ekonomi
- Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian
- Pajak: Jenis dan Dampaknya Terhadap Perekonomian
- Pembayaran Transfer: Pentingnya, Jenis, dan Kritik
- Pendapatan Pemerintah: Jenis dan Mengapa Penting?
- Pengeluaran Diskresioner Pemerintah: Apa Itu? Apa Saja Contohnya?
- Pengeluaran Lancar Pemerintah: Contoh, Perhitungan dalam PDB
- Pengeluaran Otonom: Rumus, Komponen, Faktor Penentu
- Pengeluaran Pemerintah: Komponen dan Efek Terhadap Perekonomian
- Pengeluaran Terinduksi: Definisi, Contoh, Rumus
- Stabilisator Otomatis: Contoh dan Cara Kerja
- Surplus Anggaran: Alasan Terjadi dan Efeknya
- Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?