Contents
Pengangguran berimplikasi luas. Itu tidak hanya memiliki konsekuensi pada individu. Tapi, itu juga berdampak pada masyarakat, bisnis dan perekonomian. Misalnya, pengangguran menyebabkan:
- Kemiskinan dan kejahatan yang lebih tinggi
- Penurunan pada pendapatan bisnis
- Peningkatan kesulitan keuangan
- Pertumbuhan ekonomi yang lemah
Dampak pengangguran terhadap individu
Penurunan pendapatan disposabel adalah dampak pertama pada individu ketika mereka menganggur. Kemudian, dengan pendapatan lebih sedikit, mereka mengurangi konsumsi. Keuangan mereka mungkin juga tertekan karena tidak bisa membayar cicilan, mengarah pada kredit macet.
Menganggur juga menyebabkan dampak bagi kesehatan. Itu meningkatkan stress dan menyebabkan masalah yang terkait dengan itu, misalnya insomnia, sakit kepala, dan tekanan darah tinggi.
Individu kehilangan pendapatan
Individu memperoleh pemasukan dari gaji dan upah. Itu biasanya mewakili kontributor utama. Akibatnya, ketika individu menganggur, pendapatan mereka turun drastis.
Memang, penganggur mungkin bisa mengumpulkan dari sumber alternatif. Misalnya, mereka mungkin memiliki uang dari tabungan yang dikumpulkan sebelumnya dan memperoleh pemasukan rutin seperti melalui kupon dan pendapatan sewa. Tapi, sumber alternatif tersebut mungkin berkontribusi relatif kecil untuk beberapa orang.
Karena tidak ada gaji, individu yang menganggur mungkin hanya bisa mengandalkan tabungan untuk membiayai pengeluaran esensial seperti makanan dan minuman. Dan ketika mereka tidak memiliki tabungan, mereka meminjam uang ke kerabat atau teman. Atau, mereka mengandalkan pembayaran kesejahteraan dari pemerintah.
Pengeluaran konsumsi berkurang
Pendapatan berkorelasi positif dengan pengeluaran konsumsi. Peningkatan pendapatan mendorong lebih banyak konsumsi, mungkin pada variasi yang berbeda. Misalnya, orang dengan pendapatan tinggi cenderung lebih banyak menghabiskan uang mereka ke jasa – seperti liburan – daripada barang.
Karena tanpa pendapatan ketika menganggur, individu yang menganggur sulit memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Sebaliknya, mereka akan berbelanja secara lebih hati-hati dan penuh pertimbangan. MIsalnya, pereka memangkas pengeluaran kurang esensial dan fokus pada kebutuhan dasar.
Kualitas hidup memburuk
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan bisa menyebabkan penurunan pada standar hidup. Individu yang menganggur mungkin hanya bisa memenuhi kebutuhan dasar. Misalnya, pendapatan mereka hanya cukup untuk makan.
Ketika individu menganggur cukup lama, mereka sulit untuk menjangkau pendidikan dan keterampilan berkualitas. Situasi ini mengakibatkan kualitas kehidupan mereka menurun karena keterampilan yang rendah. Bahkan, mereka bisa masuk dalam jebakan kemiskinan.
Utang dan gagal bayar meningkat
Penganggur mungkin mengandalkan utang untuk memenuhi beberapa kebutuhan. Dan mereka terus meminjam, misalnya ke keluarga atau ke teman, selama belum menemukan pekerjaan baru. Sehingga, ketika mereka cukup lama menemukan pekerjaan baru, utang mereka menumpuk.
Selain itu, karena tidak memiliki pendapatan yang cukup, penganggur kesulitan untuk membayar cicilan. Akibatnya, mereka lebih berisiko untuk gagal membayar kembali utang mereka.
Kekayaan rumah tangga menurun
Individu mengumpulkan kekayaan dengan menyisihkan uang untuk ditabung. Mereka menginvestasikan ke aset riil seperti properti dan emas atau aset keuangan seperti saham, obligasi dan reksa dana. Tapi, karena menganggur, mereka tidak memiliki uang untuk ditabung. Akibatnya, itu mengurangi kemampuan mereka untuk mengumpulkan kekayaan untuk masa pensiun dan tujuan lainnya.
Sebaliknya, mereka mungkin menarik beberapa aset untuk memenuhi kebutuhan selama belum menemukan pekerjaan baru. Misalnya, mereka menjual saham atau reksadana yang mereka pegang. Akibatnya, kekayaan mereka turun selama menganggur.
Keterampilan kerja menurun
Individu bisa kehilangan kualitas profesional mereka ketika mereka menganggur cukup lama. Misalnya, mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan atau meningkatkan keterampilan mereka sebagaimana ketika mereka bekerja.
Selain itu, selama bekerja, individu bisa mengajukan pelatihan untuk mengakuisisi keterampilan atau pengetahuan baru. Namun, kesempatan itu tidak ada ketika mereka menganggur.
Memang, penganggur bisa mengikuti pelatihan melalui kantong sendiri. Tapi, karena keuangan mereka memburuk, kemungkinan mereka tidak melakukannya. Akibatnya, pengangguran mengurangi kemampuan kerja mereka.
Perangkap pengangguran
Pengangguran menciptakan lebih banyak individu untuk senang menganggur. Misalnya, tunjangan pengangguran yang murah hati menciptakan moral hazard. Di satu sisi, itu penting untuk mendukung individu yang menganggur memenuhi kebutuhan dasar mereka. Di sisi lain, mereka menjadi tergantung dengan program semacam itu.
Akhirnya, mereka malas untuk menemukan pekerjaan baru. Mereka pikir, tanpa menemukan pekerjaan baru, mereka bisa memenuhi kebutuhan melalui tunjangan pengangguran. Akhirnya, tunjangan semacam itu meningkatkan kemungkinan individu untuk tetap menganggur.
Kesehatan individu memburuk
Pengangguran berdampak pada kesehatan, baik fisik maupun mental. Menjadi pengangguran meningkatkan stres, menyebabkan masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan itu seperti sakit kepala, insomnia, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Merokok dan kelebihan berat badan adalah masalah lain yang umum di antara orang yang menganggur, berdampak pada morbiditas yang lebih tinggi.
Masalah-masalah kesehatan tersebut bisa lebih akut karena individu mungkin mengurangi kunjungan ke dokter dan pembelian obat-obatan untuk mengurangi biaya. Sebaliknya, selama bekerja, individu bisa mengandalkan asuransi kesehatan yang disediakan oleh pemberi kerja. Sehingga, mereka memiliki akses yang lebih baik terhadap perawatan kesehatan.
Selain itu, pengangguran juga tidak memperoleh fasilitas lain untuk mendukung kesehatan mereka. Misalnya, mereka tidak lagi memperoleh fasilitas seperti keanggotaan gym atau makanan sehat untuk mendukung kesehatan mereka.
Dampak pengangguran terhadap bisnis
Tingkat pengangguran yang tinggi menunjukkan perekonomian tidak memanfaatkan sepenuhnya kapasitas produktifnya. Beberapa sumber daya menganggur – termasuk tenaga kerja – karena perekonomian beroperasi di bawah kapasitas produktif. Akibatnya, perekonomian tidak tumbuh secepat mungkin, bahkan mungkin sebaliknya, turun.
Di satu sisi, pengangguran tinggi berarti lebih banyak tenaga kerja tersedia di pasar tenaga untuk direkrut.
Tapi di sisi lain, tingkat pengangguran yang tinggi menurunkan pengeluaran konsumsi. Akibatnya, permintaan barang dan jasa turun. Dan bisnis menghadapi prospek pendapatan dan keuntungan mereka memburuk.
Permintaan terhadap barang dan jasa menurun
Ketika menganggur, individu memangkas pengeluaran konsumsi mereka. Mereka hanya bisa memenuhi beberapa kebutuhan dan memangkas kebutuhan lainnya yang kurang esensial.
Pemangkasan pengeluaran konsumsi mengakibatkan bisnis menghadapi permintaan yang lebih lemah, menekan kinerja bisnis mereka. Akibatnya, mereka menghasilkan penjualan yang lebih rendah karena orang menghabiskan lebih sedikit uang untuk barang dan jasa.
Produsen barang tahan lama mungkin yang paling awal terpukul ketika tingkat pengangguran meningkat. Karena produk mereka berharga mahal dan seringkali dibiayai oleh pinjaman, rumah tangga kemungkinan besar akan mengurangi permintaan terhadap produk mereka pertama kali ketika menganggur.
Bisnis menghadapi kesulitan keuangan
Penurunan permintaan barang dan jasa menyebabkan penurunan penjualan. Sebagai akibatnya, bisnis mengumpulkan lebih sedikit uang.
Selain itu, penurunan penjualan menyebabkan masalah lainnya seperti peningkatan biaya akibat persediaan menumpuk. Dikombinasikan dengan penurunan pendapatan, itu meningkatkan tekanan pada profitabilitas.
Selanjutnya, bisnis mungkin kesulitan membayar utang karena mengumpulkan lebih sedikit uang dan menghadapi peningkatan biaya. Situasi tersebut memperburuk peringkat kredit mereka dan meningkatkan risiko gagal bayar.
Singkat cerita, penurunan permintaan tidak hanya memperburuk kinerja bisnis. Tapi, itu, pada akhirnya, menekan kinerja keuangan perusahaan.
Biaya tenaga kerja menurun
Karena mem-phk karyawan, perusahaan mengurangi biaya tenaga kerja. Tapi, apakah itu memperbaiki profitabilitas? Itu tergantung pada dampak terhadap pendapatan dan biaya lainnya.
Secara umum, ketika tingkat pengangguran tinggi, bisnis menghadapi tekanan pada profitabilitas mereka. Mereka menghadapi peningkatan biaya akibat misalnya, peningkatan persediaan dan inefisiensi produksi. Sehingga, penurunan biaya tenaga kerja mungkin tidak sebanding. AKibatnya, profitabilitas mereka masih tertekan meski telah mengambil langkah efisiensi dengan mengurangi tenaga kerja.
Tenaga kerja lebih banyak tersedia untuk direkrut
Peningkatan pengangguran berarti ada ekses penawaran di pasar tenaga kerja. Dengan kata lain, lebih banyak orang tersedia untuk direkrut jika bisnis membutuhkan lebih banyak karyawan.
Selain itu, karena pasar tenaga kerja menghadapi ekses penawaran, upah cenderun tertekan turun, sebagaimana hukum permintaan-penawaran katakan. Akibatnya, bisnis dapat menawarkan gaji yang lebih rendah ketika merekrut staf baru.
Pinjaman macet meningkat
Risiko gagal bayar meningkat di sektor bisnis, tidak hanya di sektor rumah tangga. Kedua sektor mengalami kesulitan keuangan. Akibatnya, itu mengarah pada peningkatan kredit macet, memperburuk neraca keuangan bank.
Individu menghadapi kesulitan keuangan. Tanpa penghasilan, mereka tidak bisa membayar cicilan mereka, mengarah pada kredit macet.
Situasi yang sama juga terjadi di sektor bisnis. Perusahaan kesulitan mengumpulkan uang selama pengangguran tinggi karena permintaan yang jatuh. Mereka juga harus menghadapi biaya yang lebih tinggi. Sehingga, jika cadangan kas yang cukup, mereka bisa kesulitan membayar kembali utang mereka.
Dampak pengangguran bagi masyarakat
Pengangguran tidak hanya berdampak pada individu, tapi itu bisa menyebar ke lingkungan sekitar dan menyebabkan masalah sosial. Seringkali, tingkat pengangguran yang tinggi di daerah-daerah tertentu sering menyebabkan tingkat kejahatan yang tinggi. Misalnya, karena menghadapi tuntutan tinggi untuk memenuhi kebutuhan, individu yang menganggur melakukan kejahatan untuk mendapatkan uang. Selain itu, lingkungan yang lebih miskin juga memperkuat dampak sosial dari pengangguran.
Kemiskinan meningkat
Pengangguran bertanggung jawab atas kemiskinan yang tinggi di beberapa negara. Data di Amerika Serikat menunjukkan kenaikan tingkat kemiskinan sebesar 0,4 hingga 0,7 poin persentase dikaitkan dengan kenaikan 1 poin persentase tingkat pengangguran.
Menganggur menyebabkan banyak individu memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan. Jika keluarga mereka mengandalkan beberapa orang untuk bekerja dan menghasilkan pendapatan, pengangguran memperburuk situasi karena keluarga mereka tidak dapat memenuhi biaya hidup.
Masalah ini bisa memicu jebakan kemiskinan. Misalnya, keluarga penganggur kesulitan untuk mengakses pelatihan atau pendidikan karena pendapatan tidak cukup. Akhirnya, anak-anak mereka sulit untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Akibatnya, kemiskinan diturunkan dari generasi ke generasi, mengarah pada jebakan kemiskinan.
Tingkat kejahatan meningkat
Tingkat pengangguran diasosiasikan dengan tingkat kejahatan properti, yakni kejahatan untuk mendapatkan uang, properti, atau keuntungan lainnya. Selama menganggur, individu kesulitan keuangan untuk memenuhi kebutuhan. Sehingga, itu meningkatkan motif mereka untuk melakukan kejahatan. Penelitian menunjukkan peningkatan satu poin persentase dalam tingkat pengangguran menyebabkan tingkat kejahatan properti meningkat 1.8 persen.
Dampak pengangguran terhadap ekonomi
Pengangguran mempengaruhi perekonomian dalam banyak hal. Misalnya, tingkat pengangguran tinggi menurunkan permintaan agregat karena rumah tangga memangkas pengeluaran konsumsi. Akibatnya, bisnis memangkas output mereka karena permintaan barang dan jasa jatuh.
Selain itu, peningkatan pengangguran juga meningkatkan beban fiskal. Selain belanja sosial fiskal meningkat, pemerintah mengumpulkan lebih sedikit pajak karena pendapatan rumah tangga dan keuntungan bisnis menurun.
PDB menurun
Perekonomian mengandalkan tenaga kerja untuk memproduksi barang dan jasa. Sehingga, ketika mereka menganggur, mereka tidak menghasilkan output. Akibatnya, produk domestik bruto (PDB), yang mana mengukur output perekonomian, menurun.
Pajak berkurang
Penganggur memiliki pendapatan yang lebih sedikit untuk membayar pajak. Mereka mungkin masih memiliki sumber pendapatan seperti dari capital gain atau kupon. Tapi, mereka tidak lagi menerima upah atau gaji atau penerimaan lainnya seperti bonus. Akibatnya, pengangguran menyebabkan lebih sedikit pendapatan kena pajak.
Selain pajak langsung, peningkatan pengangguran juga menurunkan penerimaan pajak tidak langsung. Misalnya, pajak penjualan dan pajak pertambahan nilai sangat tergantung pada permintaan barang dan jasa. Karena permintaan menurun, pemerintah mengumpulkan lebih sedikit pajak tidak langsung.
Pertumbuhan ekonomi lemah
Rumah tangga tidak hanya menyediakan tenaga kerja dan berkontribusi pada pajak. Tapi, mereka juga kontributor utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran konsumsi mereka berkontribusi signifikan bagi perekonomian. Misalnya, di Amerika Serikat, itu mencakup 60% terhadap PDB. Sehingga, permintaan rumah tangga berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi dan karena itu, penciptaan pekerjaan dan pendapatan lebih lanjut di dalam perekonomian.
Ketika menganggur, rumah tangga mengurangi pengeluaran konsumsi. Akibatnya, perekonomian kehilangan pendorong. Penurunan permintaan terhadap barang dan jasa memaksa bisnis merespon dengan menurunkan produksi. Akibatnya, output perekonomian turun.
Selain itu, bisnis juga mengambil langkah efisiensi. Misalnya, mereka mengurangi tenaga kerja, yang mana pada akhirnya menyebabkan lebih banyak pengangguran dan memperburuk prospek pekerjaan dan pendapatan, melemahkan permintaan dan pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
Pengeluaran publik meningkat
Pemerintah mengalokasikan belanja sosial untuk mendukung kesejahteraan mereka yang kurang mampu. Program tersebut meningkat selama perekonomian sulit – sering diidentikkan dengan pengangguran tinggi.
Tunjangan pengangguran adalah contoh belanja sosial tersebut. Memang, itu penting untuk memenuhi sementara kebutuhan dasar selama individu yang menganggur belum menemukan pekerjaan baru. Tapi, ketika tingkat pengangguran meningkat, pemerintah harus mengalokasikan belanja yang lebih besar, meningkatkan beban fiskal.
Biasanya, tingkat pengangguran tinggi terjadi selama perekonomian memburuk seperti resesi, di mana pajak juga turun. Akibatnya, peningkatan pengangguran dan penurunan pajak mengarah pada defisit anggaran yang lebih tinggi. Dan untuk menutupi kekurangan, pemerintah harus menambah utang, mengurangi kemampuan pemerintah dalam membayar kembali kewajiban.
Modal manusia menurun
Modal manusia mewakili atribut pada diri seorang individu yang mana berkontribusi untuk menghasilkan manfaat di masa depan. Itu mencakup aspek seperti pengetahuan, keterampilan, pendidikan, dan bahkan kesehatan mereka.
Banyak kompetensi penting dikembangkan saat bekerja. Misalnya, pekerja mengajukan pelatihan ke pemberi kerja untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Dan ketika menganggur, mereka tidak mendapatkan pelatihan semacam itu.
Akibatnya, ketika lama menganggur, pekerja bisa kehilangan keterampilan mereka. Atau, setidaknya, mereka tidak bisa mengupgrade kemampuan dan keterampilan mereka. Sebagai akibatnya, kualitas mereka menurun.
Situasi ini bisa menjadi masalah dalam jangka panjang. Misalnya, jika pada saat yang sama, teknologi dan industri berubah dengan cepat dan membutuhkan keterampilan baru, pengangguran sulit untuk menemukan pekerjaan karena keterampilan mereka sudah tidak relevan dengan permintaan. Akibatnya, mereka menjadi pengangguran jangka panjang (ekonom menyebutnya sebagai pengangguran struktural).
Pengangguran struktural menciptakan kerugian bobot mati bagi perekonomian karena mereka terus ada, bahkan ketika perekonomian sedang beroperasi pada kapasitas penuhnya.