Contents
Kebijakan moneter mempengaruhi permintaan agregat dan perekonomian melalui jumlah uang beredar. Misalnya, kenaikan dalam jumlah uang beredar meningkatkan likuiditas di dalam perekonomian. Sebagai hasilnya, kredit lebih banyak tersedia dan suku bunga turun. Akhirnya, rumah tangga dan bisnis bisa meminjam lebih murah, mendorong mereka untuk meningkatkan pengeluaran konsumsi dan belanja modal.
Tidak seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter umumnya adalah ranah bank sentral sebagai otoritas moneter. Kedua kebijakan ekonomi tersebut memang bertujuan untuk mempengaruhi perekonomian untuk mencapai sasaran makroekonomi. Tapi, bank sentral melakukannya melalui perubahan dalam suku bunga kebijakan, rasio cadangan wajib dan operasi pasar terbuka. Sedangkan, kebijakan fiskal bekerja melalui perubahan dalam pajak dan pengeluaran pemerintah.
Apa saja instrumen kebijakan moneter?
Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi oleh bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar di dalam perekonomian. Untuk menjalankannya, bank sentral memiliki beberapa instrumen, termasuk:
- Suku bunga kebijakan (policy rate)
- Rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio)
- Operasi pasar terbuka (open market operation)
Suku bunga kebijakan, kadang disebut sebagai suku bunga acuan, adalah suku bunga jangka pendek untuk simpanan atau pinjaman bank komersial di bank sentral. Contohnya adalah fed fund rate (FFR) di Amerika Serikat. Perubahan dalam suku bunga kebijakan mempengaruhi suku bunga yang bank komersial kenakan ke pelanggan mereka, baik untuk pinjaman maupun simpanan.
Sementara itu, rasio cadangan wajib merujuk pada porsi simpanan yang harus bank komersial sisihkan sebagai cadangan. Katakanlah rasio adalah 5%. Bank komersial harus menahan $5 ketika memperoleh simpanan $100. Sisanya, $95, dapat mereka pinjamkan. Sehingga, semakin rendah rasio, semakin banyak uang yang tersedia untuk dipinjamkan.
Terakhir, operasi pasar terbuka melibatkan bank sentral untuk menjual atau membeli surat berharga pemerintah. Transaksi melibatkan bank komersial sebagai rekanan. Misalnya, bank sentral membeli surat berharga pemerintah yang dipegang oleh bank komersial. Dalam kasus tersebut, uang beralih dari bank sentral ke bank komersial. Sehingga, bank komersial memiliki lebih banyak uang untuk dipinjamkan. Jika transaksi melibatkan nominal yang substansial, kita menyebutnya sebagai pelonggaran kuantitatif (quantitative easing atau QE).
Kebijakan moneter mempengaruhi perekonomian melalui efeknya terhadap jumlah uang beredar dan likuiditas, yang mana pada akhirnya tertransmisi ke suku bunga, kredit, harga aset, nilai tukar dan ekspektasi pelaku ekonomi. Misalnya, penurunan rasio cadangan wajib membuat bank komersial memiliki lebih banyak uang untuk dipinjamkan. Dan setiap $1 yang mereka pinjamkan akan menjadi berkali-kali lipat melalui efek pengganda uang.
Bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi permintaan agregat dan perekonomian?
Bank sentral memiliki dua jenis kebijakan moneter. Kapan diimplementasikan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Sementara itu, instrumen mana yang digunakan tergantung pada diskresi bank sentral. Dua kebijakan tersebut adalah:
- Kebijakan moneter ekspansioner
- Kebijakan moneter kontraksioner
Kebijakan moneter ekspansioner bertujuan untuk meningkatkan jumlah uang beredar di dalam perekonomian. Uang lebih banyak tersedia, menghasilkan likuiditas di dalam perekonomian yang meningkat. Sebagai hasilnya, suku bunga turun dan kredit lebih tersedia.
Kebijakan ekspansioner berusaha untuk meningkatkan permintaan agregat, yang mana pada akhirnya berdampak pada variabel ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Kita juga menyebut kebijakan ini sebagai kebijakan moneter longgar atau akomodatif.
Sementara itu, kebijakan moneter kontraksioner bertujuan untuk membatasi pertumbuhan jumlah uang beredar. Sebagai akibatnya, uang lebih sedikit tersedia. Karena likuiditas di dalam perekonomian mengetat, suku bunga naik dan lebih sedikit kredit yang tersedia. Situasi ini melemahkan permintaan agregat, yang mana akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Kita juga menyebut kebijakan ini sebagai kebijakan moneter ketat.
Kebijakan moneter ekspansioner
Kebijakan moneter ekspansif menstimulus pertumbuhan ekonomi dengan mendorong permintaan agregat melalui peningkatan jumlah uang beredar. Bank sentral mengadopsi kebijakan ini ketika perekonomian sedang mengalami resesi atau pertumbuhan rendah.
Untuk meningkatkan jumlah uang di dalam perekonomian, bank sentral dapat mengkombinasikan pilihan di bawah ini:
- Memangkas suku bunga
- Membeli surat utang pemerintah
- Menurunkan rasio cadangan wajib
Memangkas suku bunga
Bank komersial akan mengikuti ketika sentral memangkas suku bunga kebijakan. Jika mereka memangkas suku bunga, pinjaman menjadi lebih murah. Sehingga, rumah tangga bisa meningkatkan pengeluaran konsumsi yang dibiayai pinjaman.
Rumah tangga seringkali mengandalkan pinjaman untuk membeli barang-barang tahan lama seperti otomotif dan perabotan rumah tangga. Sehingga, ketika pinjaman murah tersedia lebih banyak, kita mengharapkan mereka akan meningkatkan permintaan.
Sementara itu, bagi bisnis, penurunan suku bunga membuat biaya pendanaan lebih rendah. Misalnya, mereka dapat membayar kupon yang lebih murah ketika menerbitkan surat utang. Sebagai hasilnya, itu memberi mereka lebih banyak insentif untuk berinvestasi.
Peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis meningkatkan permintaan agregat. Sebagai dampaknya, output perekonomian tumbuh lebih tinggi karena bisnis meningkatkan produksi mereka untuk memenuhi permintaan. Selain itu, mereka mulai meningkatkan lembur, menciptakan lebih banyak pendapatan bagi rumah tangga.
Jika permintaan masih tumbuh kuat, bisnis meningkatkan belanja modal, terutama pada item seperti mesin berat. Mereka juga merekrut tenaga kerja lebih banyak untuk mengoperasikan mesin-mesin baru tersebut. Kondisi ini pada akhirnya menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan bagi rumah tangga, mendorong peningkatan permintaan agregat lebih lanjut.
Membeli surat berharga pemerintah
Ketika bank sentral membeli surat berharga pemerintah, uang berpindah tangan, dari bank sentral ke bank komersial sebagai pihak lawan. Uang tersebut kemudian bersirkulasi masuk ke perekonomian melalui pinjaman. Dan melalui efek pengganda uang, setiap dolar yang dipinjamkan menghasilkan peningkatan dalam jumlah uang beredar berkali lipat.
Peningkatan jumlah uang beredar meningkatkan likuiditas di dalam perekonomian. Pasokan uang yang lebih banyak mendorong turun suku bunga. Selain itu, lebih banyak kredit tersedia untuk dipinjamkan ke rumah tangga dan bisnis.
Menurunkan rasio cadangan wajib
Bank komersial umumnya tidak boleh meminjamkan seluruh simpanan mereka sebagai pinjaman. Melainkan, bank sentral mewajibkan mereka untuk menyimpan sebagian sebagai cadangan. Berapa persen yang disimpan sebagai cadangan, itulah rasio persyaratan cadangan (dikenal juga dengan cadangan wajib atau giro wajib minimum).
Ketika rasio cadangan turun, bank komersial memegang lebih banyak uang untuk setiap simpanan yang diterima. Sehingga, mereka bisa menggunakannya sebagai pinjaman. Misalnya, rasio turun dari 10% menjadi 5%. Bank komersial menahan $5 untuk setiap $100 simpanan yang diterima sebagai cadangan. Alhasil, mereka bisa meminjamkan $95, lebih besar daripada sebelumnya ($90).
Kebijakan moneter kontraksioner
Kebijakan moneter kontraksioner menurunkan jumlah uang beredar. Sebagai akibatnya, lebih sedikit kredit tersedia. Itu membuat likuiditas di dalam perekonomian mengetat, mendorong naik suku bunga. Pinjaman menjadi lebih mahal dan akibatnya, menurunkan permintaan agregat melalui efeknya terhadap konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis.
Bank sentral menjalankan kebijakan moneter kontraksioner selama fase boom, bagian akhir dari ekspansi ekonomi. Pada fase ini, perekonomian menghadapi tekanan inflasi yang kuat, membuat perekonomian terlalu panas. Jika tidak dimoderasi, itu bisa mengarahkan perekonomian menuju hiperinflasi, yang mana menciptakan ketidakstabilan karena daya beli uang jatuh dalam waktu yang singkat.
Bank sentral kemudian mengintervensi untuk mencegah situasi buruk tersebut terjadi. Mereka mengambil kebijakan moneter yang lebih ketat dengan mengkombinasikan pilihan-pilihan berikut:
- Menaikkan suku bunga
- Menjual surat berharga pemerintah
- Menaikkan rasio persyaratan cadangan
Kenaikan suku bunga kebijakan
Ketika bank sentral menaikkan suku bunga kebijakan, bank komersial akan mengikutinya. Mereka menaikkan suku bunga pinjaman, membuatnya menjadi lebih mahal bagi peminjam. Akhirnya, kenaikan tersebut mendesinsentif rumah tangga dan bisnis untuk berbelanja dan berinvestasi. Sebaliknya, itu mendorong orang untuk menabung untuk mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi.
Sebagai hasilnya, kenaikan suku bunga akan membuat pelaku ekonomi menghabiskan lebih sedikit uang untuk konsumsi dan investasi. Misalnya, rumah tangga menunda pembelian barang tahan lama. Begitu juga, bisnis menunda investasi karena, dikombinasikan dengan pengeluaran konsumsi yang melemah, suku bunga tinggi membuat investasi kurang layak.
Secara keseluruhan, kenaikan suku bunga menurunkan permintaan agregat dan mempengaruhi indikator seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Misalnya, itu menurunkan tekanan inflasi karena tingkat harga menurun. Namun, itu juga memiliki efek negatif, yakni pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah.
Menjual surat berharga pemerintah
Bank sentral mungkin memilih untuk menjalankan operasi pasar terbuka dengan menjual surat berharga pemerintah ketika mengadopsi kebijakan moneter ketat. Uang berpindah tangan dari bank komersial ke bank sentral. Akibatnya, bank komersial memiliki lebih sedikit uang untuk dipinjamkan.
Kredit menjadi lebih langka. Dan likuiditas di dalam perekonomian mengetat, mendorong naik suku bunga. Sebagai konsekuensinya, permintaan agregat menurun akibat pelemahan pengeluaran konsumsi dan investasi.
Menaikkan rasio cadangan wajib
Kenaikan rasio persyaratan cadangan membuat bank komersial memiliki lebih sedikit uang untuk dipinjamkan. Mereka menyisihkan simpanan secara lebih besar sebagai cadangan.
Katakanlah, rasio naik dari 5% menjadi 10%. Akibatnya, bank komersial hanya bisa meminjamkan $90 dari setiap $100 simpanan yang diterima, lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya ($95).
Situasi ini mengurangi ketersediaan kredit di dalam perekonomian. Selain itu, suku bunga naik karena likuiditas mengetat.
Bacaan selanjutnya
- Bagaimana Kebijakan Fiskal Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Bagaimana Kekayaan Rumah Tangga Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Bagaimana Nilai Tukar Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Cara Kebijakan Moneter Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Guncangan Permintaan: Definisi dan Penjelasan Singkat
- Kepercayaan Bisnis: Pengaruhnya Terhadap Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Kepercayaan Konsumen: Efeknya Terhadap Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Kurva Permintaan Agregat: Concept, Alasan Miring ke Bawah, dan Faktor yang Mempengaruhi
- Permintaan Agregat: Definisi, Alasan Miring, Determinan
- Utilisasi Kapasitas: Hubungannya Dengan Profitabilitas, Permintaan Agregat dan Ekonomi