Contents
Apa itu: Guncangan penawaran atau kejutan penawaran (supply shock) adalah peristiwa tiba-tiba dan tak terduga yang mengakibatkan perubahan dalam output secara dramatis. Itu bisa positif atau negatif. Itu positif jika meningkatkan output dan negatif jika menurunkan output.
Guncangan di sini bisa merujuk pada guncangan makroekonomi, yang mana mempengaruhi penawaran agregat di dalam perekonomian. Itu mempengaruhi variabel ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Atau, itu merujuk pada guncangan di pasar, di mana pengaruhnya hanya terbatas pada pasar produk tertentu. Itu juga mempengaruhi output dan harga pasar untuk produk tersebut. Tapi, tidak seperti guncangan makroekonomi, itu tidak mempengaruhi variabel agregat seperti PDB riil, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Guncangan kita bedakan dengan perubahan bertahap dalam penawaran. Yang pertama berlangsung secara tiba-tiba dan berdampak dramatis, menyebabkan respons pasar tidak memadai dalam jangka pendek dan menyebabkan periode kepanikan. Yang kedua adalah normal seiring perubahan dalam faktor penentu.
Apa saja jenis guncangan penawaran?
Guncangan penawaran terbagi menjadi dua kategori berdasarkan efeknya terhadap output. Mereka adalah:
- Guncangan penawaran positif
- Guncangan penawaran negatif
Guncangan penawaran positif dan contohnya
Dalam makroekonomi, guncangan penawaran positif mengakibatkan peningkatan output. Sebagai akibatnya, kurva penawaran bergeser ke kanan. Mengasumsikan permintaan tidak berubah, perekonomian menghadapi kesenjangan output positif secara tiba-tiba dan mendorong tingkat harga turun.
Penurunan harga minyak adalah contohnya. Karena minyak digunakan di hampir sebagian besar industri, mulai sebagai bahan baku hingga sebagai bahan bakar, maka harganya yang lebih rendah mengurangi biaya. Sebagai hasilnya, penurunannya bisa mendorong peningkatan output di dalam perekonomian secara dramatis.
Contoh lain adalah penurunan tekanan serikat pekerja dan musim panen yang bagus. Pada dasarnya, kejutan pasokan positif disebabkan oleh faktor-faktor seperti:
- Penurunan upah
- Pemangkasan pajak bisnis
- Pemberian subsidi
- Apresiasi nilai tukar
- Kemajuan teknologi
Mereka semua mempengaruhi penawaran agregat. Dan mereka bisa menyebabkan guncangan jika perubahan tiba-tiba mereka menurunkan biaya secara dramatis dan mendorong peningkatan output secara secara drastis dan tiba-tiba.
Katakanlah, sebelum guncangan terjadi, perekonomian beroperasi pada lapangan kerja penuh. Sehingga, ketika guncangan berlangsung, itu menyebabkan output meningkat dan perekonomian menghadapi kesenjangan output positif di mana PDB riil aktual melebihi PDB potensial, mengasumsikan permintaan agregat tidak berubah. Sebagai hasilnya, output agregat meningkat disertai dengan penurunan tingkat harga.
Sementara itu, guncangan penawaran di pasar mungkin sedikit berbeda dari guncangan di dalam perekonomian. Itu karena berdampak pada produksi untuk produk tertentu, bukan output secara agregat. Dan selain faktor-faktor di atas, guncangan penawaran di pasar bisa terjadi karena:
- Hambatan masuk melemah, mendorong banyak pemain baru masuk ke pasar.
- Pemain baru berskala besar masuk (seperti perusahaan multinasional), didukung dengan modal investasi yang kuat, memungkinkan mereka beroperasi pada skala yang signifikan.
- Hambatan perdagangan menurun drastis, mendorong pasokan impor mengalir deras ke pasar domestik.
- Investasi skala besar, terutama di industri dengan biaya tetap signifikan, di mana masing-masing sulit untuk membatalkan proyeknya sekali dimulai seperti yang terjadi selama ledakan komoditas.
Guncangan penawaran negatif dan contohnya
Guncangan penawaran negatif mengakibatkan output perekonomian menyusut secara drastis. Guncangan bisa terjadi karena beberapa sebab. Kenaikan harga minyak adalah contoh bagus karena itu berimplikasi secara luas di dalam perekonomian.
Pandemi, seperti Covid-19, adalah contoh lain. Itu telah mengganggu rantai pasokan karena mobilitas barang dan orang dibatasi. Akibatnya, pasokan terganggu dan membuat banyak negara menghadapi resesi.
Selain kenaikan harga minyak dan pandemi, faktor lain penyebab guncangan penawaran negatif diantaranya adalah:
- Bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, atau kekeringan
- Perang, seperti perang di Ukraina
- Tekanan serikat pekerja yang lebih kuat
Sementara itu, untuk guncangan penawaran di pasar, selain faktor di atas, itu bisa terjadi karena faktor seperti:
- Kebangkrutan oleh pemain dominan di industri. Atau mereka menutup beberapa fasilitas produksi sekaligus. Sehingga, pasokan pasar menyusut secara tiba-tiba.
- Kartel. Para pemain berkolusi untuk memangkas output demi menaikkan harga pasar. Kartel di industri minyak dunia adalah contoh bagus.
- Hambatan perdagangan. Tarif yang tinggi atau embargo menyebabkan pasokan berkurang. Itu bisa menjadi kejutan di pasar domestik jika selama ini pasar sangat bergantung pada pasokan impor.
Bagaimana guncangan penawaran mempengaruhi pasar?
Guncangan berimplikasi pada output dan harga pasar. Guncangan positif mengarah pada penurunan harga karena pasokan meningkat secara drastis. Sebaliknya, guncangan negatif menghasilkan kenaikan harga karena pasokan menyusut.
Tapi, seberapa lama dan signifikan guncangan berdampak, tergantung pada bagaimana permintaan merespon. Misalnya, guncangan negatif bisa mengakibatkan output jatuh dan membuat harga melonjak jika permintaan tetap konstan. Dan itu akan semakin signifikan jika permintaan tetap kuat – karena permintaan inelastis – untuk beberapa waktu.
Permintaan inelastis menunjukkan konsumen kurang responsif terhadap perubahan harga. Mereka masih tetap bersedia membeli meski harganya meningkat tajam – mungkin karena barang tersebut esensial bagi mereka. Sebagai akibatnya, permintaan di pasar masih tidak banyak berkurang meski harga telah naik.
Sebaliknya, jika permintaan responsif, guncangan negatif mungkin berdampak kurang akut terhadap harga. Misalnya, permintaan jatuh segera setelah harga melonjak akibat output yang menyusut. Karena permintaan elastis, pasar segera menuju ekuilibrium yang baru dengan cepat.
Permintaan elastis menunjukkan konsumen responsif terhadap perubahan harga. Sehingga, kenaikan harga mengakibatkan permintaan jatuh lebih signifikan. Misalnya, jika harga naik 5%, maka kuantitas yang diminta turun lebih dari 5%. Sebagai hasilnya, penurunan permintaan mengakibatkan harga turun, mengimbangi kenaikan harga akibat penurunan output.
Bagaimana guncangan penawaran mempengaruhi perekonomian?
Guncangan penawaran agregat berdampak pada perubahan tiba-tiba dan dramatis dalam output agregat. Itu bisa mengarah pada peningkatan output agregat atau penurunan output agregat. Selain terhadap pertumbuhan ekonomi, guncangan tersebut juga mempengaruhi tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Efek guncangan penawaran positif
Asumsikan, perekonomian sedang beroperasi pada lapangan kerja penuh. Sehingga, PDB riil sama dengan PDB potensial.
Guncangan positif jangka pendek mengakibatkan kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kanan. Sebagai akibatnya, PDB riil meningkat dan melebihi PDB potensial, menghasilkan kesenjangan output positif. Dalam situasi ini, bisnis beroperasi jauh di atas kapasitas mereka yang paling efisien. Mengasumsikan permintaan agregat tidak berubah, output agregat akan meningkat pada tingkat harga yang lebih rendah.
Singkat cerita, guncangan positif dalam penawaran agregat jangka pendek akan berakhir pada peningkatan output, tingkat harga yang lebih rendah dan penurunan tingkat pengangguran.
Efek guncangan penawaran negatif
Guncangan negatif mengakibatkan penurunan output agregat (dari Y0 ke Y1). Katakanlah, perekonomian sedang beroperasi pada lapangan kerja penuh. Dengan kata lain, ekuilibrium jangka pendek sedang tepat di kurva penawaran agregat jangka (kurva AD0 dan kurva SRAS0 berpotongan di kurva LRAS).
Guncangan negatif sisi penawaran mengakibatkan kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri, dari SRAS0 ke SRAS1. Sebagai hasilnya, output agregat turun (ke Y1) pada tingkat harga yang lebih tinggi (P1). Itu menghasilkan kesenjangan output negatif (Y0 minus Y1), di mana PDB riil (Y1) kurang dari output potensial (Y0). Sehingga, perekonomian tidak hanya menghadapi penurunan output agregat. Tapi, perekonomian juga menghadapi kenaikan tingkat inflasi (dari P0 ke P1). Kemudian, tingkat pengangguran juga meningkat seiring pemangkasan output oleh perusahaan.
Situasi di atas menghasilkan stagflasi (dari kata “stagnan” dan “inflasi”), yang mana pernah terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1970-an akibat embargo minyak oleh OPEC. Kemudian, itu juga terjadi di tahun 1980-an. Misalnya, di tahun 1980-an, harga minyak melonjak dari sekitar $15 per barel pada tahun 1978 menjadi sekitar $37 per barel pada tahun 1980. Akibatnya, inflasi di Amerika Serikat meroket dan naik hampir dua kali lipat. Sebaliknya, kenaikan biaya membuat PDB riil Amerika Serikat terkontraksi setelah tahun sebelumnya tumbuh positif.
Lantas bagaimana perekonomian kembali lagi ke ekuilibrium jangka panjang? Ekonom menjelaskan itu melalui apa yang disebut dengan proses penyesuaian diri (self‐adjustment process). Dalam kasus di atas, seiring waktu, harga minyak turun dan mendorong kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser kembali ke kanan. Dan secara perlahan, perekonomian menuju lapangan kerja penuh.
Namun, penyesuaian diri tersebut bisa berlangsung lama. Misalnya, jika kenaikan harga terjadi akibat perang, itu berarti menunggu perang berakhir dan beberapa waktu tambahan.
Karena alasan tersebut, pemerintah mungkin mengintervensi perekonomian untuk mengembalikan perekonomian menuju ekuilibrium melalui kebijakan fiskal ekspansioner – bank sentral mungkin juga melakukannya melalui kebijakan moneter ekspansioner seperti dengan menurunkan suku bunga.
Katakanlah, kebijakan fiskal tidak berubah tapi bank sentral menurunkan suku bunga untuk menjalankan kebijakan moneter ekspansioner. Penurunan suku bunga meningkatkan permintaan agregat dan menggeser kurvanya ke kanan, dari AD0 ke AD1. Peningkatan permintaan agregat mendorong bisnis meningkatkan output mereka dan mengarahkan perekonomian menuju lapangan kerja penuh.
Tapi, keputusan ini memunculkan efek negatif lainnya, tingkat harga naik lebih jauh, dari P1 ke P2. Sehingga, kenaikan output agregat membawa biaya lain, tingkat inflasi.
Inilah alasan kenapa stagflasi sering menjadi dilema bagi pengambil kebijakan. Kebijakan moneter dan fiskal hanya mempengaruhi permintaan agregat. Sehingga, itu bukan obat yang tepat bagi stagflasi karena masalah berasal dari sisi penawaran. Akibatnya, pengetatan kebijakan hanya akan membawa inflasi lebih tinggi.
Bacaan berikutnya
- Penawaran Agregat Jangka Pendek: Kurva dan Faktor Penentu
- Penawaran Agregat: Jenis, Kurva dan Faktor Penentu
- Penawaran Agregat Jangka Panjang: Kurva Dan Faktor Yang Berpengaruh
- Penawaran Agregat Sangat Jangka Pendek: Kurva dan Penjelasan Singkat
- Guncangan Penawaran: Contoh, Sebab, Dampak
- Guncangan Permintaan: Definisi dan Penjelasan Singkat
- Guncangan Ekonomi: Jenis, Penyebab, Dampak
- Guncangan Ekonomi Yang Merugikan: Contoh, Dampak, Solusi
- Ekuilibrium Makroekonomi: Konsep, Jangka Pendek dan Jangka Panjang
- Permintaan Agregat: Definisi, Alasan Miring, Determinan