Contents
Apa itu: Impor berarti pembelian barang dan jasa dari luar negeri. Misalnya, pemanufaktur mobil Jepang mengirimkan dan menjual produk mereka ke pasar Amerika Serikat. Dari perspektif orang Amerika, mereka mengimpor mobil. Sedangkan, bagi pemanufaktur mobil, mereka mengekspor mobil.
Impor muncul karena beberapa alasan. Misalnya, barang tidak diproduksi di pasar domestik meski ada permintaan terhadap mereka. Sehingga, kita harus mengimpor mereka dari negara lain.
Ambil Indonesia sebagai contoh. Faktor geografis Indonesia tidak memungkinkan untuk menghasilkan gandum. Meskipun demikian, orang Indonesia membutuhkan gandum untuk memproduksi roti, yang mana banyak dikonsumsi. Oleh karena itu, orang Indonesia harus memasok gandum dari luar negeri.
Selain masalah ketersediaan, impor juga dipengaruhi oleh harga (inflasi), nilai tukar, perubahan pendapatan, dan pertumbuhan ekonomi.
Apa perbedaan antara impor dengan ekspor?
Impor adalah kebalikan dari ekspor, yang mewakili permintaan pembeli asing terhadap barang dan jasa dalam negeri. Ketika kita mengekspor, kita menjual dan mengirimkan barang domestik ke penjual di luar negeri.
Misalnya, Indonesia memproduksi minyak sawit. Selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri, perusahaan sawit juga menjual produk mereka ke pembeli di China dan India dan mengirimkannya ke sana.
Transaksi tersebut akan menjadi ekspor dari perspektif perusahaan sawit tersebut. Sebaliknya, pembeli di China dan India memandang pembelian mereka sebagai impor.
Ekspor dan impor adalah umum dalam perekonomian modern. Beberapa barang mungkin tidak tersedia di pasar domestik karena keterbatasan produksi. Atau, mereka tersedia tapi pada harga yang lebih mahal. Sehingga, membeli dari luar negeri menjadi alternatif untuk memasok pasar domestik dan mendapatkan yang lebih murah.
Apa yang terjadi jika kita lebih banyak mengimpor daripada mengekspor?
Kita menyebut selisih antara ekspor dengan impor sebagai neraca perdagangan. Ketika kita lebih banyak mengekspor daripada mengimpor, kita mengalami surplus perdagangan. Sebaliknya, ketika kita lebih banyak mengimpor daripada mengekspor, kita mengalami defisit perdagangan.
Defisit perdagangan menyebabkan mata uang domestik terdepresiasi, ceteris paribus. Itu karena lebih banyak mata uang asing yang kita butuhkan untuk membayar impor daripada mata uang asing yang kita dapatkan dari ekspor.
Selain itu, tingginya impor menciptakan ketergantungan terhadap pasokan dari luar negeri. Sehingga, ketika produsen luar negeri menaikkan harga jual mereka, kita terpaksa membeli mereka lebih mahal.
Dan secara agregat, tingkat inflasi mewakili kenaikan harga tersebut. Jadi, melalui impor, inflasi di negara mitra akhirnya menjalar ke perekonomian domestik (disebut sebagai imported inflation).
Selain itu, ketergantungan tinggi pada pasokan impor membuat produsen domestik kurang berkembang. Sebaliknya, itu meningkatkan produksi, penciptaan lapangan kerja dan pendapatan di negara mitra.
Karena alasan tersebut, beberapa negara memacu produksi dalam negeri mereka untuk mensubstitusi impor. Kebijakan ini penting selain untuk mengurangi impor dan efek negatifnya seperti imported inflation, peningkatan produksi lokal akan menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan di dalam negeri.
Apa itu jenis impor?
Impor dibedakan dalam beberapa cara. Misalnya, berdasarkan apa yang kita beli, itu dibagi menjadi dua:
- Barang mewakili produk berwujud seperti produk jadi, bahan baku, barang modal dan barang antara. Mereka mungkin untuk konsumsi langsung atau diproses lebih lanjut.
- Jasa mewakili produk tidak berwujud. Misalnya, ketika kita menggunakan jasa yang disediakan oleh perusahaan konsultasi di luar negeri, kita mengimpor jasa tersebut.
Kemudian, dalam klasifikasi lain, kita mengkategorikan impor berdasarkan barang yang kita beli:
- Bahan baku menjadi input dalam produksi untuk diolah menjadi produk antara atau produk jadi.
- Barang modal seperti mesin dan peralatan membantu kita dalam memproses bahan baku menjadi output.
- Barang antara atau barang setengah jadi membutuhkan pemrosesan lebih lanjut untuk menjadi barang akhir untuk bisa kita konsumsi seperti lempeng aluminium menjadi kerangka mobil.
Selain itu, kita juga bisa mengklasifikasikan impor menjadi dua jenis:
- Barang industri seperti bahan baku, barang antara dan barang modal, yang mana bukan untuk konsumsi akhir.
- Barang konsumen seperti buah segar, makanan olahan, mobil, yang mana tersedia untuk konsumsi akhir.
Ada beberapa standarisasi untuk mengklasifikasikan barang dan jasa yang kita impor. Mereka termasuk kode Harmonized System (HS), Standard International Trade Classification (SITC), dan Broad Economic Categories (BEC). Dan jika anda tertarik lebih lanjut dengan data impor antar negara di dunia, anda bisa menggalinya lebih dalam di laman UN Comtrade.
Apa saja faktor yang mempengaruhi impor?
Kita mengimpor karena beberapa alasan. Dua yang utama adalah:
- Ketersediaan
- Harga
Kemudian, selain dua faktor di atas, faktor lain juga mempengaruhi impor, termasuk:
- Permintaan agregat
- Pendapatan domestik
- Nilai tukar
- Kebijakan pemerintah
Ketersediaan. Kita mengimpor karena barang tidak diproduksi oleh produsen lokal.
Atau, mereka diproduksi, tapi pada biaya yang lebih mahal. Sehingga, barang lokal lebih mahal daripada barang luar negeri. Sebagai akibatnya, kita lebih memilih barang impor daripada barang lokal. Ini juga berlaku untuk aspek kualitas di mana kita mengimpor untuk mendapatkan barang berkualitas lebih baik.
Harga atau inflasi. Penurunan harga membuat barang impor lebih murah, mendorong kita untuk meningkatkan permintaan terhadap mereka. Dan untuk angka agregat, kenaikan harga tersebut diwakili oleh tingkat inflasi.
Misalnya, ketika tingkat inflasi negara mitra lebih rendah daripada tingkat inflasi domestik, produk-produk mereka lebih murah relatif terhadap produk-produk domestik. Sebagai akibatnya, kita meningkatkan permintaan terhadap produk mereka untuk mendapatkan harga yang lebih murah, meningkatkan impor.
Permintaan agregat. Konsumsi rumah tangga, belanja bisnis dan belanja pemerintah sebagian dipenuhi oleh produk impor. Sehingga, perubahan dalam permintaan mereka juga mempengaruhi impor. Perubahan tersebut mungkin dipengaruhi oleh perubahan dalam pendapatan, keuntungan atau selera dan preferensi.
Pendapatan domestik. Ketika pendapatan meningkat, kita meningkatkan permintaan terhadap produk impor yang kita sukai, misalnya barang mewah. Sebaliknya berlaku.
Untuk angka agregat, perubahan dalam pendapatan dan permintaan diwakili oleh perubahan dalam PDB. Ketika PDB meningkat, perekonomian tumbuh dan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan tercipta. Situasi ini seringkali mengarah pada permintaan yang lebih tinggi terhadap produk impor karena tidak semua permintaan dipenuhi dari produksi dalam negeri.
Nilai tukar. Apresiasi membuat barang impor lebih murah, mendorong permintaan terhadap mereka. Sebaliknya, depresiasi membuat barang impor menjadi lebih mahal karena mata uang domestik kurang berharga ketika ditukar dengan mata uang asing, menurunkan permintaan terhadap impor.
Kebijakan pemerintah. Liberalisasi perdagangan mendorong lebih banyak transaksi, termasuk impor. Sebaliknya, proteksi perdagangan seperti kenaikan tarif, menurunkan impor.
Apa saja dampak impor?
Impor mempengaruhi perekonomian dalam beberapa aspek. Mereka termasuk persaingan, pilihan konsumen, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, dan inflasi.
Persaingan. Impor menghadirkan persaingan di pasar domestik. Sehingga, persaingan tidak hanya melibatkan produsen lokal tapi juga dengan produk impor.
Kemudian, impor yang lebih banyak juga meningkatkan pasokan di pasar, mendorong harga pasar turun. Itu akhirnya menurunkan profitabilitas.
Kesejahteraan konsumen. Impor memungkinkan kita untuk mendapatkan barang-barang yang kita butuhkan dan inginkan. Beberapa barang mungkin tidak diproduksi oleh produsen domestik.
Selain itu, impor juga meningkatkan pilihan kita, memungkinkan untuk mendapatkan yang lebih murah dan lebih berkualitas.
Produk domestik bruto (PDB). Impor tidak berdampak langsung terhadap PDB. Memang, ketergantungan yang tinggi terhadap impor membuat industri domestik tidak berkembang. Sebagai hasilnya, itu berdampak negatif pada aktivitas bisnis, penciptaaan pekerjaan dan pendapatan di dalam perekonomian.
Tapi, kenaikan impor mungkin juga mengindikasikan perekonomian yang sedang tumbuh. Pertumbuhan ekonomi mendorong permintaan impor naik karena beberapa barang harus kita beli dari luar negeri.
Selain itu, ketika kita mengimpor barang modal seperti mesin dan peralatan, itu berkontribusi positif terhadap output jangka panjang. Perekonomiman mengakumulasi lebih banyak modal, mendorong output potensial meningkat.
Nilai tukar. Kenaikan impor meningkatkan permintaan terhadap mata uang asing. Kita harus menjual mata uang domestik untuk mendapatkan mata uang asing untuk membayar barang yang kita impor. Akibatnya, harga mata uang domestik turun (terdepresiasi) relatif terhadap mata uang asing, ceteris paribus.
Tingkat inflasi. Tingkat inflasi di negara mitra bisa menjalar ke perekonomian domestik melalui impor. Kita menyebutnya sebagai imported inflation. Dampak ini signifikan ketika kita sangat bergantung pada impor untuk memenuhi permintaan domestik. Atau, barang yang kita impor menjadi input kunci di sebagian besar industri. Contoh bagus adalah minyak.
Bacaan selanjutnya untuk anda
- Perdagangan Internasional: Konsep, Mengapa Penting, dan Keuntungan
- Alasan Mengapa Perdagangan Internasional Ada
- Apa Saja Manfaat Perdagangan Internasional?
- Impor: Jenis, Faktor Yang Mempengaruhi, Dampak
- Ekspor: Pentingnya, Jenis, Faktor Yang Mempengaruhi
- Neraca Perdagangan: Formula, Perhitungan, Dampak, dan Faktor Penentu
- Surplus Perdagangan: Cara Menghitung, Faktor Yang Mempengaruhi, Pro, Kontra
- Defisit Perdagangan: Rumus, Penyebab, Dampak
- Term of Trade: Definisi, Cara Menghitung, Dampak
- Sanksi Perdagangan: Definisi, Alasan, Jenis, Pro, Kontra
- Pembatasan Perdagangan: Konsep, Argumen, Jenis dan Dampak
- Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Impor?
- Tarif Impor: Definisi, Tujuan, Jenis, Keuntungan dan Kelemahan
- Kuota Impor: Konsep, Tujuan, Cara kerja, Jenis, Pro dan Kontra
- Bagaimana Impor Berdampak Pada Perekonomian?