Contents
Apa itu: Kepercayaan bisnis (business confidence) menggambarkan seberapa optimis atau pesimis bisnis terhadap kondisi operasi dan keuangan mereka saat ini dan di masa depan. Beberapa faktor mempengaruhi itu, termasuk kondisi ekonomi, kepercayaan konsumen, permintaan konsumen dan kondisi operasional mereka.
Kepercayaan bisnis adalah indikator penting karena mempengaruhi perekonomian. Misalnya, itu mempengaruhi keputusan bisnis untuk berinvestasi. Jika mereka optimis, kita mengharapkan mereka untuk lebih banyak berinvestasi di barang modal. Peningkatan investasi meningkatkan permintaan agregat, mendorong kurvanya ke kanan. Sebagai hasilnya, perekonomian tumbuh lebih tinggi dan menghasilkan lebih banyak output.
Selain berinvestasi di barang modal, bisnis meningkatkan rekrutmen untuk meningkatkan output. Sehingga, tingkat pengangguran juga turun karena lapangan kerja tersedia lebih banyak. Akhirnya, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi meningkatkan prospek pendapatan dan pekerjaan rumah tangga.
Rumah tangga menjadi lebih optimis. Mereka bersedia mengeluarkan lebih banyak uang untuk pengeluaran konsumsi. Kondisi ini pada akhirnya mendorong mereka untuk meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa. Sebagai hasilnya, permintaan agregat tumbuh lebih kuat, membuat perekonomian terus mempertahankan ekspansi.
Apa saja faktor yang mempengaruhi kepercayaan bisnis?
Beberapa faktor mempengaruhi kepercayaan bisnis, termasuk:
- Kepercayaan konsumen
- Suku bunga
- Nilai tukar
- Pajak
- Kenaikan harga input
- Kebijakan ekonomi
Kepercayaan konsumen. Ketika konsumen pesimis dengan prospek pendapatan dan pekerjaan mereka, mereka mengurangi belanja, menurunkan permintaan terhadap barang dan jasa. Sebaliknya, jika mereka optimis, mereka meningkatkan belanja. Akhirnya, tren kepercayaan konsumen mempengaruhi kepercayaan bisnis tentang profitabilitas mereka.
Selain itu, optimisme konsumen juga mempengaruhi keputusan bisnis tentang apakah harus meningkatkan produksi dengan memanfaatkan kapasitas yang ada atau dengan berinvestasi. Jika konsumen lebih percaya diri daripada bulan-bulan sebelumnya, bisnis lebih optimis dengan permintaan dan pendapatan mereka di masa depan. Akhirnya, mereka mulai berinvestasi dengan memesan barang modal.
Suku bunga. Kenaikan agresif suku bunga meningkatkan biaya ketika bisnis meminjam untuk membiayai investasi. Misalnya, mereka harus membayar kupon lebih tinggi ketika menerbitkan obligasi.
Selain itu, suku bunga yang tinggi juga membuat konsumen mengurungkan niat untuk membeli barang dan jasa seperti mobil, rumah dan perabotan. Mereka seringkali mengandalkan pinjaman atau membeli secara kredit untuk mendapatkan barang-barang semacam itu.
Nilai tukar. Apresiasi tajam nilai tukar membuat barang domestik tidak kompetitif di pasar luar negeri karena menjadi lebih mahal, menyebabkan penjualan ekspor turun. Tapi, itu juga membuat impor lebih murah.
Sementara itu, depresiasi tajam meningkatkan biaya ketika perusahaan mengimpor bahan baku atau barang modal karena menjadi lebih mahal. Tapi, bagi eksportir, barang mereka lebih kompetitif di pasar luar negeri karena lebih murah, potensial meningkatkan permintaan.
Pajak. Kenaikan pajak mengurangi uang yang tersedia untuk investasi. Bisnis harus menyisihkan lebih keuntungan untuk membayar pajak, sehingga, lebih sedikit laba ditahan.
Kenaikan pajak juga menurunkan pendapatan disposibel rumah tangga, mendorong mereka untuk mengurangi konsumsi. Akibatnya, permintaan barang dan jasa menurun.
Kenaikan harga input. Misalnya, kenaikan harga minyak meningkatkan biaya produksi. Inflasi meroket dan menyebabkan daya beli rumah tangga jatuh. Situasi ini bisa mengarah pada stagflasi seperti yang terjadi sekarang dan di tahun 1970-an.
Stagflasi menjadi dilema bagi pengambil kebijakan karena tidak bisa diatasi melalui kebijakan moneter atau fiskal. Keduanya tidak efektif karena masalah bersumber dari sisi penawaran. Sedangkan, kedua kebijakan mempengaruhi sisi permintaan.
Kebijakan ekonomi. Ketidakpastian tentang arah kebijakan menyulitkan bisnis untuk membuat rencana bisnis. Padahal, mereka mengamati stance kebijakan ekonomi untuk memprediksi bergerak kemana perekonomian di tahun depan.
Selain itu, pesimisme juga bisa muncul jika pengambil kebijakan mengambil langkah diluar ekspektasi pasar (ini tidak berarti pasar mendikte pengambil kebijakan). Misalnya, bank sentral menaikkan suku bunga terlalu agresif.
Bagaimana kepercayaan bisnis mempengaruhi permintaan agregat dan perekonomian?
Apa itu permintaan agregat? Itu adalah total pengeluaran di dalam perekonomian oleh empat sektor makroekonomi: rumah tangga, bisnis, pemerintah dan luar negeri. Untuk mendapatkannya, kita menjumlahkan konsumsi rumah tangga, investasi bisnis, pengeluaran pemerintah dan ekspor neto.
- Permintaan agregat = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran pemerintah + Ekspor neto
Di dalam ekuilibrium makroekonomi jangka pendek, peningkatan permintaan agregat akan mengeser kurvanya ke kanan. Sebagai akibatnya, PDB riil meningkat. Sebaliknya, penurunan permintaan agregat menggeser kurvanya ke kiri, menghasilkan penurunan PDB riil.
Kenaikan PDB riil mengindikasikan perekonomian tumbuh dan menghasilkan lebih banyak output. Sebaliknya, penurunannya berarti perekonomian sedang berkontraksi, menghasilkan lebih sedikit output.
Perubahan PDB riil memiliki dampak luas. Misalnya, itu mempengaruhi tingkat pengangguran dan tingkat inflasi. Misalnya, kenaikan PDB riil mengarah pada penurunan tingkat pengangguran karena lebih banyak pekerjaan tersedia. Dan itu juga menghasilkan kenaikan tekanan ke atas terhadap tingkat harga, terdorong oleh peningkatan permintaan. Efek sebaliknya berlaku ketika PDB riil turun.
Lantas, apa hubungannya dengan kepercayaan bisnis?
Kepercayaan bisnis mempengaruhi keputusan mereka dalam memanfaatkan kapasitas yang ada dan berinvestasi. Misalnya, ketika optimis, mereka berinvestasi. Sebaliknya, jika pesimis, mereka mengurangi investasi. Perubahan dalam investasi tersebut pada akhirnya mempengaruhi permintaan agregat sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan di atas.
Bisnis pesimis
Katakanlah, bisnis pesimis dengan kinerja bisnis dan keuangan mereka karena melihat permintaan rumah tangga memburuk. Situasi tersebut mendorong mereka untuk menunda investasi. Sebaliknya, mereka mengambil langkah efisiensi.
Pada tahap awal, bisnis mungkin hanya memangkas jam dan membekukan perekrutan. Mereka juga membatalkan pesanan barang modal seperti peralatan berat dan masih membeli peralatan ringan untuk mendukung efisensi.
Tapi, jika permintaan semakin jatuh, mereka mengambil langkah efisiensi yang lebih ketat. Mereka mulai memberhentikan pekerja. Selain itu, mereka mengurangi belanja investasi, baik untuk peralatan ringan dan peralatan berat. Sebagai akibatnya, permintaan agregat menurun karena investasi jatuh. Situasi ini bisa menjadi semakin buruk dan mengarahkan perekonomian menuju resesi.
Bisnis optimis
Ketika bisnis optimis, bisnis lebih percaya diri. Mereka mengharapkan permintaan terhadap produk mereka meningkat. Mereka mengambil rencana untuk menaikkan produksi.
Di awal, mereka mungkin belum merekrut tenaga kerja baru dan berinvestasi di barang modal. Melainkan, mereka mengandalkan fasilitas produksi dan pekerja yang ada saat ini. Mereka memaksimalkan produksi mendekati kapasitas penuh, misalnya dengan meningkatkan jam lembur.
Bagi rumah tangga, situasi tersebut membuat prospek pekerjaan dan pendapatan mereka membaik. Misalnya, pemberhentian karyawan menurun karena bisnis membutuhkan jasa mereka untuk menaikkan produksi. Sebaliknya, mereka mendapatkan tambahan penghasilan dengan meningkatnya jam kerja. Sebagai hasilnya, rumah tangga mulai meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa karena lebih optimis dengan masa depan mereka.
Permintaan yang lebih kuat membuat bisnis lebih optimis. Mereka melihat peluang untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan dengan meningkatkan produksi. Karena alasan ini, mereka mulai merekrut tenaga kerja baru dan berinvestasi di barang modal. Sebagai hasilnya, tingkat pengangguran menurun dan pendapatan rumah tangga tumbuh lebih kuat, meningkatkan permintaan agregat lebih lanjut.
Singkat cerita, peningkatan investasi mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut melalui efeknya terhadap penurunan tingkat pengangguran dan perbaikan pendapatan rumah tangga. Itu memungkinkan perekonomian mempertahankan ekspansi.
Selain itu, investasi juga meningkatkan persediaan modal di dalam perekonomian. Sehingga, perekonomian memiliki kapasitas produksi yang lebih tinggi untuk memproduksi barang dan jasa. Sebagai hasilnya, output potensial (atau PDB potensial) meningkat.
Bagaimana melacak kepercayaan bisnis?
Beberapa negara mengenalkan indeks kepercayaan bisnis. Anda bisa mendapatkan data-datanya di laman seperti OECD, tradingeconomics.com, atau economy.com.
Indeks tersebut menggambarkan kepercayaan bisnis tentang kinerja bisnis dan keuangan mereka saat ini dan di masa depan. Datanya dikumpulkan melalui survei dan diolah, biasanya menggunakan metode saldo bersih.
Bagaimana membacanya? Umumnya, angka diatas 100 menunjukkan optimisme. Sebaliknya, angka di bawah 100 menunjukkan pesimisme.
Variabel apa yang dilacak untuk merepresentasikan kepercayaan bisnis? Itu bisa bervariasi antar negara tergantung dari metode dan pendekatan yang dilakukan. Misalnya, di India, itu melacak informasi tentang:
- Situasi bisnis secara keseluruhan
- Produksi
- Pemesanan yang dibukukan
- Persediaan bahan baku
- Persediaan barang jadi
- Margin keuntungan
- Lapangan kerja
- Ekspor
- Pemanfaatan kapasitas
Di Jepang, indeks dibentuk berdasarkan informasi tentang:
- Kondisi bisnis
- Penjualan
- Laba saat ini
- Permintaan domestik
- Permintaan luar negeri (overseas demand)
- Harga jual
- Harga pembelian input
- Tingkat persediaan bahan baku dan barang jadi
- Posisi keuangan
- Pemanfaatan fasilitas produksi dan penjualan
- Jumlah pegawai tidak tetap dan pekerja paruh waktu
Bacaan selanjutnya
- Bagaimana Kebijakan Fiskal Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Bagaimana Kekayaan Rumah Tangga Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Bagaimana Nilai Tukar Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Cara Kebijakan Moneter Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Guncangan Permintaan: Definisi dan Penjelasan Singkat
- Kepercayaan Bisnis: Pengaruhnya Terhadap Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Kepercayaan Konsumen: Efeknya Terhadap Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Kurva Permintaan Agregat: Concept, Alasan Miring ke Bawah, dan Faktor yang Mempengaruhi
- Permintaan Agregat: Definisi, Alasan Miring, Determinan
- Utilisasi Kapasitas: Hubungannya Dengan Profitabilitas, Permintaan Agregat dan Ekonomi