Contents
Apa itu: Keunggulan komparatif (comparative advantage) adalah keunggulan yang muncul karena menghasilkan barang dan jasa dengan biaya peluang yang lebih rendah. Konsep ini penting dalam menjelaskan perdagangan internasional dan spesialisasi dalam produksi. Itu menjawab pertanyaan mengapa negara berdagang satu sama lain, bahkan ketika mereka tidak memiliki keunggulan absolut. Sebuah negara harus fokus pada produk yang memiliki keunggulan komparatif dan membeli produk lainnya dari negara lain.
Teori keunggulan komparatif
David Ricardo memunculkan teori keunggulan komparatif dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation (1817). Dia berpendapat bahwa basis produksi dan perdagangan seharusnya bukan pada keunggulan absolut melainkan pada keunggulan komparatif. Dengan kata lain, biaya peluang adalah pertimbangan untuk keputusan produksi, bukan biaya per unit absolut.
Negara seharusnya berproduksi pada barang yang memiliki biaya peluang yang lebih rendah. Masing-masing mencurahkan sumber dayanya yang langka untuk memproduksi barang yang memberikan keunggulan komparatif. Mereka tidak seharusnya mengalokasikan sumber daya pada barang yang tidak unggul secara komparatif, meski memiliki biaya absolut yang rendah.
Untuk barang yang tidak unggul secara komparatif, mereka dapat membelinya di pasar internasional. Ketika semua negara melakukannya, manfaat perdagangan bebas akan maksimal, begitu juga dengan alokasi sumber daya.
Beberapa asumsi penting dalam teori keunggulan komparatif Ricardo adalah:
- Produksi hanya melibatkan dua jenis barang dan dua negara
- Tidak ada biaya transportasi, yang mana dapat mengeliminasi efek dari biaya peluang dan mempengaruhi harga jual
- Pasar beroperasi pada persaingan sempurna di kedua negara
- Faktor produksi hanya terdiri dari tenaga kerja
- Tenaga kerja adalah mobile di pasar domestik tapi immobile antar negara
Perbedaan antara keunggulan absolut dengan keunggulan komparatif
Keunggulan komparatif datang dari biaya peluang yang lebih rendah. Biaya peluang adalah manfaat yang hilang ketika kita memilih satu alternatif terbaik berikutnya.
Misalnya, seorang pekerja dapat menggunakan satu jam kerja untuk menghasilkan 3 kain atau 6 sepatu. Meski mungkin ada alternatif lainnya, asumsikan mereka bukanlah alternatif terbaik berikutnya.
Dalam hal ini, ketika dia memilih untuk memproduksi 3 kain, biaya peluang adalah 6 sepatu. Sebaliknya, ketika dia memproduksi 6 sepatu, biaya peluang adalah ½ kain.
Sementara itu, keunggulan absolut datang dari biaya per unit yang lebih rendah. Itu muncul ketika sebuah negara:
- menghasilkan output yang lebih besar menggunakan input yang sama,
- menghasilkan kuantitas yang sama tetapi menggunakan input yang lebih sedikit, atau
- menghasilkan kuantitas yang sama tapi lebih cepat
Dalam contoh di atas, pekerja memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi sepatu. Dia dapat menghasilkan 6 unit untuk satu jam kerjanya, lebih banyak daripada hanya 3 unit untuk kain.
Contoh keunggulan komparatif
Keunggulan komparatif adalah prinsip utama dalam perdagangan internasional. Itu menjelaskan mengapa perdagangan bebas akan bermanfaat bagi negara yang terlibat.
Katakanlah, dua negara, Indonesia dan Malaysia, menggunakan tenaga kerja sebagai input untuk menghasilkan dua barang: kain dan sepatu. Asumsikan upah di kedua negara adalah sama dan jumlah produksi kain dan sepatu per jam untuk masing-masing adalah sebagai berikut:
Kain | Sepatu | |
Indonesia | 100 | 120 |
Malaysia | 90 | 80 |
Dari data tersebut, Indonesia memiliki keunggulan absolut atas kain dan sepatu karena dapat menghasilkan unit kain dan sepatu yang lebih banyak dibandingkan dengan Malaysia. Per jam, Indonesia dapat menghasilkan 100 kain dan 120 sepatu. Sedangkan, untuk jumlah waktu yang sama, Malaysia hanya dapat memproduksi 90 kain dan 80 sepatu.
Oleh karena itu, menurut teori keunggulan absolut, Indonesia dan Malaysia seharusnya tidak berdagang satu sama lain. Indonesia memiliki keunggulan absolut atas kedua jenis produk.
Tapi, jika kita menggunakan keunggulan komparatif, kedua negara seharusnya berdagang. Di bawah teori ini, perdagangan keduanya saling menguntungkan jika masing-masing fokus pada produk yang memiliki biaya peluang terendah.
Untuk mengukur biaya peluang, pertama mari hitung harga relatif 1 unit kain dalam hal sepatu di masing-masing negara. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Kain | Sepatu | |
Indonesia | 1 | 1,2 (120/100) |
Malaysia | 1 | 0,89 (80/90) |
Dari tabel di atas, kita dapat mengatakan biaya peluang untuk memproduksi 1 unit kain di Indonesia sama dengan 1,2 unit sepatu. Sementara itu, di Malaysia, biaya peluang 1 unit kain sama dengan 0,89 sepatu.
Asumsikan, harga untuk masing-masing produk adalah sebesar biaya peluang. Oleh karena itu, harga kain di Malaysia lebih murah dibandingkan dengan Indonesia, karena harga relatifnya terhadap sepatu lebih rendah.
Berikutnya, kita balik perhitungannya. Mari kita hitung harga relatif 1 unit sepatu terhadap kain di masing-masing negara. Berikut ini adalah hasilnya:
Kain | Sepatu | |
Indonesia | 0,83 (100/120) | 1 |
Malaysia | 1,125 (90/80) | 1 |
Sebagaimana sebelumnya, asumsikan harga sama dengan biaya peluang. Di Indonesia, harga 1 unit sepatu sama dengan 0,83 kain; lebih murah dibandingkan dengan Malaysia, di mana harga 1 unit sepatu sama dengan 1,125 kain.
Menurut teori keunggulan komparatif, perdagangan antara Indonesia dan Malaysia seharusnya terjadi dan menguntungkan. Secara komparatif, Indonesia memiliki keunggulan dalam produksi sepatu, sedangkan Malaysia memiliki keunggulan dalam memproduksi kain. Jadi, Indonesia seharusnya membeli kain dari Malaysia dan sebaliknya, Malaysia seharusnya membeli sepatu dari Indonesia.
Kritik terhadap keunggulan komparatif
Kritik terutama tentang beberapa asumsi dalam model Ricardian.
Pertama, produksi dan perdagangan tidak hanya melibatkan dua barang dan dua negara. Asumsi dua barang dalam konsep Ricardo jauh dari kenyataan karena ekspor impor melibatkan banyak negara dan barang.
Kedua, perdagangan antar negara melibatkan biaya transportasi. Sehingga, mengasumsikannya tidak ada adalah mustahil. Biaya transportasi mempengaruhi harga jual dan mungkin menghilangkan keunggulan dari perbedaan biaya peluang.
Ketiga, tenaga kerja bukanlah satu-satunya faktor produksi. Modal, sumber daya alam dan kewirausahaan berperan penting dalam produksi. Modal, seperti mesin misalnya, memungkinkan produksi lebih cepat daripada menggunakan tangan.
Keempat, tenaga kerja tidak selalu mobile. Pekerja membutuhkan waktu untuk menemukan pekerjaan baru ketika beralih ke industri yang berbeda. Selain itu, di era globalisasi sekarang ini, mereka juga dapat dengan mudah berpindah antar negara demi mengejar kesempatan yang lebih baik.
Selain itu, ketika sebuah negara berspesialisasi, pekerja cenderung immobile. Ketika industri mereka tutup, mereka tidak dapat berpindah dari satu sektor ke sektor lainnya dengan mudah. Salah satu penyebabnya adalah keterampilan yang terbatas.
Untuk berpindah, mereka harus memperbarui keterampilan. Dan, itu membutuhkan waktu dan upaya dan terkadang itu sulit. Misalnya, mekanisasi membuat beberapa buruh menganggur. Mereka biasanya tidak dapat beralih ke sektor lain seperti manufaktur karena pendidikan dan keterampilan rendah. Akhirnya, mereka menganggur selamanya – menghasilkan pengangguran struktural.
Kelima, model mengecualikan efek teknologi. Kemajuan teknologi mempengaruhi perbedaan produktivitas tenaga kerja. Itu juga mempengaruhi perbedaan kualitas barang modal di sebuah negara, yang mana tidak diperhitungkan dalam model.
Bacaan selanjutnya
- Keunggulan Absolut: Contoh, Asumsi, Kritik
- Keunggulan Komparatif: Definisi, Asumsi, Contoh, Kritik
- Perdagangan Internasional: Konsep, Mengapa Penting, dan Keuntungan
- Darimana Sumber Keunggulan Komparatif?
- Apa perbedaan antara keunggulan absolut dan keunggulan komparatif?
- Apa implikasi keunggulan komparatif terhadap ekspor dan impor?
- Model keunggulan komparatif Ricardian