Contents
Apa itu: Neraca perdagangan (trade balance) adalah selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor di suatu negara selama periode tertentu. Ketika nilai ekspor melebihi impor, negara tersebut menjalankan neraca perdagangan positif (surplus perdagangan). Sementara, jika nilai impor melebihi ekspor, negara tersebut mengalami neraca perdagangan negatif (defisit perdagangan).
Perdagangan internasional tidak hanya melibatkan aliran barang dan jasa, tetapi juga mata uang yang berbeda untuk pembayaran. Oleh karena itu, selain mempengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik, posisi neraca perdagangan juga mempengaruhi nilai tukar.
Selanjutnya, dalam neraca pembayaran, neraca perdagangan masuk dalam kategori transaksi berjalan, dan biasanya menyumbang porsi yang signifikan.
Perbedaan antara neraca perdagangan dan neraca pembayaran
Neraca perdagangan adalah bagian dari neraca pembayaran (balance of payment). Secara spesifik, itu masuk ke dalam bagian transaksi berjalan (current accounts). Sedangkan, seperti namanya, neraca pembayaran merangkum semua transaksi pembayaran antara sebuah negara dengan dunia.
Balance of payment terdiri dari dua komponen, yakni transaksi berjalan dan transaksi modal (capital accounts). Transaksi berjalan sebagian besar terdiri dari neraca perdagangan dan pembayaran pendapatan faktor. Sedangkan, komponen transaksi modal yang utama adalah investasi (baik investasi langsung maupun investasi portofolio).
Penjumlahan transaksi berjalan dan transaksi modal harus sama dengan nol. Jadi, jika neraca perdagangan sebuah negara adalah defisit, itu akan diimbangi oleh arus investasi masuk (surplus transaksi modal). Defisit menunjukkan bahwa negara tersebut harus meminjam dari orang asing untuk menutupinya, mengarah pada arus masuk modal asing. Kondisi sebaliknya berlaku ketika negara tersebut mengalami surplus perdagangan.
Menghitung neraca perdagangan
Untuk menghitung neraca perdagangan, anda hanya membutuhkan persamaan aritmatika. Anda dapat menghitungnya dengan mengurangi nilai ekspor dengan nilai impor. Berikut ini adalah rumus neraca perdagangan:
Neraca perdagangan = Nilai ekspor – Nilai impor
Dua istilah yang terkait dengan neraca perdagangan:
- Neraca perdagangan positif (atau surplus perdagangan), yakni jika nilai ekspor melebihi nilai impor
- Neraca perdagangan negatif (atau defisit perdagangan), yakni jika nilai impor melebihi nilai ekspor
Sebagai contoh neraca perdagangan, jika Indonesia mengekspor senilai $167,5 miliar ke negara lain dan mengimpor senilai $170,7 miliar pada tahun 2019, maka Indonesia mencatatkan neraca perdagangan -$3,2 miliar (atau defisit perdagangan sebesar $3,2 miliar.
Pengaruh neraca perdagangan terhadap perekonomian
Neraca perdagangan mempengaruhi variabel ekonomi lainnya. Pada bagian ini, saya fokus dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar karena perdagangan mempengaruhi secara langsung aktivitas produksi dalam negeri dan permintaan terhadap mata uang domestik.
Pengaruh neraca perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi
Ekspor merangsang pertumbuhan ekonomi domestik, yang mana diukur dari pertumbuhan PDB riil dari waktu ke waktu. PDB riil merepresentasikan nilai moneter produk yang diproduksi oleh perekonomian domestik, diukur pada harga konstan. Jika ekspor meningkat, itu meningkatkan permintaan terhadap produk domestik dan mendorong perusahaan untuk meningkatkan output. Peningkatan produksi menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan di perekonomian domestik.
Sebaliknya, impor mengurangi PDB riil domestik. Ketika impor meningkat, itu merangsang produksi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan di negara mitra, bukan di perekonomian domestik. Oleh karena itu, ekonom merujuk impor sebagai kebocoran (leakages) di dalam sebuah perekonomian.
Selanjutnya, mari kita hubungkan antara ekspor, impor dan PDB. Di bawah pendekatan pengeluaran, ekonom merumuskan PDB sebagai berikut:
PDB = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + (Ekspor – Impor)
Dari rumus tersebut, anda dapat lihat ekspor berhubungan positif dengan PDB, sedangkan impor memiliki hubungan negatif. Ketika sebuah negara melaporkan peningkatan surplus perdagangan, maka itu mendorong PDB naik dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh neraca perdagangan terhadap nilai tukar
Sebagaimana saya katakan sebelumnya, ekspor dan impor tidak hanya melibatkan barang dan jasa, tetapi juga mata uang berbeda sebagai alat pembayaran.
Kenaikan ekspor meningkatkan permintaan mata uang domestik, mengarah pada apresiasi mata uang domestik. Untuk membayar produk yang dibeli, pembeli di luar negeri harus mengkonversi mata uang mereka dengan mata uang domestik. Oleh karena itu, ketika ekspor meningkat, itu mendorong permintaan yang lebih tinggi terhadap mata uang domestik. Apresiasi mengindikasikan daya beli mata uang domestik terhadap mata uang negara mitra menguat.
Sebaliknya, kenaikan impor meningkatkan permintaan mata uang negara mitra, mengarah pada depresiasi mata uang domestik. Peningkatan impor mendorong pembeli domestik untuk menjual mata uangnya dan menukarnya dengan mata uang negara mitra untuk membayar impor. Peningkatan permintaan mata uang negara mitra meningkatkan harga (daya belinya) terhadap mata uang domestik. Itu mengarah pada depresiasi nilai tukar domestik. Sementara itu, negara mitra melihat mata uang mereka terapresiasi.
Ketika sebuah negara mengalami defisit perdagangan, nilai tukar cenderung terdepresiasi. Sebaliknya, surplus perdagangan akan mengarah pada apresiasi mata uang.
Tapi, efeknya mungkin hanya sementara, karena mekanisme harga akan menghasilkan efek yang berkebalikan.
Depresiasi membuat harga produk domestik menjadi lebih murah bagi pembeli di luar negeri. Itu seharusnya meningkatkan ekspor. Di sisi lain, impor menurun karena produk luar negeri menjadi lebih mahal. Itu akan mengarah pada apresiasi.
Efek sebaliknya berlaku ketika mata uang domestik terapresiasi.
Ekonom menggambarkan hubungan antara neraca perdagangan dengan nilai tukar ke dalam sebuah grafik yang kita sebut sebagai Kurva J.
Surplus atau defisit perdagangan, mana yang lebih baik
Surplus atau defisit perdagangan tidak selalu baik atau buruk. Itu tergantung pada fundamental ekonomi dan alasan dibaliknya seperti keputusan kebijakan perdagangan, durasi positif atau negatifnya, pertumbuhan ekonomi, dan ukuran ketidakseimbangan perdagangan.
Ketika suatu negara memiliki surplus perdagangan, negara tersebut membiayai defisit perdagangan mitra dagangnya dengan meminjamkan kepada mereka atau membeli aset mereka (seperti sovereign bond). Sebaliknya, ketika mencatatkan defisit perdagangan, negara tersebut harus meminjam dari pihak asing atau menjual aset kepada mereka (arus modal masuk).
Beberapa ekonom menyukai surplus perdagangan karena itu mendorong pertumbuhan ekonomi, merangsang penciptaan lapangan kerja dan pendapatan. Defisit menghasilkan efek sebaliknya.
Tapi, defisit perdagangan mungkin mengindikasikan perekonomian sedang tumbuh. Permintaan impor begitu tinggi karena permintaan agregat melebihi penawaran agregat (kesenjangan inflasioner). Dengan kata lain, permintaan domestik melebihi apa yang dapat dipasok dari produksi domestik. Itu mendorong permintaan tinggi terhadap produk impor, yang mana mungkin akan mengarah ke defisit perdagangan.
Begitu juga, surplus perdagangan terjadi karena negara tersebut mengandalkan pertumbuhan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Konsumsi domestik rendah dan kurang berkembang. Situasi semacam itu berbahaya jika perekonomian dunia resesi, yang mana dapat mengguncang ekspor dan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Konsumsi domestik tidak dapat tumbuh pada tingkat yang dapat mengkompensasi penurunan ekspor.
Faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan
Lima faktor yang mempengaruhi neraca perdagangan, termasuk:
- Pertumbuhan ekonomi, baik domestik maupun global
- Harga barang
- Daya saing
- Nilai tukar
- Hambatan perdagangan
Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
Pertumbuhan ekonomi yang kuat meningkatkan standar hidup dan pendapatan penduduk suatu negara. Bisnis berekspansi, menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan dalam perekonomian.
Kondisi semacam itu akan mengarah pada peningkatan permintaan impor. Rumah tangga meningkatkan permintaan barang konsumsi dari luar negeri. Begitu juga, untuk mendukung produksi, bisnis juga akan meningkatkan permintaan terhadap barang modal dan bahan baku.
Sementara itu, ekspor tergantung pada kondisi perekonomian di negara mitra atau perekonomian global. Perekonomian global yang tumbuh kuat meningkatkan permintaan terhadap barang-barang domestik, merangsang peningkatan ekspor.
Nilai tukar
Ketika nilai tukar sebuah negara terapresiasi, daya belinya terhadap mata uang asing menguat. Itu membuat barang-barang luar negeri relatif lebih murah sehingga merangsang permintaan impor. Sebaliknya, bagi pembeli di luar negeri, apresiasi membuat barang domestik lebih mahal, mengurangi ekspor.
Sementara itu, jika nilai tukar terdepresiasi, barang domestik menjadi lebih murah bagi orang asing. Ini mengarah pada peningkatan ekspor. Sebaliknya, barang impor menjadi lebih mahal bagi pembeli dalam negeri, mengurangi permintaan mereka terhadap impor.
Dampak perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan juga tergantung pada dua faktor lain, yakni:
- Inflasi
- Elastisitas permintaan produk
Ekonom biasanya menggunakan indikator nilai tukar riil untuk melihat pengaruhnya terhadap neraca perdagangan, alih-alih nilai tukar nominal. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang disesuaikan dengan perbedaan inflasi domestik dengan inflasi di negara mitra. Karena inflasi mencerminkan rata-rata tingkat harga barang dan jasa di sebuah perekonomian, maka itu juga dapat mempengaruhi permintaan produk ekspor dan impor.
Sementara itu, elastisitas permintaan memberitahu anda seberapa responsif pembeli domestik dan di luar negeri ketika harga barang berubah (misalnya karena depresiasi). Jika mereka responsif (permintaan elastis), penurunan harga akan merangsang permintaan yang tinggi.
Katakanlah pembeli asing relatif responsif dengan perubahan harga barang domestik. Depresiasi membuat barang domestik menjadi lebih murah, merangsang mereka untuk meningkatkan permintaan secara cukup substansial. Misalnya, jika harga turun 5%, maka permintaan mereka terhadap barang domestik akan meningkat lebih dari 5%. Sebaliknya, ketika mata uang domestik terapresiasi, permintaan mereka akan jauh berkurang.
Daya saing produk
Daya saing produk di pasar internasional tergantung pada harga jual dan kualitas produk. Salah satu faktor kunci untuk harga jual adalah struktur biaya.
Harga input yang rendah memungkinkan bisnis domestik memiliki struktur biaya yang rendah. Mereka dapat menjual barang dengan harga murah, sehingga lebih kompetitif di pasar internasional. Inilah salah satu alasan mengapa China menjadi eksportir bersih terbesar dunia.
Sementara itu, kualitas tergantung pada diferensiasi produk. Produk yang terdiferensiasi memberikan produsen kekuatan pasar. Contohnya adalah barang modal berteknologi tinggi Jerman. Meski lebih mahal, pasar tetap meminatinya dan membuat Jerman menjadi salah satu negara dengan surplus perdagangan terbesar di dunia.
Proteksi perdagangan
Proteksi perdagangan dapat berupa tarif atau hambatan nontarif. Contoh hambatan non-tarif adalah lisensi impor, lisensi ekspor, kuota impor, subsidi, pembatasan ekspor sukarela, persyaratan konten lokal, embargo, devaluasi mata uang, dan dumping.
Dampak pada neraca perdagangan tergantung pada signifikansi dan jenis hambatan perdagangan.
Bacaan selanjutnya untuk anda
- Perdagangan Internasional: Konsep, Mengapa Penting, dan Keuntungan
- Alasan Mengapa Perdagangan Internasional Ada
- Apa Saja Manfaat Perdagangan Internasional?
- Impor: Jenis, Faktor Yang Mempengaruhi, Dampak
- Ekspor: Pentingnya, Jenis, Faktor Yang Mempengaruhi
- Neraca Perdagangan: Formula, Perhitungan, Dampak, dan Faktor Penentu
- Surplus Perdagangan: Cara Menghitung, Faktor Yang Mempengaruhi, Pro, Kontra
- Defisit Perdagangan: Rumus, Penyebab, Dampak
- Term of Trade: Definisi, Cara Menghitung, Dampak
- Sanksi Perdagangan: Definisi, Alasan, Jenis, Pro, Kontra
- Pembatasan Perdagangan: Konsep, Argumen, Jenis dan Dampak