Contents
Apa itu: Surplus anggaran (budget surplus) adalah ketika pemerintah merencanakan untuk mengeluarkan lebih sedikit daripada yang diperolehnya. Dengan kata lain, pendapatan pemerintah yang dianggarkan lebih besar daripada pengeluaran pemerintah. Surplus mungkin menjadi pilihan ketika perekonomian sedang makmur di mana pendapatan pajak meningkat dan beberapa pos pengeluaran menurun. Dan pemerintah dapat menggunakan surplus tersebut untuk membayar utang, mengurangi beban anggaran di masa mendatang.
Bagaimana surplus anggaran terjadi?
Surplus anggaran muncul karena pendapatan pemerintah melebihi pengeluarannya. Itu kemungkinan terjadi jika:
- Pendapatan pemerintah meningkat lebih tinggi daripada pengeluaran yang dianggarkan.
- Pendapatan pemerintah tidak berubah dibandingkan dengan sebelumnya tapi pemerintah membelanjakan lebih sedikit.
- Pendapatan pemerintah turun tapi kurang signifikan daripada penurunan pengeluaran yang dianggarkan.
Kapan pemerintah mengalami surplus anggaran?
Di bawah surplus anggaran, pendapatan pemerintah melebihi yang dibelanjakan. Itu biasanya terjadi ketika perekonomian sedang makmur di mana perekonomian sedang berekspansi. Selama periode ini, aktivitas ekonomi meningkat. Laba perusahaan meningkat karena permintaan terhadap barang dan jasa menguat. Selain itu, rumah tangga memiliki lebih banyak pendapatan dan prospek pekerjaan mereka membaik. Sebagai hasilnya, pemerintah bisa mengumpulkan lebih banyak pajak.
Di sisi lain, pemerintah menganggarkan pengeluaran yang lebih sedikit. Beberapa program seperti tunjangan kesejahteraan dan kompensasi pengangguran menurun. Rumah tangga lebih makmur dan tingkat pengangguran menurun. Oleh karena itu, pengeluaran untuk program tersebut juga lebih rendah.
Kondisi sebaliknya terjadi selama resesi. Perekonomian sedang sulit. Rumah tangga menghadapi prospek pendapatan dan pekerjaan yang memburuk. Di sisi lain, bisnis menghadapi tekanan keuntungan karena permintaan yang lemah. Mereka kemudian mengambil langkah-langkah efisiensi seperti mengurangi tenaga kerja. Sebagai akibatnya, pendapatan pemerintah cenderung turun. Namun pengeluaran pemerintah untuk tunjangan kesejahteraan dan sosial meningkat. Pada situasi ini, pemerintah kemungkinan menjalankan defisit anggaran.
Selain karena faktor siklikal, defisit mungkin juga menjadi pilihan karena diskresi pemerintah. Selama periode resesi, sulit untuk mengandalkan sektor swasta untuk meningkatkan permintaan. Rumah tangga lebih banyak berhemat dan mengurangi belanja terhadap barang dan jasa. Sebaliknya, bisnis mengurangi investasi karena permintaan yang lemah. Sebagai hasilnya, perekonomian mengandalkan pemerintah untuk merangsang pertumbuhan.
Apa saja efek dari surplus anggaran?
Menjalankan surplus anggaran berimplikasi pada beberapa aspek perekonomian. Itu berkontribusi pada peningkatan tabungan nasional untuk membiayai investasi modal, yang mana meningkatkan kapasitas produktif perekonomian. Selain itu, surplus berkontribusi pada penurunan utang, yang mana positif terhadap suku bunga di dalam perekonomian.
Namun, implikasi terhadap perekonomian bisa bervariasi tergantung pada alasan dibalik surplus, apakah itu akibat penurunan pengeluaran atau peningkatan pendapatan.
Utang yang lebih rendah
Surplus anggaran mengindikasikan anggaran yang sehat. Pemerintah memiliki ekses uang karena memperoleh pendapatan lebih banyak daripada yang dibelanjakan. Karena memiliki dana ekstra, pemerintah tidak harus mengambil utang. Sebaliknya, pemerintah dapat mengalokasikannya untuk melunasi utang, membuat beban pokok dan bunga di masa depan yang lebih rendah. Rasio utang terhadap PDB – dan karena itu risiko gagal bayar – menurun.
Dengan utang yang lebih rendah, fiskal pemerintah lebih berkesinambungan. Pemerintah dapat menggunakan pendapatan di masa depan untuk membiayai program-program yang produktif untuk meningkatkan basis pendapatan pajak dalam jangka panjang.
Suku bunga yang lebih rendah
Penurunan utang berkontribusi pada penurunan suku bunga di dalam perekonomian. Karena risiko gagal bayar lebih rendah, investor kemungkinan bersedia untuk menerima suku bunga yang lebih rendah. Akhirnya, kupon dan yield obligasi pemerintah turun.
Sektor swasta menyukai lingkungan bunga yang rendah karena mereka dapat menambah pinjaman baru dengan biaya rendah. Konsumen dapat meningkatkan pinjaman untuk membiayai konsumsi. Begitu juga, bisnis mendapatkan biaya dana yang lebih murah untuk membiayai investasi. Misalnya, bisnis bisa menerbitkan obligasi dengan membayar kupon yang lebih rendah seiring penurunan yield obligasi pemerintah.
Sementara itu, defisit menghasilkan efek sebaliknya. Defisit anggaran memberikan tekanan ke atas pada tingkat bunga di dalam perekonomian. Utang pemerintah menumpuk. Pokok dan beban bunga terakumulasi. Akibatnya, risiko gagal bayar meningkat, mendorong investor untuk meminta bunga yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko yang lebih tinggi.
Peningkatan investasi
Surplus anggaran berarti tabungan publik positif. Ditambah dengan tabungan swasta, itu membentuk tabungan nasional, yang mana mewakili total dana pinjaman (loanable funds) yang disediakan oleh perekonomian domestik. Tabungan nasional berguna untuk membiayai investasi domestik dan meminjami orang asing.
Pemerintah dapat menggunakan surplus untuk membiayai sejumlah program produktif. Misalnya, pemerintah menggunakannya untuk membiayai pembangunan infrastruktur, baik fisik maupun nonfisik. Investasi semacam itu menambah persediaan modal dalam perekonomian, yang bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Selain itu, investasi infrastruktur berkontribusi menciptakan efek multiplier. Melaluinya, lebih banyak pekerjaan dan pendapatan tercipta bagi sektor rumah tangga dan bisnis, mendorong lebih banyak konsumsi dan investasi di dalam perekonomian.
Kemudian, pemerintah bisa juga mengalokasikan surplusnya untuk meningkatkan investasi publik di bidang pendidikan dan kesehatan. Itu memperbaiki kualitas modal manusia, yang mana menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Penurunan pajak di masa mendatang
Selain untuk membiayai program produktif, pemerintah bisa memotong pajak di masa depan dan menutupi penurunan pajak dengan surplus yang tersedia. Pajak yang lebih rendah meningkatkan pendapatan disposabel dan meningkatkan laba bisnis. Akhirnya, konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis bisa meningkat karena mereka harus membayar pajak lebih sedikit, memberikan manfaat besar bagi pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Sayangnya, seringkali, pemangkasan pajak adalah pilihan politis alih-alih ekonomi. Petahana mungkin memilih opsi itu sebelum pemilu berlangsung untuk meningkatkan popularitasnya.
Efek deflasioner
Sebagaimana saya jelaskan, surplus bisa terjadi karena pengeluaran pemerintah berkurang atau pendapatan pajak naik. Keduanya melemahkan permintaan agregat, menciptakan tekanan deflasioner di dalam perekonomian. Tingkat harga cenderung tertekan ke bawah dan bisa mengarah pada deflasi, di mana tingkat inflasi berada pada teritori negatif.
Berkurangnya pengeluaran pemerintah berarti lebih sedikit uang yang dibelanjakan dalam perekonomian yang lebih luas. Itu menyebabkan permintaan agregat menurun.
Begitu juga, ketika surplus terjadi akibat pajak yang lebih tinggi, bisnis dan konsumen memiliki lebih sedikit dolar untuk dibelanjakan dan diinvestasikan. Sebaliknya, mereka harus mengeluarkan lebih banyak dolar untuk membayar pajak. Lagi-lagi, situasi ini menurunkan permintaan agregat dan menciptakan tekanan deflasioner di dalam perekonomian. Akhirnya, penurunan permintaan agregat bisa melemahkan pertumbuhan ekonomi selain menciptakan efek deflasioner.
Fleksibilitas fiskal
Surplus meningkatkan fleksibilitas anggaran. Dengan menggunakan surplus untuk membayar utang, beban anggaran berkurang. Sebagai hasilnya, pemerintah memiliki fleksibilitas lebih besar dalam anggaran.
Fleksibilitas anggaran membuat pemerintah lebih mudah untuk menetapkan anggaran di masa mendatang. Misalnya, pemerintah memilih untuk meningkatkan pengeluaran atau mengurangi pajak di masa depan untuk merangsang ekonomi yang lebih luas menggunakan surplus yang tersedia saat ini.
Fleksibilitas semacam itu adalah tidak ada ketika utang pemerintah tetap besar. Pemerintah harus membayar utang terlepas apakah perekonomian sedang makmur atau sedang suram. Sehingga, utang yang menumpuk membuat sulit untuk meningkatkan pengeluaran atau mengurangi pajak di masa depan.
Bacaan selanjutnya
- Anggaran Berimbang: Mengapa Penting, Efek Pengganda
- Anggaran Pemerintah: Komponen, Jenis dan Kebijakan Fiskal
- Belanja Modal Pemerintah: Contoh, Mengapa Penting
- Defisit Anggaran Siklikal: Penyebab, Cara Kerja, Dampak
- Defisit Anggaran Struktural: Cara Kerja dan Implikasinya
- Defisit Anggaran: Rumus, Penyebab, dan Akibat
- Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek
- Pajak Bersih Dalam Makroekonomi: Rumus, Efek Terhadap Ekonomi
- Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian
- Pajak: Jenis dan Dampaknya Terhadap Perekonomian
- Pembayaran Transfer: Pentingnya, Jenis, dan Kritik
- Pendapatan Pemerintah: Jenis dan Mengapa Penting?
- Pengeluaran Diskresioner Pemerintah: Apa Itu? Apa Saja Contohnya?
- Pengeluaran Lancar Pemerintah: Contoh, Perhitungan dalam PDB
- Pengeluaran Otonom: Rumus, Komponen, Faktor Penentu
- Pengeluaran Pemerintah: Komponen dan Efek Terhadap Perekonomian
- Pengeluaran Terinduksi: Definisi, Contoh, Rumus
- Stabilisator Otomatis: Contoh dan Cara Kerja
- Surplus Anggaran: Alasan Terjadi dan Efeknya
- Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?