Contents
Penerbit obligasi berasal dari pemerintah nasional, pemerintah daerah, lembaga kuasi pemerintah, lembaga supranasional dan perusahaan. Masing-masing memiliki risiko gagal bayar yang berbeda. Misalnya, obligasi gagal bayar pemerintah dianggap kurang berisiko dibandingkan dengan obligasi korporasi. Oleh karena itu, obligasi korporasi umumnya memiliki peringkat kredit yang lebih rendah daripada obligasi pemerintah (sovereign bonds).
Mana obligasi yang harus kita pilih? Itu tergantung pada tingkat toleransi kita terhadap risiko. Misalnya, ketika kita memiliki tingkat toleransi yang rendah, obligasi pemerintah bisa menjadi pilihan. Namun, jika kita mencoba mengejar pengembalian yang lebih tinggi, obligasi korporasi dengan peringkat kredit yang rendah mungkin menjadi alternatif yang bagus.
Mengapa kita membeli obligasi? Obligasi adalah surat berharga pendapatan tetap. Mereka adalah alternatif selain aset seperti saham, real estate atau investasi alternatif. Mereka menawarkan pendapatan reguler, yakni kupon, kepada kita dan pada saat jatuh tempo, kita mendapatkan kembali pokok. Misalnya, ketika kita membeli obligasi korporasi, kita meminjamkan uang kepada perusahaan. Secara teratur, mungkin triwulanan atau setengah tahun, kita menerima pembayaran kupon. Dan, pada saat jatuh tempo, kita akan menerima pokok.
Mengapa emiten menerbitkan obligasi?
Beberapa alasan untuk menerbitkan obligasi. Yang pasti, menerbitkan obligasi adalah cara untuk mengumpulkan uang untuk beberapa keperluan. Misalnya, pemerintah menerbitkannya untuk membiayai defisit anggaran. Pendapatan pemerintah tidak cukup menutupi pengeluarannya, mengarah pada defisit. Untuk menutupi kekurangan tersebut, pemerintah mengambil pinjaman. Dan menerbitkan obligasi adalah cara paling umum untuk menutupi defisit tersebut.
Kemudian, perusahaan mengumpulkan uang dengan menerbitkan obligasi korporasi. Itu menjadi alternatif selain menerbitkan saham atau mengambil pinjaman bank. Tidak seperti saham, obligasi mewakili kewajiban di mana perusahaan harus membayar kupon secara berkala dan pada saat jatuh tempo, menebus pokok. Perusahaan mungkin menerbitkan obligasi untuk membiayai investasi seperti untuk membangun pabrik atau membeli mesin produksi. Atau, mereka menerbitkannya untuk membiayai kembali utang yang jatuh tempo – memanfaatkan suku bunga rendah untuk mengganti obligasi berbunga mahal dengan yang lebih murah.
Siapa penerbit obligasi?
Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan obligasi. Misalnya, kita mengklasifikasikan mereka berdasarkan kelayakan kredit mereka seperti yang disematkan oleh lembaga pemeringkat kredit. Mereka mencakup obligasi layak investasi (investment grade) dan tidak layak investasi (non-investment grade).
Atau kita mengkategorikan obligasi berdasarkan denominasi mata uang seperti obligasi mata uang lokal dan obligasi global berdenominasi mata uang asing. Atau, kita mengkategorikan mereka berdasarkan siapa penerbitnya.
Dan berdasarkan penerbit, kita mengklasifikasikan obligasi menjadi:
- Obligasi pemerintah (sovereign bond) oleh pemerintah nasional.
- Obligasi non-sovereign atau obligasi pemerintah lokal oleh pemerintah di tingkat di bawah administrasi pemerintahan nasional seperti pemerintah federal, provinsi dan kota.
- Obligasi supranasional oleh lembata supranasional seperti World Bank dan International Monetary Fund (IMF).
- Obligasi kuasi-pemerintah oleh lembaga kuasi-pemerintah seperti Fannie Mae di Amerika Serikat.
- Obligasi korporasi oleh perusahaan baik perusahaan keuangan maupun non-keuangan.
Pemerintah nasional
Istilah untuk obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah nasional adalah obligasi sovereign (sovereign bond). Terkadang, kita juga menyebutnya sebagai obligasi pemerintah atau surat utang pemerintah.
Namun, istilah obligasi dan utang sedikit berbeda. Obligasi umumnya hanya mencakup mereka yang memiliki jatuh tempo lebih lama. Sebaliknya, surat utang mencakup jangka pendek (bill), jangka menengah (notes), dan jangka panjang (bonds).
Alasan pemerintah nasional menerbitkan obligasi
Pemerintah nasional menerbitkan obligasi untuk menutupi pengeluaran ketika pendapatan pajak tidak mencukupi. Dengan kata lain, mereka menjalankan defisit anggaran. Dan, mereka menerbitkan obligasi untuk menutupi defisit tersebut.
Pemerintah mungkin meningkatkan defisit – dan karena itu, penerbitan obligasi – ketika menjalankan kebijakan fiskal ekspansioner di mana pemerintah meningkatkan pengeluaran dan memangkas pajak. Atau, pemerintah sedang membangun infrastruktur yang mana membutuhkan pendanaan yang signifikan, membuat pendapatan pajak tidak cukup menutupi pengeluaran.
Mata uang obligasi sovereign
Pemerintah nasional mungkin menerbitkan obligasi sovereign dalam mata uang lokal atau dalam mata uang asing. Obligasi berdenominasi mata uang asing biasanya memiliki peringkat kredit yang lebih rendah daripada yang berdenominasi mata uang lokal. Itu karena obligasi berdenominasi mata uang asing dianggap lebih berisiko karena mengandung risiko translasi.
Sementara dapat mencetak mata uang lokal untuk menebus obligasi mata uang lokal (terlepas efeknya terhadap inflasi), pemerintah tidak melakukannya untuk menebus obligasi mata uang asing. Melainkan, pemerintah menggantungkan pada cadangan mata uang asing (yang mana terbatas) untuk membayar kembali obligasi mata uang asing. Memang, pemerintah dapat mencetak uang dan menukarnya dengan mata uang asing, namun, itu bisa mengakibatkan depresiasi dan mengganggu stabilitas makroekonomi.
Peringkat kredit obligasi sovereign
Obligasi pemerintah biasanya memiliki peringkat kredit lebih tinggi daripada obligasi lainnya seperti obligasi korporasi. Oleh karena itu, obligasi sovereign dianggap kurang berisiko dibandingkan obligasi korporasi dan karena alasan ini, dijadikan sebagai benchmark untuk obligasi korporasi. Meskipun demikian, kadang-kadang, lembaga pemeringkat menempatkan peringkat obligasi korporasi lebih tinggi daripada peringkat negara.
Lebih lanjut, peringkat obligasi sovereign bervariasi antar negara. Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah negara berkembang secara alami akan lebih berisiko – dan karena itu, mendapatkan peringkat yang lebih rendah – daripada obligasi yang diterbitkan oleh negara maju. Beberapa negara maju dengan peringkat tertinggi (AAA) dari S&P adalah Singapura, Australia, Kanada, Jerman, Norwegia, Swedia, Luksemburg, Belanda, dan Swiss per 10 Oktober 2022. Sementara itu, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis masing-masing berperingkat AA +, AA, dan AA. Adapun, Indonesia menerima peringkat BBB dari S&P.
Pemerintah daerah
Pemerintah daerah menerbitkan obligasi non-sovereign untuk membiayai proyek-proyek di area lokal mereka seperti jalan, bandara, pelabuhan, sekolah, dan perbaikan infrastruktur. Mereka mungkin adalah pemerintah negara bagian, pemerintah federal, provinsi dan kota.
Kita mungkin mengenal obligasi kota (municipal bonds). Ya, itu adalah contoh obligasi non-sovereign.
Pemerintah daerah membayar kembali obligasi melalui pajak lokal di bawah kewenangan mereka. Atau mereka mensumberkannya dari arus kas yang dihasilkan oleh proyek yang mereka biayai. Biasanya, penerbitan obligasi lokal juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah nasional.
Tren surat utang non-sovereign bervariasi antar negara. Misalnya, beberapa negara mungkin tidak memberikan wewenang kepada pemerintah daerah dan memusatkan penganggaran di bawah pemerintah nasional. Atau, pasar obligasi daerah kurang berkembang karena masalah aturan. Sehingga, pemerintah daerah tidak berwenang atau sulit untuk menerbitkan obligasi.
Tapi, di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, pasar obligasi pemerintah lokal berkembang pesat. Pada 7 November 2019, misalnya, outstanding obligasi municipal mencapai $3,7 triliun. Nominal tersebut telah melonjak dari USD361 miliar pada tahun 1981.
Organisasi supranasional
Organisasi supranasional merujuk pada entitas global tanpa berbasis di negara tertentu. Mereka memiliki anggota di banyak negara. World Bank dan International Monetary Fund adalah contoh organisasi supranasional. European Investment Bank adalah contoh lainnya.
Organisasi supranasional menerbitkan obligasi untuk mendanai operasi dan proyek-proyek mereka. Mereka kemudian membayar pembayaran kupon melalui pendapatan operasional. Seperti obligasi negara, mereka biasanya memiliki peringkat yang sangat baik. Selain itu, mereka diterbitkan dalam nominal yang besar, sehingga pasarnya juga likuid.
Ambil World Bank sebagai contoh. Lembaga tersebut telah menerbitkan obligasi sejak 1947 dan memperoleh peringkat AAA oleh lembaga pemeringkat utama. Dan per 30 Juni 2022, total pinjaman lembaga tersebut telah mencapai $256,9 miliar. Di FY2022, lembaga tersebut mengumpulkan $40,8 billion surat utang jangka menengah dan panjang. Surat utang yang diterbitkan termasuk sustainable development bonds, green bonds, non-core currency bonds, structured notes, dan callable bonds.
Lembaga kuasi-pemerintah
Lembaga kuasi-pemerintah melakukan berbagai fungsi untuk pemerintah nasional, tetapi bukan entitas pemerintah. Mereka menerbitkan obligasi untuk mendanai kebutuhan pembiayaan tertentu. Misalnya, Fannie Mae dan Freddie Mac di Amerika Serikat menyediakan pembiayaan hipotek. Keduanya dirancang untuk dimiliki investor.
Obligasi kuasi-pemerintah mungkin dijamin oleh pemerintah. Oleh karena itu, mereka biasanya akan menerima peringkat kredit yang lebih tinggi daripada obligasi serupa tanpa dijamin pemerintah.
Namun, tidak seperti obligasi sovereign atau obligasi pemerintah daerah, obligasi kuasi-pemerintah tidak didukung oleh otoritas perpajakan langsung. Sehingga, lembaga kuasi-pemerintah mengandalkan arus kas yang dibukukan – atau dari proyek yang dibiayai – untuk melunasi obligasi yang diterbitkan.
Obligasi korporasi
Obligasi korporasi berasal dari perusahaan. Mereka mungkin adalah perusahaan keuangan seperti bank dan perusahaan pembiayaan. Atau, mereka adalah perusahaan non-keuangan seperti perusahaan tambang dan perusahaan manufaktur.
Perusahaan menerbitkan obligasi untuk beberapa tujuan, misalnya, untuk membiayai investasi modal seperti membangun pabrik baru atau membeli mesin produksi. Atau, mereka menggunakan dana yang diperoleh untuk keperluan modal kerja.
Selain itu, beberapa perusahaan juga menerbitkan untuk membiayai kembali obligasi yang jatuh tempo. Atau, mereka memanfaatkan lingkungan suku bunga lebih rendah untuk mengganti obligasi yang mahal dengan yang lebih murah.
Menerbitkan obligasi adalah alternatif untuk mengumpulkan dana selain menerbitkan saham. Beberapa perusahaan mungkin hanya menerbitkan saham atau obligasi. Namun, yang lain mungkin menerbitkan saham dan obligasi sekaligus. Sehingga, saham mereka tercatat di bursa saham dan obligasi mereka diperdagangkan di pasar surat utang.
Tidak seperti saham, obligasi meningkatkan leverage perusahaan karena merupakan kewajiban. Oleh karena itu, perusahaan harus tetap membayar kupon dan pokok, bahkan ketika mereka tidak menghasilkan pendapatan. Semakin tinggi leverage keuangan, semakin tinggi risiko gagal bayar. Leverage yang lebih tinggi menunjukkan beban utang relatif terhadap arus kas masuk yang dihasilkan.
Leverage yang lebih tinggi membatasi kapasitas perusahaan untuk meminjam. Mereka kemungkinan sulit untuk meminjam lebih banyak karena risiko gagal bayar yang lebih tinggi. Dan jika mereka bisa melakukannya, investor akan meminta bunga yang tinggi untuk mengkompensasi risiko tersebut.
Obligasi korporasi biasanya dianggap lebih berisiko daripada obligasi pemerintah. Pendapatan perusahaan dianggap lebih tidak pasti daripada pendapatan pajak oleh pemerintah. Oleh karena itu, mereka umumnya memiliki peringkat yang lebih rendah, kecuali untuk kasus tertentu. Selain itu, mereka menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi karena lebih berisiko.