Contents
Apa itu: Fase palung (trough) adalah titik terendah dari siklus bisnis. Itu berlangsung ketika resesi mencapai titik terdalam sebelum menuju pemulihan dan ekspansi ekonomi.
Siklus bisnis adalah naik-turunnya aktivitas ekonomi. Secara berurutan, itu terdiri dari fase kontraksi, palung, ekspansi, dan puncak.
- Kontraksi (contraction) – periode ketika aktivitas ekonomi menurun
- Palung (trough) – titik terendah siklus
- Ekspansi (expansion) – aktivitas ekonomi meningkat
- Puncak (peak) – titik tertinggi siklus
Istilah terkait:
- Resesi – periode ketika kontraksi berlangsung lebih dari dua kuartal berturut-turut. Resesi besar (great recession) merujuk pada situasi resesi yang lebih parah seperti terjadi pada krisis 2007-2009.
- Depresi – periode resesi berkepanjangan, bahkan hingga bertahun-tahun dan berlangsung lebih parah daripada resesi.
- Pemulihan ekonomi (economic recovery) – periode awal ekspansi, ketika perekonomian keluar dari fase palung.
- Ledakan ekonomi (economic boom) – periode akhir ekspansi sebelum menuju puncak.
Siklus ekonomi mempengaruhi variabel makro ekonomi penting seperti:
- Produk domestik bruto
- Inflasi
- Investasi modal
- Tingkat pengangguran
Tidak hanya itu. Pemerintah biasanya akan mengambil kebijakan penting untuk menghindari periode buruk dari siklus ekonomi seperti resesi dan hiperinflasi. Karena itu, anda mungkin akan melihat perubahan dalam:
- Pengeluaran pemerintah
- Kebijakan pajak
- Suku bunga kebijakan (policy rate)
- Operasi pasar terbuka (open market operation)
- Persyaratan cadangan atau cadangan wajib (reserves requirement)
- Kebijakan pemberian kredit
Cara kerja siklus bisnis
Puncak adalah titik tertinggi siklus dan merupakan batas atas dari kegiatan ekonomi. Selama periode akhir ekspansi, tingkat inflasi melonjak. Pembuat kebijakan akan melakukan intervensi terhadap perekonomian untuk mencegah ekonomi dari kepanasan (overheated). Jika efektif, pertumbuhan ekonomi dan inflasi akan melambat.
Intervensi dapat melalui kebijakan fiskal kontraksioner maupun kebijakan moneter kontraksioner. Kebijakan fiskal membutuhkan pemerintah untuk mengurangi belanjanya atau menaikkan tarif pajak. Sementara itu, untuk kebijakan moneter, bank sentral dapat menempuhnya dengan menaikkan suku bunga kebijakan, menjual surat berharga pemerintah (operasi pasar terbuka) atau menaikkan rasio cadangan wajib.
Tapi, jika intervensi terlalu agresif, itu dapat mengarah pada kontraksi ekonomi. Pada fase kontraksi, PDB riil akan menurun. Ketika berlangsung dua kuartal berturut-turut, perekonomian menuju resesi. Inflasi turun, dan bahkan menuju angka negatif (deflasi) dan tingkat pengangguran meningkat.
Mencegah resesi berkepanjangan, pembuat kebijakan mengadopsi kebijakan ekspansioner (kebalikan dari kebijakan kontraksioner), yakni dengan:
- Meningkatkan belanja pemerintah
- Menurunkan tarif pajak
- Memangkas suku bunga
- Menurunkan rasio cadangan wajib
- Operasi terbuka dengan membeli surat berharga pemerintah
Katakanlah, bank sentral memangkas suku bunga untuk menstimulus ekonomi. Pemangkasan akan mempengaruhi tingkat bunga di pasar keuangan.
Jika kebijakan suku bunga efektif, perekonomian akan segera mencapai titik terendahnya (palung) dan bergerak menuju pemulihan. Suku bunga yang lebih rendah pada akhirnya membuat pinjaman baru lebih murah dan merangsang sektor rumah tangga dan bisnis untuk meminjam. Seiring dengan biaya pinjaman yang lebih rendah, pengeluaran rumah tangga untuk barang tahan lama dan perumahan biasanya mulai meningkat. Peningkatan konsumsi rumah tangga kemudian menaikkan permintaan agregat.
Ekspektasi memainkan peran penting. Berharap pertumbuhan permintaan berlanjut, bisnis mulai menggunakan kapasitas mereka lebih intensif. Tetapi, pada periode ini, mereka tidak mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja. Sebaliknya, mereka akan meningkatkan penggunaan pekerja lembur dan pekerja temporer.
Jika permintaan agregat semakin kuat, bisnis akan mulai mempekerjakan tenaga kerja baru. Dan, perekonomian bergerak dari periode pemulihan menuju ekspansi. Pada periode ini, pertumbuhan ekonomi positif dan tingkat inflasi mulai perlahan naik.
Jadi apa yang terjadi selama fase palung
Palung adalah titik terendah dan merupakan fase balik dari resesi menuju pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, selama periode ini, pertumbuhan PDB riil berada pada level terendahnya. Dan, itu mungkin disertai dengan kondisi berikut:
- Tingkat pengangguran mencapai titik tertinggi karena pemecatan masih terjadi
- Inflasi berada pada titik terendah karena ekses produksi
- Suku bunga rendah karena bank sentral masih mempertahankan kebijakan ekspansioner untuk memulihkan ekonomi.
- Investasi modal belum ada karena pendapatan dan penjualan bisnis jatuh
- Ekses produksi karena permintaaan lemah
Sulit untuk mengetahui kapan itu akan terjadi. Hanya setelah pemulihan ekonomi menuju ekspansi, kita akan tahu bahwa fase palung telah berlalu.
Solusi keluar dari fase palung
Selama fase palung, pemerintah biasanya masih mempertahankan kebijakan ekonomi longgar. Itu melibatkan beberapa alternatif seperti:
- Belanja pemerintah tinggi
- Tarif pajak rendah
- Suku bunga rendah
- Pembelian obligasi pemerintah
- Rasio cadangan wajib rendah
Ketika kebijakan efektif, perekonomian dan segera keluar dari periode resesi menuju pemulihan ekonomi. Biasanya, pada periode awal pemulihan ekonomi, pemerintah masih akan mempertahankan kebijakan longgar.
Bacaan selanjutnya
- Depresi Ekonomi: Penyebab, Contoh, Efek, Solusi yang Mungkin
- Ekspansi Ekonomi: Definisi, Karakteristik, Faktor Pemicu, Dampak
- Fase Palung Dari Siklus Bisnis: Definisi dan Karakteristiknya
- Fase Puncak Siklus Bisnis: Arti, Karakteristik
- Keruntuhan Ekonomi: Tanda, Penyebab, dan Contoh
- Kontraksi Ekonomi: Definisi, Penyebab dan Dampaknya
- Krisis Ekonomi: Jenis dan Dampaknya
- Ledakan Ekonomi: Definisi, Ciri-Ciri, Dampak
- Pemulihan Ekonomi: Definisi, Jenis dan Karakteristiknya
- Resesi Ekonomi: Penyebab, Efek, dan Kemungkinan Solusi
- Siklus Bisnis Riil: Konsep, Asumsi, Penyebab, Kritik
- Siklus Bisnis: 4 Fase, Karakteristik dan Efeknya
- Siklus Kondratieff: Definisi, Rincian Siklus dan Kritik