Contents
Apa itu: Pajak yang diinduksi (induced tax) adalah tipe pajak di mana kenaikan dan penurunan tarifnya tergantung pada kemampuan wajib pajak. Sehingga, ketika pendapatan atau kekayaan kita naik, kita harus menanggung tarif yang tinggi. Sebaliknya, penurunan pendapatan membuat kita menanggung tagihan pajak yang lebih rendah. Pajak biasanya dinyatakan sebagai persentase atas penghasilan kena pajak.
Pajak yang diinduksi menjadi salah satu alat fiskal untuk mempengaruhi perekonomian. Itu bekerja secara kontra siklus. Selama perekonomian makmur, pajak tersebut naik karena pendapatan yang lebih tinggi, mendorong orang untuk mengurangi insentif orang untuk berbelanja. Sebaliknya, ketika perekonomian lesu, pajak tersebut cenderung turun karena prospek pendapatan yang memburuk. Kenaikan dan penurunan pajak tersebut terjadi secara otomatis, tanpa intervensi yang disengaja oleh pemerintah.
Pajak yang diinduksi penting untuk menghindari deviasi berlebihan dalam kesenjangan output. Itu menghindari efek negatif seperti tingkat inflasi tak terkendali selama ekspansi ekonomi dengan meredam permintaan agregat. Sebaliknya, selama resesi, itu menghindari perekonomian semakin jatuh – yang mana bisa mengarah pada resesi besar (great recession).
Apa saja contoh pajak yang diinduksi?
Pajak penghasilan pribadi dan keuntungan perusahaan adalah contoh pajak yang diinduksi. Ketika pendapatan atau keuntungan naik, kita harus membayar pajak yang lebih tinggi. Dan, ketika turun, tagihan pajak kita lebih rendah.
Ketika pemerintah menerapkannya secara progresif, itu memiliki efek yang lebih kuat terhadap konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis. Misalnya, kita harus menanggung tarif pajak yang lebih tinggi ketika pendapatan kita naik. Katakanlah, kita adalah lajang dan pendapatan kita adalah sebesar $9,951 to $40,525 per tahun. Pada bracket tersebut, kita menanggung tarif pajak 12%. Tapi, ketika pendapatan kita naik di atas $40,525, kita bisa menanggung tarif 22%.
Bagaimana cara kerja pajak yang diinduksi?
Pajak yang diinduksi diterapkan sebagai persentase terhadap pendapatan kena pajak. Tarif tersebut mungkin diterapkan secara proporsional, sehingga, ketika pendapatan kita naik, tagihan pajak kita naik meski kita menanggung tarif pajak yang tetap.
Atau, tarif pajak dikenakan secara progresif di mana persentase yang lebih tinggi dikenakan untuk pendapatan kena pajak yang lebih tinggi. Sebaliknya, pendapatan kena pajak yang lebih kecil menanggung persentase yang lebih rendah. Tagihan yang lebih tinggi atau lebih rendah pada akhirnya berdampak pada dolar yang tersedia untuk konsumsi dan investasi, mempengaruhi rumah tangga dan bisnis dalam menghabiskan uang.
Sekarang ambil pajak kurung (tax brackets) yang diterapkan oleh pemerintah Federal di Amerika Serikat sebagai contoh. Penerapannya bersifat progresif. Katakanlah, kurung $0 hingga $86,375, dikenakan tarif sebagai berikut:
Tarif pajak | Pendapatan kena pajak |
10% | $0 – $9.950 |
12% | $9.951 – $40.525 |
22% | $40.526 – $86.375 |
Misalnya, kita memperoleh pendapatan kena pajak sebesar $8.000. Kita dikenakan tarif 10% karena pendapatan kita berada pada rentang $0 – $9.950. Orang lain dengan pendapatan $7.000 atau $9.000 juta akan menanggung persentase tarif yang sama.
Tapi, ketika pendapatan kita naik melebihi batas teratas rentang tersebut, kita menanggung persentase tarif yang lebih tinggi. Katakanlah, pendapatan kita naik menjadi $11.000, kita masuk dalam bracket $9.951 – $40.525 dan dikenakan tarif 12%. Namun, kita tidak menanggung tarif 12% untuk seluruh pendapatan kena pajak kita. Melainkan, kita menanggung tarif 10% untuk $9.950 pertama dan sisanya, $1.050, dikenakan tarif 12%.
Sehingga, ketika pendapatan kena pajak kita lebih tinggi dari batas atas bracket, kita akan menanggung tarif yang lebih tinggi untuk setiap tambahan pendapatan berikutnya. Dan karena itu, semakin sedikit dolar yang tersedia untuk kita belanjakan atau tabung untuk setiap tambahan pendapatan kita. Tanpa tarif yang lebih tinggi, kita mungkin akan membelanjakan atau menabung tambahan pendapatan tersebut.
Bagaimana pajak yang diinduksi bekerja sebagai stabilisator otomatis?
Stabilisator otomatis adalah alat fiskal kontra siklus dan bekerja secara otomatis tanpa melibatkan tindakan disengaja oleh pemerintah. Tunjangan pengangguran dan pembayaran kesejahteraan adalah contohnya. Pajak yang diinduksi adalah contoh lainnya. Keduanya mempengaruhi perekonomian melalui efeknya terhadap permintaan agregat.
Apa itu kontra siklus? Maksud saya adalah alat-alat tersebut bekerja secara berlawanan dengan siklus ekonomi yang terjadi. Selama ekspansi, rumah tangga lebih makmur dan pengangguran turun. Karena itu, belanja pemerintah untuk tunjangan pengangguran akan turun. Di sisi lain, pajak akan meningkat karena prospek pendapatan rumah tangga dan keuntungan perusahaan meningkat selama periode ini. Mereka melihat prospek yang kuat atas pendapatan dan keuntungan mereka. Penurunan belanja pemerintah dan kenaikan pajak tersebut akhirnya memoderasi permintaan agregat, mencegahnya untuk berakselerasi terlalu cepat dan meredam kenaikan tidak terkendali pada tingkat harga (tekanan inflasi).
Sebaliknya, selama resesi, perekonomian sulit. Pengeluaran pemerintah untuk tunjangan pengangguran akan meningkat karena tingkat pengangguran yang lebih tinggi. Di sisi lain, prospek pendapatan rumah tangga dan keuntungan bisnis memburuk, menurunkan pendapatan kena pajak. Tunjangan pengangguran yang lebih tinggi dan tarif pajak yang lebih rendah membantu rumah tangga untuk mempertahankan konsumsi. Sehingga, permintaan mereka terhadap barang dan jasa tidak semakin jatuh selama perekonomian sulit.
Pajak yang diinduksi sebagai stabilisator otomatis
Ketika perekonomian menghadapi resesi, pendapatan kena pajak turun. Mengaplikasikan tax bracket di atas, rumah tangga menanggung tarif yang lebih rendah. Katakanlah pendapatan kena pajak mereka turun dari $11.000 menjadi $9.000. Mereka akan menanggung tarif tetap 10% dari sebelumnya 12% untuk setiap tambahan penghasilan kena pajak. Sebagai hasilnya, total pajak penghasilan yang mereka bayarkan juga akan turun. Jika sebelumnya, dengan pendapatan kena pajak $11.000, mereka harus membayar pajak sebesar $1,121 ( 9,950 x 10% + 1,050 x12%), maka sekarang mereka hanya membayar $900 ($9.000 x 10%). Sebagai hasilnya, tagihan pajak lebih rendah.
Tagihan pajak yang lebih rendah memoderasi jatuhnya permintaan agregat akibat penurunan pendapatan. Rumah tangga harus mengeluarkan lebih sedikit dolar untuk membayar pajak, membuat mereka memiliki cukup uang untuk mempertahankan konsumsi mereka.
Sementara itu, selama ekspansi ekonomi, prospek pendapatan rumah tangga membaik. Pendapatan kena pajak cenderung lebih tinggi selama periode ini. Akhirnya, rumah tangga harus membayar tarif pajak yang lebih tinggi, katakanlah dari 10% menjadi 12% (kebalikan dari kondisi di atas).
Tagihan pajak yang lebih tinggi (dari $900 menjadi $1,121) mengurangi insentif rumah tangga untuk berbelanja lebih banyak. Mereka harus mengeluarkan dolar lebih banyak untuk membayar pajak, lebih sedikit tersedia untuk dibelanjakan ke barang dan jasa. Sebagai hasilnya, itu mencegah permintaan agregat terakselerasi, meredam tekanan ke atas pada tingkat harga dan mencegah perekonomian menjadi terlalu panas.
Efek terhadap anggaran pemerintah
Pendapatan pemerintah dari pajak penghasilan turun selama resesi. Di sisi lain, pengeluaran pemerintah untuk tunjangan kesejahteraan meningkat. Sebagai hasilnya, anggaran pemerintah mengarah pada defisit.
Sebaliknya, selama ekspansi, penghasilan pajak meningkat karena aktivitas ekonomi yang lebih tinggi. Pendapatan rumah tangga dan keuntungan bisnis meningkat, membuat pemerintah bisa menarik lebih banyak pajak. Sebaliknya, pengeluaran untuk tunjangan kesejahteraan karena masyarakat lebih makmur selama periode ini. Sebagai hasilnya, anggaran pemerintah mengarah pada surplus.
Bacaan selanjutnya
- Anggaran Berimbang: Mengapa Penting, Efek Pengganda
- Anggaran Pemerintah: Komponen, Jenis dan Kebijakan Fiskal
- Belanja Modal Pemerintah: Contoh, Mengapa Penting
- Defisit Anggaran Siklikal: Penyebab, Cara Kerja, Dampak
- Defisit Anggaran Struktural: Cara Kerja dan Implikasinya
- Defisit Anggaran: Rumus, Penyebab, dan Akibat
- Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek
- Pajak Bersih Dalam Makroekonomi: Rumus, Efek Terhadap Ekonomi
- Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian
- Pajak: Jenis dan Dampaknya Terhadap Perekonomian
- Pembayaran Transfer: Pentingnya, Jenis, dan Kritik
- Pendapatan Pemerintah: Jenis dan Mengapa Penting?
- Pengeluaran Diskresioner Pemerintah: Apa Itu? Apa Saja Contohnya?
- Pengeluaran Lancar Pemerintah: Contoh, Perhitungan dalam PDB
- Pengeluaran Otonom: Rumus, Komponen, Faktor Penentu
- Pengeluaran Pemerintah: Komponen dan Efek Terhadap Perekonomian
- Pengeluaran Terinduksi: Definisi, Contoh, Rumus
- Stabilisator Otomatis: Contoh dan Cara Kerja
- Surplus Anggaran: Alasan Terjadi dan Efeknya
- Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?