Contents
Apa itu: Ekspor berarti mengirimkan barang dan jasa domestik ke pasar luar negeri untuk dijual. Sebagai kompensasi, kita memperoleh mata uang asing sebagai pembayaran, katakanlah dolar AS. Jadi, ekspor tidak hanya berimplikasi pada permintaan terhadap output domestik. Tapi, itu juga berimplikasi pada nilai tukar.
Ekspor bekerja secara terbalik dibandingkan dengan impor. Yang terakhir merujuk pada membeli produk luar negeri untuk memenuhi permintaan domestik. Selisih keduanya kita sebut dengan neraca perdagangan. Jika ekspor melebihi impor, kita membukukan surplus dagang. Sebaliknya, jika impor melebihi ekspor, kita membukukan defisit dagang.
Banyak negara mengandalkan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti Jepang, China dan Korea Selatan. Mereka merangsang produksi domestik untuk memenuhi permintaan di pasar internasional. Konsekuensinya, peningkatan ekspor memacu pertumbuhan ekonomi, merangsang peningkatan output, dan berkontribusi menciptakan lebih banyak pendapatan dan pekerjaan di perekonomian mereka.
Mengapa negara melakukan ekspor?
Ekspor sangat penting bagi ekonomi modern, di mana perekonomian antar negara semakin terkonesi. Beberapa alasan mengapa sebuah negara melakukan ekspor. Saya akan menyajikan dua yang utama.
Pertama, mengekspor menjadi salah satu cara untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan. Pasar luar negeri menawarkan ukuran yang lebih signifikan daripada pasar domestik dan karena itu, menawarkan lebih banyak peluang pertumbuhan.
Selain itu, penjualan ke luar negeri menjadi alternatif ketika ada ekses produksi di dalam negeri. Karena telah memenuhi permintaan domestik, produsen mengekspor produk mereka untuk mencapai skala ekonomi dan keuntungan yang lebih tinggi.
Sementara itu, perusahaan mungkin mengekspor misalnya, karena pasar domestik sudah matang. Semua konsumen domestik telah menggunakan produk. Sehingga, untuk meningkatkan penjualan, mereka mengakuisisi pembeli baru di luar negeri dengan mengirimkan produk mereka ke pasar internasional. Dengan melakukan itu, mereka memastikan bisnis mereka terus tumbuh.
Kedua, ekspor menjadi strategi untuk menumbuhkan perekonomian (disebut dengan pertumbuhan didorong ekspor). Beberapa negara seperti Cina, Irlandia, Korea Selatan, Singapura, dan Vietnam, mengandalkan ekspor untuk mengekspansi PDB riil, pekerjaan dan pendapatan. Mereka membangun industri berorientasi ekspor.
China, misalnya, melaporkan pertumbuhan ekspor rata-rata 20,3% selama 2000-2003 setelah pada tahun 1990-an tumbuh 12,4%. Pertumbuhan pesat tersebut membuat perekonomian China tumbuh menonjol dengan rata-rata 9,0% selama 1970-2003, jauh melampaui negara-negara lainnya.
Mengapa ekspor itu penting?
Mengekspor biasanya merupakan tahap pertama perusahaan ketika memasuki pasar internasional. Strategi ini berisiko lebih rendah dibandingkan dengan strategi masuk pasar asing lainnya seperti licensing, usaha patungan (joint venture), atau investasi langsung.
Beberapa alasan mengapa ekspor penting. Pertama, ekspor menjadi cara untuk meningkatkan penjualan. Pasar luar negeri menawarkan potensi permintaan yang signifikan, jauh lebih signifikan daripada pasar domestik.
Kedua, pasar luar negeri menawarkan diversifikasi. Mereka menjadi esensial ketika pasar domestik matang. Sehingga, penjualan ekspor mengimbangi penurunan penjualan di pasar domestik.
Selain itu, perusahaan bisa menyebarkan risiko bisnis dengan melakukan diversifikasi pengiriman ke berbagai negara tujuan. Sehingga, penurunan penjualan di sebuah negara dapat diimbangi oleh peningkatan di negara lainnya.
Ketiga, perusahaan dapat mencapai skala ekonomi yang lebih tinggi dan mengurangi biaya satuan. Mereka bisa menjual lebih banyak output dengan mengekspor, memungkinkan mereka untuk menyebarkan biaya tetap yang tinggi ke lebih banyak output.
Keempat, mengekspor memungkinkan perusahaan untuk memperoleh keterampilan dan kemampuan baru. Ini menjadi landasan untuk mendorong inovasi di dalam organisasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi atau mengembangkan produk baru.
Kelima, penjualan luar negeri merangsang aktivitas ekonomi domestik. Peningkatan ekspor mencerminkan permintaan yang lebih tinggi terhadap produk dalam negeri, mendorong bisnis untuk meningkatkan produksi dan merekrut pekerja baru. Akibatnya, itu merangsang pertumbuhan ekonomi, mengurangi pengangguran dan menciptakan pekerjaan dan pendapatan di dalam negeri.
Keenam, kita mengumpulkan cadangan devisa melalui ekspor. Kita memperoleh mata uang asing, misalnya dolar AS, sebagai kompensasi pembayaran ketika menjual barang ke luar negeri. Kemudian, mata uang asing tersebut dapat kita gunakan untuk memenuhi kewajiban luar negeri seperti impor dan utang luar negeri.
Cadangan devisa menjadi kunci untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar. Itu menjadi peredam kejut ketika ada fluktuasi negatif pada nilai tukar. Dan bank sentral menggunakannya untuk mengintervensi pasar valas untuk mempertahankan nilai tukar terkendali pada rentang tertentu.
Apa saja jenis ekspor?
Beberapa cara untuk mengkategorikan ekspor. Misalnya, berdasarkan produk yang kita kirimkan, ekspor bisa mencakup:
- Barang
- Jasa
Barang mewakili produk berwujud, yang mana dapat kita lihat atau sentuh karena memiliki substansi fisik. Misalnya, kita mengirimkan komoditas pertanian seperti kedelai dan minyak sawit ke luar negeri, yang mana menjadi bahan baku bagi manufaktur di negara tujuan.
Jasa mewakili produk tidak berwujud. Mereka tidak bisa kita lihat atau raba, tapi kita bisa merasakan manfaat mereka. Misalnya, sebuah konsultan bisnis menjual jasa mereka ke perusahaan di luar negeri.
Kemudian, mengekspor barang juga bisa kita bedakan menjadi beberapa kategori, misalnya:
- Bahan baku
- Barang setengah jadi
- Barang jadi
Bahan baku digunakan sebagai input untuk diproses lebih lanjut menjadi barang setengah jadi atau menjadi barang jadi. Misalnya adalah kita mengekspor bijih besi dan bauksit.
Barang setengah jadi memerlukan proses lebih lanjut. Misalnya, kita memproses bauksit menjadi pelat aluminium di dalam negeri. Kemudian, kita mengirimkan pelat tersebut ke negara tujuan. Pelat aluminium tersebut adalah input antara dan memerlukan proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi, misalnya sebagai bodi mobil atau pesawat.
Barang jadi adalah untuk penggunaan akhir. Kita tidak memproses mereka lebih lanjut untuk menggunakan mereka. Mereka mungkin adalah barang konsumen seperti makanan kaleng dan sabun. Atau, mereka adalah barang industrial seperti mesin dan peralatan berat.
Ekspor aktif vs ekspor pasif
Kita juga bisa mengkategorikan ekspor berdasarkan seberapa jauh eksportir terlibat dalam proses ekspor. Mereka adalah:
- Ekspor aktif
- Ekspor pasif
Di bawah ekspor aktif, perusahaan berinisiatif untuk memperluas pasar mereka dengan menjual produk ke luar negeri. Misalnya, mereka mencari perantara atau agen ekspor yang mewakili pelanggan asing. Ini juga dikenal dengan istilah ekspor tidak langsung, karena dilakukan melalui perantara.
Strategi ini berisiko rendah dengan biaya yang relatif rendah. Perusahaan menggunakan jasa yang disediakan oleh perantara, agen, atau pedagang yang mampu mencari pasar luar negeri dan mencari pembeli untuk produknya.
Di bawah ekspor pasif, perusahaan tidak aktif mencari perantara. Mereka mungkin menjual produk secara kebetulan. Misalnya, mereka mungkin hanya melayani ekspor ketika ada pesanan dari pembeli luar negeri. Setelah pesanan diterima, mereka kemudian mengirimkan produk ke pembeli di luar negeri. Mereka tidak benar-benar berniat untuk memperluas penjualan ke pasar luar negeri.
Dalam kasus lain, perusahan mungkin menjual produknya ke pembeli dalam negeri. Pembeli tersebut kemudian mengekspor produk ke pembeli di luar negeri. Penjualan ini tidak dapat dibedakan dari penjualan domestik lainnya sejauh dilakukan oleh pabrikan asli.
Ekspor langsung vs ekspor tidak langsung
Ekspor langsung membutuhkan eksportir untuk menangani langsung setiap proses ekspor, mulai dari riset pasar, perencanaan untuk distribusi, perizinan, dan penanganan kontak pembeli di luar negeri. Pendekatan ini adalah lebih sulit daripada ekspor tidak langsung dan karena itu, membutuhkan komitmen dan sumber daya yang signifikan agar mencapai hasil yang baik.
Ekspor langsung mungkin merupakan cara terbaik untuk mencapai keuntungan maksimum. Strategi ini menawarkan margin keuntungan yang lebih tinggi karena tidak melibatkan perantara.
Selain itu, strategi ini memungkinkan perusahaan memiliki kontrol penuh atas proses. Sehingga, itu meminimalkan dampak negatif seperti kelalaian oleh perantara, yang mana mungkin merusak reputasi perusahaan.
Kemudian, pengalaman dalam mengekspor secara langsung menjadi langkah awal sebelum menjadi perusahaan internasional. Misalnya, awalnya mungkin mendirikan departemen ekspor di dalam organisasinya sendiri. Setelah ekspor tumbuh signifikan, kemudian, perusahaan tersebut mendirikan kantor penjualan dan pemasaran di pasar luar negeri untuk menangani penyimpanan, distribusi, penjualan, servis, dan pemasaran. Dan akhirnya, perusahaan membangun jaringan rantai pasokan di seluruh dunia dan beroperasi sebagai perusahaan multinasional.
Namun, ekspor langsung memiliki risiko keuangan yang besar. Pendekatan ini memerlukan sumber daya dan biaya yang besar. Selain itu, prosesnya juga kompleks, sehingga, perusahaan mungkin membutuhkan tim khusus untuk menangani ekspor.
Kelemahan lainnya adalah skala yang terbatas karena dilakukan secara internal. Selain itu, perusahaan mungkin memiliki pengetahuan pasar dan persaingan di negara tujuan yang rendah, membuat mereka kurang kompetitif di pasar tujuan.
Sementara itu, di bawah ekspor tidak langsung, perusahaan mengandalkan perantara. Misalnya, mereka menjual ke perantara tersebut, yang mana kemudian akan mengirimkannya ke luar negeri.
Ekspor tidak langsung mengkonsumsi lebih sedikit biaya daripada ekspor langsung. Selain itu, proses menjadi lebih sederhana dibandingkan ekspor langsung. Sehingga, perusahaan mungkin tidak atau hanya membutuhkan sedikit staf tambahan untuk menangani proses.
Selain itu, perantara mungkin memiliki skala yang signifikan dan pengetahuan pasar ekspor yang mumpuni. Sehingga, perusahaan bisa mendapatkan akses ke pasar dan saluran distribusi yang lebih luas.
Namun demikian, tidak seperti ekspor langsung, ekspor tidak langsung menawarkan margin keuntungan yang lebih rendah. Perusahaan harus berbagi margin keuntungan dengan perantara. Selain itu, itu mungkin juga membuat harga menjadi lebih mahal ketika produk tiba di pasar tujuan.
Kontrol yang rendah terhadap proses ekspor adalah kelemahan lain. Karena bergantung pada perantara, reputasi perusahaan ditentukan seberapa baik perantara menangani proses dan melayani permintaan di pasar tujuan. Ketidakberesan bisa membuat hancur reputasi dan image perusahaan.
Apa hubungan antara ekspor dengan nilai tukar?
Nilai tukar memiliki hubungan resiprokal dengan ekspor. Di satu sisi, ekspor mempengaruhi nilai tukar. Di sisi lain, nilai tukar mempengaruhi ekspor.
Ekspor melibatkan dua mata uang berbeda dalam transaksi. Ketika kita mengekspor, kita mendapatkan mata uang asing sebagai pembayaran dan kemudian, menukarnya ke mata uang domestik untuk keperluan operasional.
Katakanlah, anda berada di zona euro dan mitra dagang anda adalah Amerika Serikat. Ketika ekspor anda naik, euro terapresiasi, ceteris paribus. Orang Amerika mencari euro dan menukar dolar mereka untuk membayar produk yang mereka beli. Sehingga, semakin besar ekspor, semakin besar permintaan terhadap euro, membuatnya lebih bernilai ketika ditukar dengan dolar AS.
Efek sebaliknya berlaku ketika ekspor turun. Penurunan ekspor mengakibatkan penurunan permintaan terhadap euro, membuatnya kurang berharga ketika anda tukarkan dengan dolar AS, ceteris paribus.
Namun, hubungan nilai tukar dengan ekspor juga bekerja secara terbalik di mana nilai tukar mempengaruhi ekspor. Depresiasi membuat produk domestik menjadi lebih murah bagi orang Amerika, meningkatkan permintaan terhadap produk anda (ekspor meningkat).
Misalnya, anda menjual produk seharga 1 euro. Katakanlah, euro terdepresiasi dari EUR1 per dolar AS menjadi EUR2 per dolar AS. Sehingga, ketika orang Amerika menukar 1 dolar mereka, mereka mendapatkan 2 euro, lebih banyak daripada sebelumnya (1 euro). Oleh karena itu, ketika mereka membeli produk anda, mereka mendapatkan 2 unit, lebih banyak dari pada sebelumnya (1 unit).
Sebaliknya, apresiasi membuat produk anda lebih mahal bagi orang Amerika, mengurangi minat mereka untuk membeli (ekspor turun). Misalnya, euro terapresiasi dari EUR1 per dolar AS menjadi EUR0,5 per dolar AS. Konsekuensinya, orang Amerika harus menukar 2 dollar AS untuk mendapatkan produk anda.
Apa saja faktor yang mempengaruhi ekspor?
Beberapa faktor mempengaruhi ekspor, termasuk:
- Harga
- Kualitas
- Nilai tukar
- Pertumbuhan ekonomi global
- Kebijakan pemerintah
- Selera dan preferensi
Harga. Ketika produk domestik lebih murah daripada pasar internasional, orang asing akan meminta lebih banyak, meningkatkan ekspor. Sebaliknya, jika mereka lebih mahal, ekspor turun. Dan secara agregat, harga dicerminkan oleh tingkat inflasi.
Kualitas. Selain harga, kualitas menentukan daya saing produk domestik di pasar internasional. Ketika produk domestik berkualitas lebih baik daripada produk dari negara lain, pembeli di luar negeri akan lebih meminati mereka. Sebaliknya berlaku ketika kualitas lebih rendah.
Nilai tukar. Depresiasi membuat produk domestik menjadi lebih murah bagi pembeli asing, mendorong ekspor. Sebaliknya, apresiasi membuat mereka lebih mahal, menurunkan permintaan ekspor.
Pertumbuhan ekonomi global. Ketika perekonomian global berekspansi, lebih banyak permintaan tercipta di pasar internasional, meningkatkan ekspor. Sebaliknya, resesi global melemahkan ekspor.
Kebijakan pemerintah. Misalnya, proteksi perdagangan di negara mitra melemahkan ekspor. Negara mitra mungkin memberlakukan kontrol impor, baik melalui tarif dan kuota. Atau mereka memberlakukan hambatan non-tarif, seperti standar keamanan produk dan kesehatan.
Sebaliknya, liberalisasi perdagangan merangsang perdagangan antar negara. Misalnya, beberapa negara membentuk serikat ekonomi, seperti yang dilakukan oleh negara-negara Uni Eropa, dan membiarkan barang dan jasa mengalir bebas antar negara anggota tanpa hambatan perdagangan.
Selera dan preferensi. Perubahan selera dan preferensi konsumen di pasar global mempengaruhi permintaan terhadap produk domestik. Perubahan tersebut mungkin dipengaruhi oleh faktor budaya, lingkungan, atau sosial. Daya beli dan tingkat pendapatan juga bisa menjadi penentu lainna.
Bacaan selanjutnya untuk anda
- Perdagangan Internasional: Konsep, Mengapa Penting, dan Keuntungan
- Alasan Mengapa Perdagangan Internasional Ada
- Apa Saja Manfaat Perdagangan Internasional?
- Impor: Jenis, Faktor Yang Mempengaruhi, Dampak
- Ekspor: Pentingnya, Jenis, Faktor Yang Mempengaruhi
- Neraca Perdagangan: Formula, Perhitungan, Dampak, dan Faktor Penentu
- Surplus Perdagangan: Cara Menghitung, Faktor Yang Mempengaruhi, Pro, Kontra
- Defisit Perdagangan: Rumus, Penyebab, Dampak
- Term of Trade: Definisi, Cara Menghitung, Dampak
- Sanksi Perdagangan: Definisi, Alasan, Jenis, Pro, Kontra
- Pembatasan Perdagangan: Konsep, Argumen, Jenis dan Dampak