Contents
Apa itu: Guncangan ekonomi (economic shock) adalah perubahan signifikan terhadap output perekonomian secara tiba-tiba dan tidak terduga akibat perubahan dalam faktor eksternal. Guncangan mengakibatkan kurva penawaran agregat atau kurva permintaan agregat bergeser ke kanan atau ke kiri dengan tiba-tiba. Peristiwa semacam itu tidak hanya berdampak pada output agregat, dan karena itu, pertumbuhan ekonomi. Tapi, itu juga berdampak luas terhadap perekonomian dan mempengaruhi tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Guncangan dapat positif atau negatif. Misalnya, guncangan penawaran positif meningkatkan output agregat dan menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kanan. Sebaliknya, guncangan penawaran negatif mengakibatkan output agregat jatuh, menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kiri.
Pandemi Covid-19 adalah contoh guncangan ekonomi baru-baru ini. Lonjakan harga minyak adalah contoh lainnya.
Secara umum, guncangan disebabkan oleh perubahan dalam faktor penentu permintaan agregat dan penawaran agregat. Tapi, tidak seperti perubahan normal, guncangan berlangsung secara tiba-tiba dan berdampak dramatis. Sebagai akibatnya, perekonomian tidak memadai dalam meresponnya, mungkin menyebabkan kepanikan.
Apa saja jenis guncangan ekonomi?
Guncangan dapat mengambil berbagai jenis. Misalnya, jika kita mengkategorikan berdasarkan sumbernya, itu mencakup guncangan penawaran dan guncangan permintaan. Sedangkan, jika kita mengkategorikan berdasarkan efeknya, itu mencakup guncangan positif dan guncangan negatif.
Misalnya, jika guncangan negatif terjadi pada penawaran agregat, itu menurunkan output agregat secara tiba-tiba. Sementara itu, jika terjadi pada sisi permintaan, permintaan agregat menyusut tiba-tiba.
Guncangan penawaran
Guncangan penawaran mengakibatkan output agregat berubah secara tiba-tiba dan tak terduga. Sebuah peristiwa, seperti bencana alam, bisa mengakibatkan output agregat turun secara signifikan. Sebaliknya, penurunan tajam harga minyak bisa mengakibatkan output agregat meningkat secara tajam karena biaya produksi turun drastis.
Guncangan penawaran dibedakan menjadi dua berdasarkan efeknya:
- Guncangan penawaran positif
- Guncangan penawaran negatif
Guncangan penawaran positif mengakibatkan output agregat meningkat dan menggeser kurva penawaran ke kanan. Jika itu terjadi pada kurva penawaran jangka pendek, perubahan tersebut mengakibatkan ekuilibrium makroekonomi jangka pendek bergerak ke kanan. Mengasumsikan permintaan agregat tidak berubah, guncangan tersebut mengakibatkan peningkatan output agregat dan penurunan tingkat harga (tekanan inflasi menurun). Selain itu, tingkat pengangguran juga turun karena bisnis meningkatkan output mereka.
Jika sebelum guncangan terjadi, perekonomian beroperasi pada lapangan kerja penuh (titik A), guncangan mengakibatkan kesenjangan output positif. Ekuilibrium jangka pendek tercapai di sebelah kanan kurva penawaran agregat jangka panjang (titik D). Akibatnya, PDB riil melebihi PDB potensial pada tingkat harga yang lebih rendah.
Sementara itu, guncangan penawaran negatif mengakibatkan output agregat turun secara drastis. Itu mengakibatkan kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri. Akibatnya, output agregat menurun disertai dengan kenaikan tingkat harga, mengasumsikan permintaan agregat tidak berubah. Situasi ini bisa mengarah pada kontraksi atau resesi. Selain itu, penurunan tingkat harga mungkin mengakibatkan tingkat inflasi melambat (disinflasi) atau bahkan, jatuh ke zona negatif (deflasi).
Pergeseran ke kiri kurva penawaran agregat jangka pendek bisa menyebabkan kesenjangan output negatif jika sebelum guncangan, perekonomian beroperasi pada lapangan kerja penuh. Ekuilibrium jangka pendek berubah dari titik C ke titik B. Akibatnya, PDB riil kurang dari PDB potensial, mengakibatkan beberapa sumber daya ekonomi menganggur dan tingkat pengangguran meningkat.
Guncangan permintaan
Guncangan permintaan mengakibatkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan atau ke kiri. Guncangan permintaan positif menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Sebaliknya, guncangan permintaan negatif berakibat kurva permintaan agregat bergeser ke kiri.
Sekarang asumsikan perekonomian berada pada kapasitas penuh. Guncangan permintaan positif mengakibatkan perekonomian beroperasi di atas kapasitas penuh karena kurva permintaan agregat bergeser ke kanan (misalnya dari AD0 ke AD1). Sebagai hasilnya, perekonomian menghasilkan lebih banyak output (dari potensial GDP ke GDP1) pada tingkat harga yang lebih tinggi (dari P2 ke P0). Pada situasi ini, perekonomian mengalami kesenjangan positif di mana output agregat melebihi output potensial.
Kesenjangan positif disertai dengan tingkat inflasi yang meningkat karena tingkat harga naik. Selain itu, tingkat pengangguran juga rendah karena perekonomian melebihi lapangan kerja penuh.
Sebaliknya, guncangan permintaan negatif mengakibatkan penurunan pada permintaan barang atau jasa. Permintaan agregat turun dan menggeser kurvanya ke kiri, misalnya dari AD1 ke AD0. Jika sebelum guncangan, perekonomian beroperasi pada kapasitas penuh di titik A, guncangan permintaan negatif mengakibatkan penurunan output dari potential GDP ke GDP2, mengasumsikan kurva penawaran agregat jangka pendek tidak bergeser (tetap di SRAS1).
Pergeseran AD1 ke AD0 mengakibatkan ekuilibrium yang baru tercapai di titik B. Sebagai hasilnya, perekonomian beroperasi di bawah kapasitas penuhnya. Dan penurunan output dari potential GDP ke GDP2 juga disertai dengan penurunan tingkat harga (dari P1 ke P0).
Faktor apa saja yang menyebabkan guncangan ekonomi?
Secara umum, guncangan ekonomi terjadi karena faktor eksternal berubah, yang mana terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan perubahan output agregat atau permintaan agregat secara dramatis.
Guncangan penawaran
Kenaikan harga minyak adalah contoh bagus penyebab guncangan penawaran negatif. Itu meningkatkan biaya produksi karena digunakan untuk berbagai industri. Sehingga, kenaikannya memaksa bisnis untuk memangkas produksi mereka. Selain itu, mereka juga meneruskan kenaikan biaya ke harga jual, mengakibatkan harga barang dan jasa naik. Situasi ini mengarah pada stagflasi di mana output agregat menurun disertai dengan kenaikan tingkat inflasi.
Dalam grafik, stagflasi terjadi ketika kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri atas. Sehingga, jika permintaan agregat tidak berubah, output turun (dari potential GDP ke GDP2) dan tingkat harga naik (dari P2 ke P0).
Selain kenaikan harga minyak, guncangan penawaran negatif bisa terjadi karena bencana alam. Banjir dan kekeringan mengakibatkan kegagalan musim panen, mengakibatkan guncangan.
Contoh terbaru adalah pandemi Covid-19. Itu mengakibatkan kendala dalam memobilisasi barang dan orang dan berdampak pada resesi di banyak negara.
Perang, seperti perang di Ukraina, adalah contoh lain. Itu mengurangi pasokan gandum di dunia secara signifikan karena melibatkan dua negara pemasok utama gandum di pasar internasional.
Selain faktor-faktor tersebut, guncangan negatif pada sisi penawaran juga dapat terjadi karena:
Kenaikan upah secara signifikan. Biaya produksi meningkat drastis dan mendorong bisnis untuk memangkas produksi.
Lonjakan harga bahan baku. Seperti kenaikan upah, bahan baku yang lebih mahal meningkatkan biaya produksi dan memaksa bisnis memangkas output.
Pemberlakuan pajak yang tinggi. Akibatnya, perusahaan harus membayar lebih banyak setiap uang yang diterima sebagai pajak.
Penghapusan subsidi. Ini meningkatkan biaya seperti yang terjadi ketika pemerintah mencabut subsidi energi.
Depresiasi tajam dalam nilai tukar. Akibatnya, biaya impor untuk bahan baku dan barang modal menjadi lebih mahal. Dampak bisa signifikan jika bisnis menggantungkan seluruh pasokan dari impor.
Kemunduran teknologi. Ini bisa berdampak dramatis pada output dan kapasitas produktif perekonomian, berdampak pada penawaran agregat jangka pendek dan jangka panjang.
Perang dagang. Ini bisa berdampak signifikan pada negara pengimpor jika selama ini mengandalkan pasokan dari negara mitra. Misalnya, perang dagang AS-China 2018 mengakibatkan guncangan dalam rantai pasokan.
Sebaliknya, guncangan penawaran positif bisa terjadi karena:
- Iklim yang menguntungkan, memungkinkan panen raya meningkat.
- Penurunan tajam harga minyak, menurunkan biaya energi dan transportasi.
- Penurunan tingkat upah, sehingga, biaya tenaga kerja menurun.
- Bahan baku yang lebih murah, sehingga, biaya input turun.
- Penurunan pajak, memungkinkan bisnis memiliki lebih banyak laba ditahan.
- Pemberian subsidi, sehingga mengurangi biaya produksi.
- Apresiasi dalam nilai tukar, sehingga membuat impor bahan baku dan barang modal menjadi lebih mahal.
Catatan: Perubahan dalam faktor di atas hanya bisa menyebabkan guncangan jika terjadi tiba-tiba dan berdampak dramatis. Jika tidak, itu tidak termasuk sebagai guncangan.
Guncangan permintaan
Guncangan permintaan negatif mengakibatkan penurunan dramatis dan tiba-tiba dalam permintaan agregat. Itu terjadi karena:
Kepercayaan konsumen jatuh, seperti selama resesi. Mereka menghadapi prospek pekerjaan dan pendapatan yang memburuk. Akibatnya, mereka harus mengurangi pengeluaran konsumsi dan lebih banyak berhemat.
Resesi global. Akibatnya, ekspor jatuh karena permintaan terhadap produk domestik berkurang. Ini bisa berdampak signifikan jika sebuah negara mengandalkan ekspor untuk menumbuhkan perekonomian mereka.
Kenaikan pajak. Jika pemerintah menaikkan pajak secara signifikan, itu mengurangi pendapatan disposabel (jika dikenakan pada pendapatan) dan membuat harga menjadi lebih mahal (jika dikenakan pada barang dan jasa). Akibatnya, permintaan terhadap barang dan jasa jatuh akibat penurunan pendapatan disposabel atau kenaikan harga barang dan jasa.
Kenaikan suku bunga. Jika bank sentral menaikkan suku bunga secara agresif, itu meningkatkan biaya pinjaman, memaksa rumah tangga menunda belanja yang dibiayai oleh pinjaman, seperti rumah dan mobil.
Kekayaan jatuh. Misalnya, asset bubble pecah, mengakibatkan kekayaan rumah tangga jatuh seketika. Akibatnya, konsumen mengurangi belanja mereka karena kekayaan mereka lenyap sekejap.
Perang dagang. Jika pemerintah menghentikan ekspor sebagai implementasi perang dagang, itu bisa menyebabkan guncangan negatif pada permintaan agregat.
Apresiasi nilai tukar. Apresiasi tajam dalam nilai tukar mengakibatkan barang domestik menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri. Sehingga, itu bisa mengakibatkan ekspor jatuh.
Kemudian, jika faktor-faktor di atas bergerak ke arah berlawanan, itu bisa menyebabkan guncangan permintaan positif. Misalnya, asset bubble meningkatkan kekayaan rumah tangga, mendorong permintaan barang dan jasa. Dalam situasi ini, pemangkasan suku bunga memperkuat dampak asset bubble untuk berdampak pada konsumsi.
Secara singkat, guncangan positif di sisi permintaan terjadi akibat:
- Kepercayaan konsumen kuat
- Ekspansi perekonomian global
- Pemangkasan dramatis pajak
- Pemangkasan tajam suku bunga
- Kenaikan kekayaan
- Depresiasi nilai tukar
Sebagaimana guncangan penawaran, perubahan dalam faktor di atas akan mengarah pada guncangan jika menyebabkan perubahan tiba-tiba dan dramatis dalam permintaan agregat. Jika tidak, kita anggap itu sebagai perubahan normal.
Bacaan selanjutnya
- Guncangan Permintaan: Definisi dan Penjelasan Singkat
- Guncangan Penawaran: Contoh, Sebab, Dampak
- Guncangan Ekonomi: Jenis, Penyebab, Dampak
- Guncangan Ekonomi Yang Merugikan: Contoh, Dampak, Solusi
- Ekuilibrium Makroekonomi: Konsep, Jangka Pendek dan Jangka Panjang
- Permintaan Agregat: Definisi, Alasan Miring, Determinan
- Penawaran Agregat: Definisi, Faktor Penentu