Contents
Apa itu: Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah rasio keuangan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (keuntungan). Rasio profitabilitas dipandang sebagai pendorong kunci nilai perusahaan dan karenanya, faktor penting untuk memvaluasi harga sahamnya. Banyak analis saham menjadikan profitabilitas sebagai fokus mereka.
Mengapa rasio profitabilitas penting?
Kita bisa menjawab beberapa pertanyaan berikut dengan menganalisis rasio profitabilitas.
- Apakah perusahaan menghasilkan uang?
- Apakah keuntungan perusahaan menjadi lebih baik atau lebih buruk dari tahun ke tahun?
- Seberapa baik perusahaan mengkonversi pendapatan menjadi keuntungan?
- Seberapa baik perusahaan memanfaatkan aset dan modalnya untuk menghasilkan keuntungan?
- Seberapa menguntungkannya dibandingkan dengan pesaingnya?
Profitabilitas rasio keuangan penting lainnya selain rasio aktivitas, likuiditas dan profitabilitas. Analis saham, kreditur, pemegang saham mengamati secara seksama rasio ini. Peningkatan laba biasanya diidentikan dengan menghasilkan lebih banyak uang atau kas (harap dicatat, laba tidak selalu setara dengan kas di bawah akuntansi akrual).
Kenaikan laba bisa karena kenaikan pendapatan, penurunan beban atau kombinasi keduanya. Pasar menyukai ketika perusahaan bisa menghasilkan lebih banyak keuntungan, mengarah pada kenaikan harga sahamnya. Sedangkan, bagi kreditur, itu berarti perusahaan bisa membayar kewajibannya tanpa masalah. Dan, kemudian, pemegang saham berharap perusahaan membayar dividen lebih besar ketika membukukan lebih banyak laba.
Bagaimana menghitung rasio profitabilitas?
Menghitung rasio profitabilitas relatif mudah karena hanya membutuhkan operasi aritmatika. Data-datanya bisa kita temukan di laporan laba rugi. Selain itu, kita juga perlu melihat data di neraca untuk menghitung pengembalian keuntungan seperti total aset. Sebelum membahas formula, mari sejenak kita bahas tentang apa saja jenis rasio profitabilitas.
Apa saja jenis rasio profitabilitas?
Kita mengukur rasio profitabilitas melalui dua sudut pandang:
- Seberapa mampu perusahaan mengkonversi pendapatan menjadi laba bersih.
- Seberapa mampu perusahaan menghasilkan keuntungan menggunakan aset yang dimiliki
Poin pertama mengevaluasi margin keuntungan. Untuk mendapatkan angkanya, kita membandingkan ukuran laba dengan penjualan/pendapatan, yang mana menggarisbawahi seberapa baik perusahaan mengkonversi penjualan menjadi laba. Beberapa margin keuntungan yang umum digunakan adalah:
- Margin laba kotor
- Margin laba operasi
- Margin laba bersih
Selain ketiga ukuran di atas, beberapa variasi dari margin keuntungan, termasuk EBIT margin, EBITDA margin, pre-tax margin, dan NOPAT margin. Dan, perhitungan juga sama, di mana kita membagi EBIT, EBITDA, NOPAT dengan pendapatan. Kemudian, penarikan kesimpulan dari mereka juga sama, di mana rasio yang lebih tinggi adalah lebih disukai.
Kembali lagi ke dua poin sebelumnya.
Poin kedua mengevaluasi pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan. Kita mengukurnya dengan membandingkan laba bersih dengan item di neraca, termasuk total aset, total modal yang diinvestasikan, dan total ekuitas. Ukuran pengembalian yang biasa digunakan adalah:
- Return on assets (ROA)
- Return on equity (ROE)
- Return on invested capital (ROIC)
Apa formula menghitung rasio profitabilitas?
Sekarang, mari kita bahas satu per satu contoh rasio profitabilitas di atas. Bagian awal membahas tentang margin profitabilitas. Kemudian, kita akan membahas tentang pengembalian keuntungan.
Margin laba kotor
Margin laba kotor atau margin kotor menunjukkan berapa persen dolar yang tersisa setelah perusahaan membayar input langsung untuk menghasilkan pendapatan. Laba kotor adalah selisih antara pendapatan dengan harga pokok penjualan, yakni biaya yang berhubungan langsung dengan produksi barang atau penyediaan layanan. Angkanya kita jumpai di laporan laba rugi.
Kita menghitung margin laba kotor dengan membagi laba kotor dengan pendapatan. Persamaan matematisnya adalah sebagai berikut:
- Margin laba kotor = Laba kotor / Pendapatan
Margin laba kotor yang lebih tinggi adalah lebih disukai karena tersedia lebih banyak dolar tersisa untuk membayar beban lainnya seperti beban operasi, bunga dan pajak. Kesimpulan sebaliknya berlaku jika itu lebih rendah.
Tapi ingat, margin laba kotor akan sangat bervariasi antar industri. Beberapa industri memiliki margin yang lebih tinggi sementara yang lain lebih rendah.
Selain itu, strategi kompetitif yang berbeda bisa menghasilkan margin keuntungan yang berbeda. Misalnya, strategi diferensiasi biasanya mengarah pada margin yang lebih tinggi karena perusahaan menjual produknya pada harga premium. Sehingga, keuntungan per unit terjual akan tinggi.
Sebaliknya, strategi kepemimpinan biaya cenderung memiliki margin kotor yang lebih rendah karena perusahaan menjual produknya di harga rata-rata industri. Keuntungan per unit lebih rendah dibandingkan di bawah strategi diferensiasi. Untuk mencapai keuntungan yang ditargetkan, perusahaan berusaha meningkatkan volume penjualan.
Margin laba operasi
Laba operasi merupakan selisih antara laba kotor dengan beban operasi, mencakup beban penjualan, umum dan administrasi. Untuk menghitung marginnya, kita membaginya dengan pendapatan.
Margin laba operasi mengukur profitabilitas perusahaan dari bisnis intinya. Itu memberi wawasan ke kita tentang seberapa banyak dollar yang dibuat oleh perusahaan dari kegiatan operasinya, dinyatakan sebagai persentase. Itu memberikan gambaran yang lebih dalam tentang kinerja keuangan karena memperhitungkan semua beban operasional, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung
Beban penjualan, umum dan administrasi mewakili biaya tetap. Perusahaan harus membayarnya terlepas dari apakah perusahaan berproduksi ataukah tidak.
Berikut adalah rumus perhitungannya:
- Margin laba operasi = Laba operasi / Pendapatan
Margin laba operasi yang lebih tinggi adalah lebih baik karena menunjukkan lebih banyak tersedia dolar bagi perusahaan untuk membayar biaya non-operasi seperti bunga dan pajak. Kemudian, perusahaan bisa membagikan sebagian sebagai dividen dan sisanya, ditahan sebagai modal internal.
Selanjutnya, jika margin laba operasi meningkat dari tahun ke tahun dan persentase kenaikannya lebih tinggi dari kenaikan margin laba kotor, itu menunjukkan perusahaan berhasil dalam mengendalikan biaya operasi.
Marjin laba bersih
Margin laba bersih mengungkapkan berapa banyak dolar yang dihasilkan perusahaan setelah menutupi seluruh pengeluarannya, baik beban operasional maupun non-operasional. Kita bisa menjumpai angka laba bersih di baris bawah laporan laba rugi. Untuk memperoleh angka marginnya, kita membaginya dengan pendapatan.
- Margin laba bersih = Laba bersih / Pendapatan
Sebagaimana margin laba kotor dan margin laba operasi, margin laba bersih yang lebih tinggi adalah lebih baik karena perusahaan menghasilkan banyak keuntungan setelah membayar semua tagihannya. Perusahaan tersebut bisa menyimpannya sebagai modal internal untuk menopang pertumbuhan di masa depan. Dan, sebagian bisa didistribusikan sebagai dividen kepada pemegang saham
Dalam kasus yang umum, margin laba ini rentan terhadap lonjakan pendapatan/beban non-operasi. Misalnya, ketika perusahaan membukukan hasil divestasi, itu akan meningkatkan laba bersih tapi tidak laba operasi. Sehingga, margin laba bersih nampak meningkat signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, padahal tidak demikian dengan margin laba operasi.
Karena alasan tersebut, penting untuk memeriksa alasan mengapa kenaikan laba bersih terjadi, apakah karena kenaikan laba operasi atau non-operasi. Selain itu, kenaikan semacam itu terjadi satu kali dan tidak berlanjut di periode berikutnya. Sebagai hasilnya, margin laba bersih akan nampak fluktuatif.
Return on Assets (ROA)
ROA membandingkan laba bersih dengan total aset. Biasanya, sebagai penyebut kita menggunakan rata-rata total aset dalam dua tahun terakhir alih-alih satu titik waktu.
ROA menjelaskan seberapa besar pengembalian untuk setiap aset yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Idealnya, perusahaan mengumpulkan aset untuk menghasilkan lebih banyak penjualan dan keuntungan. Peningkatan aset mengindikasikan skala ekonomi yang lebih tinggi, yang mana membantu menurunkan biaya dan meningkatkan margin keuntungan dan dengan demikian, meningkatkan keuntungan lebih cepat daripada aset, meningkatkan ROA.
Berikut adalah rumus matematis ROA:
- ROA = Laba bersih / Rata-rata total aset
ROA yang lebih tinggi adalah lebih baik, menunjukkan perusahaan menghasilkan lebih banyak laba untuk setiap aset yang digunakan. Sebaliknya, rasio yang lebih rendah adalah kurang disukai.
Return on Equity (ROE)
ROE memberi wawasan ke kita tentang kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pengembalian kepada pemegang saham atas investasi ekuitas mereka. Kita menghitungnya dengan membagi laba bersih dengan total ekuitas.
Beberapa perusahaan mungkin membiayai asetnya dengan utang alih-alih ekuitas. Ketika itu bisa menghasilkan lebih banyak pendapatan dan keuntungan, ROE akan cenderung naik karena laba bersih meningkat sedangkan total ekuitas tidak berubah.
Tapi, perusahaan juga tidak bisa serta merta mengambil terlalu banyak utang untuk meningkatkan ROE. Utang yang berlebihan meningkatkan risiko keuangan dan karena itu melemahkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang. Apalagi, perusahaan harus tetap membayar utang terlepas apakah menghasilkan pendapatan atau tidak.
Rumus matematis ROE adalah sebagai berikut:
- ROE = Laba bersih / Rata-rata total ekuitas
Angka ROE yang lebih tinggi adalah lebih diinginkan karena lebih banyak keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.
Variasi lain ROE adalah return on common equity (ROCE). ROCE hanya memperhitungkan laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa. Untuk menghitungnya, pertama, kita mengurangi laba bersih dengan dividen pemegang saham preferen. Kemudian, kita membaginya dengan total modal ekuitas biasa (common equity) alih-alih total ekuitas.
- Return on common equity (ROCE) = (Laba bersih – Dividen preferen) / Rata-rata ekuitas biasa
Return on invested capital (ROIC)
ROIC mengukur berapa banyak dolar yang dihasilkan dari setiap uang yang diinvestasikan di perusahaan. Modal yang diinvestasikan, secara garis besar, terbagi menjadi dua: modal ekuitas dan modal utang. Sehingga, kita menghitung modal yang diinvestasikan dengan menjumlahkan total utang plus total ekuitas.
Kemudian, untuk mendapatkan ROIC, kita membagi EBIT dengan total investasi.
- ROIC = EBIT / Rata-rata total investasi
Kita menggunakan EBIT untuk memperhitungkan semua laba yang dibukukan sebelum dibayarkan sebagai bunga atau pajak. Itu lebih informatif daripada menggunakan laba bersih sebagai pembilang karena memasukkan kembali bunga, yang mana itu merupakan pengembalian kepada kreditur. Alternatif lain selain EBIT adalah Net Operating Profit After Tax (NOPAT).
ROIC yang lebih tinggi adalah lebih baik, menunjukkan perusahaan efektif menggunakan modalnya untuk menghasilkan keuntungan. Jika itu lebih tinggi daripada biaya modal – biasanya diukur dengan weighted average cost of capital (WACC) -, perusahaan menciptakan nilai.
Bagaimana menggunakan rasio ini?
Membandingkan rasio-rasio di atas dari tahun ke tahun memberikan wawasan tentang seberapa baik kinerja keuangan perusahaan dikaitkan dengan kemampuannya dalam menghasilkan keuntungan. Dan, ditemani dengan rasio efisiensi, kita bisa mendapatkan gambaran lebih dalam tentang seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya secara internal untuk menghasilkan laba.
Selain membandingkan angkanya secara historis, rasio ini akan memberi kita lebih banyak informasi jika kita membandingkannya dengan perusahaan serupa atau rata-rata industri. Angka yang lebih tinggi relatif terhadap pesaing atau rata-rata industri menunjukkan bahwa perusahaan berkinerja lebih baik dalam membukukan keuntungan.
Kemudian, kita juga harus memahami karakteristik industri di mana perusahaan beroperasi. Ambil kasus perusahaan ritel atau perusahaan perhotelan. Margin keuntungan mungkin akan naik dan turun dari kuartal ke kuartal karena pendapatan mereka biasanya akan cenderung bersifat musiman di mana kuartal akhir mungkin adalah puncaknya. Peritel membukukan margin lebih rendah di kuartal awal dan akan naik di kuartal akhir mengikuti peningkatan pendapatan yang lebih tinggi selama musim liburan.
Sehingga, jika kita membandingkan margin laba kotor kuartal dalam satu tahun, itu bisa bias. Margin laba kotor akan terlihat membaik di tahun tersebut (meskipun kenyataannya tidak jika dibandingkan dengan periode sebelumnya). Karena alasan tersebut, kita sebaiknya membandingkannya dengan kuartal yang sama di tahun sebelumnya karena itu akan lebih informatif.
Bacaan selanjutnya
- Jenis Rasio Keuangan: Analisis dan Interpretasinya
- Rasio Aktivitas: Jenis, Rumus dan Interpretasi
- Rasio Likuiditas: Contoh, Formula, Cara Menghitung
- Rasio Solvabilitas: Formula, Contoh dan Perhitungannya
- Rasio Profitabilitas: Formula, Jenis dan Contoh
- Rasio Valuasi: Formula Dan Interpretasinya
- Gearing: Cara Mengukur, Keuntungan dan Kelemahan
- Rasio Keuangan Untuk Analisis Peringkat Kredit
- Rasio Arus Kas: Contoh, Formula dan Interpretasinya
- Analisis DuPont: Formula, Perhitungan, Dekomposisi, Pro, Kontra