Contents
Apa itu: Sentralisasi (centralization) adalah struktur hirarki pengambilan keputusan di mana eksekutif perusahaan mempertahankan otoritas dan memegang sepenuhnya pengambilan keputusan. Itu kontras dari desentralisasi, di mana manajemen tingkat atas mendelegasikannya ke level yang lebih rendah dan memberi mereka lebih banyak otonomi.
Beberapa faktor mempengaruhi itu, termasuk ukuran organisasi, kualitas manajer di setiap level, dan gaya manajemen.
Sentralisasi memungkinkan pengambilan keputusan independen dan terkontrol. Bawahan hanya perlu mengikuti arahan dari manajemen tingkat atas.
Tapi, itu bisa mengarah pada demotivasi. Bawahan merasa perusahaan tidak memberdayakan mereka. Mereka tidak bisa berpartisipasi secara aktif dalam mengambil keputusan tentang pekerjaan mereka.
Mengapa sentralisasi penting?
Desentralisasi dan sentralisasi adalah dua pendekatan dalam melegitimasi pengambilan keputusan di perusahaan. Di bawah struktur terdesentralisasi, manajer berbagi pengambilan keputusan. Manajer atas membuat keputusan strategis inti, lainnya diserahkan kepada manajer di bawahnya.
Struktur terdesentralisasi memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat. Jika masalah terjadi di level bawah, itu tidak harus diajukan ke manajemen atas untuk diambil keputusan. Melainkan, mereka bisa mengambil keputusan. Itu bisa menghemat waktu, terutama jika hirarki keputusan melibatkan banyak lapisan.
Desentralisasi juga memungkinkan partisipasi karyawan yang lebih baik. Mereka cenderung termotivasi dan bersemangat karena memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan tentang pekerjaan mereka.
Tapi, desentralisasi datang dengan beberapa risiko. Pertama, bawahan mungkin banyak melakukan kesalahan. Mereka mungkin ahli di bidangnya. Tapi, mereka mungkin bukan pengambil keputusan yang baik. Dan, mereka mungkin harus membutuhkan lebih banyak pelatihan atau pengalaman sebelum bisa menjadi pengambil keputusan yang efektif.
Kelemahan lainnya adalah inkonsisten. Apa yang diputuskan bawahan mungkin berkebalikan dengan keinginan manajer. Itu bisa menjadi masalah, dan, mungkin, mengarah ketidakharmonisan hubungan mereka.
Keputusan juga bisa tidak terkoordinir. Masing-masing bawahan mengambil keputusan sendiri-sendiri. Sehingga, hasilnya cenderung acak dan tidak terarah.
Dan, sentralisasi penting untuk mengatasi masalah-masalah semacam itu. Selain itu, manajer atas bisa mengambil keputusan yang lebih independen. Mereka tidak harus mengkonsultasikannya ke manajer di bawahnya.
Selain itu, keputusan bisa lebih terarah dan tidak acak. Itu memungkinkan bawahan untuk bergerak dalam mode yang sama tanpa sibuk mengambil keputusan sendiri-sendiri.
Bagaimana cara kerja sentralisasi?
Sentralisasi menekankan pada pengambilan keputusan terkonsentrasi di beberapa posisi. Manajer atas memiliki kekuatan pengambilan keputusan tertinggi.
Bagaimana itu diterapkan bisa bervariasi antar perusahaan. Misalnya, manajer tingkat atas menjadi pengambil keputusan. Sementara itu, manajer tingkat menengah hanya memiliki otoritas operasi. Sedangkan, manajer bawah melaksanakan setiap arahan dari atas. Dan, semua keputusan dari tingkat yang lebih rendah harus memperoleh persetujuan dari tingkat yang lebih tinggi.
Karena mengandalkan beberapa orang untuk membuat keputusan, kualitas pimpinan menjadi vital. Itu menentukan seberapa efektif organisasi. Tentu saja, kualitas buruk membuat organisasi tidak efektif.
Contoh yang umum adalah bisnis kecil. Ambil perusahaan perseorangan sebagai sebuah kasus. Pemilik bertanggung jawab atas keseluruhan organisasi. Dia mengambil semua keputusan tentang bisnis, mulai dari pemasaran, keuangan hingga produksi.
Bawahan harus melapor kepadanya ketika ingin mengambil keputusan. Mereka tidak memiliki fleksibilitas untuk melakukannya. Dan, mereka hanya bisa melakukannya jika mendapatkan instruksi dan perintah darinya.
Apa saja faktor yang mempengaruhi sentralisasi?
Beberapa perusahaan cenderung mengarah pada sentralisasi. Sementara yang lain lebih mengarah pada desentralisasi. Itu semua tergantung pada beberapa faktor, termasuk:
- Biaya
- Ukuran organisasi
- Gaya manajemen
- Kualitas manajer di setiap level
- Penyebaran geografis
- Lingkungan bisnis
Biaya. Sentralisasi memungkinkan biaya lebih sedikit. Sebaliknya, desentralisasi mengkonsumsi lebih banyak biaya, termasuk risiko jika bawahan mengambil keputusan yang salah. Sehingga, jika perusahan ingin menghemat biaya, mereka mungkin akan memilih sentralisasi.
Ambil keputusan tentang pengadaan sebagai sebuah contoh. Ketika terpusat, perusahaan bisa membeli secara besar, memungkinkannya untuk mendapatkan diskon dari pemasok.
Sebaliknya, jika masing-masing departemen atau unit melakukannya secara terpisah, perusahaan sulit untuk mendapatkan diskon. Akhirnya, perusahaan tidak mendapatkan manfaat dari skala ekonomi pembelian.
Ukuran organisasi. Perusahaan besar cenderung lebih banyak terdesentralisasi. Operasi lebih kompleks. Sehingga, hampir mustahil mengambil semua keputusan di bawah sedikit orang.
Gaya manajemen. Kepemimpinan otoriter cenderung mengarah pada sentralisasi. Sebaliknya, desentralisasi umum di bawah gaya kepemimpinan demokratis di mana bawahan mengambil lebih banyak partisipasi dalam mengambil keputusan.
Kualitas manajer di setiap level. Ketika kualitas lebih merata di level menengah dan bawah, desentralisasi mungkin bisa cocok. Mereka bisa menjadi pengambil keputusan yang efektif. Sehingga, manajer atas mempercayai mereka dan mendelegasikan lebih banyak keputusan.
Penyebaran geografis. Ketika beroperasi di beberapa area geografis, perusahaan lebih mengandalkan desentralisasi. Kantor cabang atau unit lebih mengetahui masalah di area mereka daripada kantor pusat. Sehingga, memberi mereka wewenang untuk mengambil keputusan adalah lebih baik.
Lingkungan bisnis. Lingkungan bisnis yang dinamis seringkali membutuhkan lebih banyak desentralisasi. Perusahaan harus membuat keputusan lokal yang cepat. Sehingga, manajer atas lebih mungkin untuk mendelegasikan otoritas dan pengambilan keputusan.
Apa saja keuntungan sentralisasi?
Kontrol yang lebih besar. Manajer atas memiliki lebih banyak kekuatan untuk mengambil keputusan tentang bagaimana mengalokasikan sumber daya. Mereka juga memiliki kontrol lebih besar terhadap karyawan.
Keputusan yang konsisten. Keputusan lebih seragam karena hanya sedikit orang yang memiliki wewenang untuk melakukannya, yakni terpusat di manajer atas. Sehingga, itu akan konsisten di semua departemen atau divisi.
Citra bisnis yang baik. Perusahaan dapat mempertahankan citra bisnis yang kompak karena keputusan diambil secara konsistens. Konsistensi penting, terutama, ketika perusahaan menghadapi krisis dan harus menghadapi publik.
Komunikasi lebih mudah. Sentralisasi membutuhkan lebih sedikit keterlibatan karyawan. Sehingga, manajer atas bisa mengambil keputusan sesuai diskresi mereka.
Kesatuan menuju tujuan. Manajer atas mengambil keputusan. Dan, manajemen di bawah bisa fokus menjalankan keputusan tersebut tanpa terlalu banyak pertimbangan.
Ketertiban di dalam bisnis. Manajemen mendorong karyawan untuk patuh dan tidak menyimpang. Itu menciptakan ketertiban dan kelancaran operasi di dalam organisasi.
Menghemat uang. Sentralisasi meminimalkan masalah akibat duplikasi dan kerja ekstra. Contoh bagus adalah dalam kasus pengadaan di atas, yang mana memungkinkan perusahaan bisa meraih skala ekonomi dari pembelian.
Rantai komando yang jelas. Setiap orang tahu siapa yang berwenang untuk mengambil keputusan. Tidak akan ada tumpang tindih atau kebingungan dalam pengambilan keputusan. Dan, rantai komando yang jelas semakin penting ketika perusahaan harus mengambil keputusan yang terpadu.
Operasi yang terfokus. Perusahaan bisa memenuhi visinya dengan mudah. Manajer atas mengambil keputusan strategis dan menetapkan tujuan. Sedangkan, manajer menengah dan bawah mengimplementasikannya. Sehingga, operasi di seluruh perusahan bergerak menuju dan fokus pada tujuan yang telah ditetapkan.
Kualitas yang terjaga. Manajer atas mengandalkan prosedur standar dan aturan untuk memastikan kepatuhan bawahan. Sehingga, output mereka seragam dengan kualitas sesuai standar.
Ambil contoh pekerjaan di pabrik. Jika masing-masing supervisor mengambil keputusan sendiri-sendiri, itu bisa membuat output tidak sesuai spesifikasi. Yang lebih buruk, proses produksi bisa terganggu karena tidak terkoordinasi dengan baik.
Apa saja kerugian sentralisasi?
Demotivasi. Bawahan patah semangat karena mereka tidak diberdayakan. Mereka tidak bisa berpartisipasi dalam mengambil keputusan terkait dengan pekerjaan mereka.
Retensi yang rendah. Demotivasi bisa mengarah pada turnover karyawan yang tinggi. Karyawan tidak loyal ke perusahaan karena tidak memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan inisiatif pribadi dalam pekerjaan mereka.
Kreativitas yang rendah. Bawahan lebih sedikit terlibat. Sehingga, itu mengarah pada tidak ada ide dan perspektif baru yang dibawa ke dalam sistem manajemen.
Taruhan untuk kesuksesan. Kesuksesan organisasi tergantung pada seberapa berkualitas pimpinan. Jika mereka bukanlah pengambil keputusan yang baik, itu bisa menjadi bencana besar.
Kekakuan organisasi. Bawahan mungkin merasa seperti mesin yang mana bisa digunakan dan diarahkan sesuai dengan kebutuhan pimpinan.
Keputusan yang lambat. Masalah di tingkat bawah harus melalui beberapa lapisan untuk sampai ke atas untuk diputuskan. Dan, itu mengkonsumsi lebih banyak waktu untuk mencapai orang yang dituju. Sehingga, masalah bisa menjadi semakin akut sebelum keputusan dibuat. Efek negatif ini bisa signifikan untuk perusahaan yang beroperasi di beberapa lokasi geografis yang tersebar.
Kompetensi yang tidak berkembang. Sentralisasi mencegah bawahan untuk mengembangkan kompetensi mereka. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri dengan keterampilan yang terkait dengan mengambil lebih banyak otoritas. Akhirnya, mereka tidak bisa menjadi pengambil keputusan yang baik.
Gangguan bisnis. Ketika manajer kunci keluar, itu bisa mengganggu operasi. Pengganti mungkin tidak siap untuk menggantikan dia secara efektif. Dan, bawahan tidak dilengkapi dengan kompetensi yang memadai, sehingga tidak siap untuk menggantikan dia.
Beban kerja yang berat. Eksekutif perusahaan di bawah tekanan luar biasa. Mereka harus menghabiskan banyak waktu untuk merumuskan keputusan bagi perusahaan.
Keputusan bagus, implementasi buruk. Eksekutif menghabiskan lebih banyak waktu untuk menangani keputusan. Akhirnya, lebih sedikit waktu untuk mengawasi bagaimana keputusan diimplementasikan di tingkat bawah. Akhirnya, tanpa sistem kendali yang efektif, lebih banyak keputusan diimplementasikan dengan buruk atau diabaikan oleh bawahan.
Bacaan selanjutnya
- Level Hirarki: Definisi dan Penjelasan Singkat
- Rantai Komando: Pentingnya, Elemen, Keuntungan
- Rentang Kendali: Pentingnya, Jenis, Kelebihan, Kekurangan
- Delegasi Dalam Manajemen: Cara Kerja, Keuntungan, Kerugian
- Akuntabilitas: Pentingnya, Contoh, Komponen
- Sentralisasi: Pentingnya, Cara Kerja, Determinan, Pro, Kontra
- Desentralisasi: Pentingnya, Keuntungan, Kerugian
- Birokrasi: Pentingnya, Cara Kerja, Keuntungan, Kerugian
- Delayering: Pentingnya, Cara Kerja, Kelebihan, Kekurangan
- Downsizing: Pentingnya, Alasan, Jenis, Pro, Kontra
- Otoritas: Cara Kerja, Sumber, Jenis, Contoh
- Bagan Organisasi: Pentingnya, Fitur dan Jenis