Contents
Apa itu: Stabilisator otomatis (automatic stabilizer) adalah alat-alat fiskal yang bersifat kontra siklus. Mereka memoderasi fluktuasi ekonomi tanpa campur tangan pemerintah secara langsung. Di satu waktu, ketika perekonomian sedang berkontraksi, mereka membantu perekonomian untuk menghindari pemburukan lebih lanjut, yakni resesi. Di waktu yang lain, mereka mencegah hiperinflasi dan perekonomian yang terlalu panas ketika perekonomian sedang berekspansi.
Tunjangan kesejahteraan dan pajak progresif adalah contohnya. Keduanya merangsang ekonomi ketika perekonomian melemah atau berkontraksi. Dan pada saat yang lain, mereka meredam pertumbuhan ekonomi ketika terlalu panas, menghindari kenaikan inflasi yang tajam.
Apa saja contoh stabilisator otomatis?
Stabilisator otomatis benar-benar bekerja secara otomatis. Mereka tidak memerlukan tindakan yang disengaja dari pemerintah. Misalnya, mereka tidak melibatkan perubahan dalam kode pajak dan undang-undang lainnya atau voting legislator untuk persetujuan. Dua contohnya adalah:
- Pajak progresif
- Tunjangan kesejahteraan
Pajak progresif adalah contoh umum dari stabilisator otomatis. Mereka ditetapkan secara proporsional lebih tinggi seiring dengan pendapatan kena pajak. Dengan kata lain, tarif pajak yang dikenakan akan naik seiring dengan peningkatan penghasilan kena pajak. Karena penghasilan kena pajak tergantung pada kondisi ekonomi, tarif pajak akan naik ketika ekonomi berekspansi dan turun ketika resesi.
Sementara itu, tunjangan kesejahteraan dan sosial bisa mengambil beragam program. Misalnya adalah tunjangan pengangguran, kupon makanan dan cek stimulus. Pengeluaran untuk program-program tersebut berkurang selama ekonomi makmur dan meningkat selama ekonomi merosot. Medicaid adalah contoh lain dan juga berfungsi sebagai penstabil otomatis dengan efek countercyclical.
Bagaimana cara kerja stabilisator otomatis?
Stabilisator otomatis bekerja secara kontra siklus. Mereka mempengaruhi anggaran pemerintah atau pengeluaran sektor swasta, yang mana pada akhirnya mempengaruhi permintaan agregat. Mereka meredam ekonomi ketika terlalu panas dan merangsang ekonomi ketika merosot, tanpa intervensi langsung oleh pemerintah. Dengan kata lain, mereka memainkan peran penting dalam mengurangi penyimpangan ekstrim terhadap output potensial.
Pajak progresif dan tunjangan kesejahteraan penting untuk mencegah konsekuensi negatif akibat tingkat pertumbuhan yang tidak terduga seperti resesi di mana aktivitas perekonomian jatuh. Atau, itu meredam lonjakan inflasi dan meredam perekonomian yang terlalu panas.
Ketika resesi, aktivitas ekonomi jatuh. Tingkat pengangguran tinggi karena bisnis memangkas produksi dan mengurangi pekerja untuk menjaga keuntungan. Dengan demikian, rumah tangga menghadapi prospek pendapatan dan pekerjaan yang memburuk. Jika tidak dicegah dengan stimulus ekonomi, perekonomian bisa mengarah pada resesi atau bahkan depresi.
Namun, berbeda dari kebijakan makroekonomi, yang mana membutuhkan tindakan disengaja oleh pemerintah, stabilisator otomatis bekerja secara otomatis. Mereka bekerja secara terbalik dengan situasi ekonomi yang terjadi. Sehingga, pengeluaran pemerintah akan meningkat dan pendapatan pajak akan menurun secara otomatis selama resesi.
Sementara itu, ketika sedang berekspansi, perekonomian menguji batas-batas maksimumnya. Di tahap akhir ekspansi, tekanan inflasi meningkat signifikan karena perekonomian beroperasi di atas kapasitas produktifnya. Atau dengan kata lain, PDB riil melebihi PDB potensial (kesenjangan positif atau kesenjangan inflasioner – lihat kembali konsep ekuilibrium makroekonomi). Jika tidak dicegah, itu bisa membuat perekonomian menjadi terlalu panas.
Ketika perekonomian terlalu panas, tingkat inflasi melonjak. Itu menyebabkan daya beli uang jatuh. Jika tidak dicegah, itu bisa mengarah ke hiperinflasi, di mana uang menjadi tidak berharga dalam hitungan hari. Itu terjadi karena harga barang dan jasa naik tidak terkendali. Tingginya inflasi menjatuhkan kepercayaan terhadap mata uang domestik dan dapat memicu krisis. Contoh terbaru terjadi di Venezuela yang mana dimulai di tahun 2016.
Lantas bagaimana stabilisator ekonomi bekerja dan memberikan efek terhadap perekonomian, mari kita bahas tunjangan kesejahteraan dan pajak penghasilan sebagai contoh.
Tunjangan kesejahteraan
Tunjangan kesejahteraan adalah item dalam pengeluaran pemerintah. Kenaikan dan penurunan mereka tidak membutuhkan intervensi pemerintah, melainkan terjadi secara otomatis mengikuti siklus ekonomi tapi bekerja secara terbalik. Mereka mengimbangi fluktuasi permintaan agregat. Mereka meningkatkan pengeluaran pemerintah selama resesi, dan mereka melakukan yang sebaliknya dalam ekspansi.
Sekarang ambil tunjangan pengangguran sebagai contoh.
Selama perekonomian mengalami resesi, bisnis mengurangi pekerja dan menghentikan investasi karena menghadapi tekanan keuntungan akibat permintaan yang lemah. Sementara itu, rumah tangga menghadapi prospek pendapatan dan pekerjaan yang memburuk, memaksa mereka untuk lebih berhemat dan mengurangi belanja. Penurunan konsumsi dan investasi bisa membuat aktivitas semakin jatuh, kemungkinan mengarah pada resesi besar.
Jadi, selama resesi, tingkat pengangguran meningkat. Ada lebih banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan. Mereka yang menganggur kemudian melamar program tunjangan pemerintah. Sebagai hasilnya, pengeluaran untuk tunjangan pengangguran meningkat.
Karena menggantikan pendapatan yang hilang, tunjangan tersebut membantu meredam penurunan lebih lanjut dalam konsumsi. Mereka yang menganggur masih dapat menjaga konsumsi mereka, membuat permintaan agregat tetap kuat dan tidak jatuh semakin dalam. Dikombinasikan dengan kebijakan ekspansioner lainnya, misalnya, suku bunga rendah, konsumsi yang terjaga bisa merangsang kembali aktivitas perekonomian.
Sebaliknya, tunjangan pengangguran akan berkurang selama ekspansi ekonomi. Perekonomian mencapai kemakmuran dan aktivitas bisnis meningkat. Rumah tangga melihat prospek yang kuat atas pendapatan dan pekerjaan mereka, mendorong mereka untuk meningkatkan konsumsi.
Permintaan yang kuat mendorong harga naik, merangsang bisnis untuk meningkatkan produksi demi meraup lebih banyak keuntungan. Mereka kemudian meningkatkan investasi dan merekrut tenaga kerja baru untuk meningkatkan output. Sebagai hasilnya, output perekonomian meningkat dan tingkat pengangguran menurun. Dan konsumsi dan investasi yang tumbuh tinggi meningkatkan permintaan agregat dan mendorong tingkat harga naik. Tingkat inflasi bisa melonjak tak terkendali – sebuah konsekuensi yang tidak diinginkan – jika permintaan agregat terus melonjak (misalnya melalui spiral upah-harga).
Dan pengeluaran untuk tunjangan pengangguran bekerja secara terbalik dengan situasi tersebut. Pembayaran mereka turun karena tingkat pengangguran rendah. Sehingga, pengeluaran pemerintah juga ikut turun, mengimbangi kenaikan konsumsi dan investasi. Sebagai hasilnya, itu meredam peningkatan tajam dalam permintaan agregat. Dan pertumbuhan moderat pada permintaan agregat menghasilkan tekanan inflasi yang lebih rendah.
Pajak progresif
Pajak tidak hanya mempengaruhi pendapatan pemerintah. Tapi, itu juga mempengaruhi konsumsi dan investasi. Kenaikan tarif pajak melemahkan konsumsi dan investasi karena rumah tangga dan bisnis harus menyisihkan lebih banyak uang untuk tagihan pajak. Sebagai hasilnya, lebih sedikit dolar tersedia untuk belanja dan investasi.
Untuk contoh stabilisator otomatis, mari ambil pajak progresif sebagai contoh.
Selama ekspansi ekonomi, pendapatan kena pajak meningkat. Aktivitas ekonomi meningkat dan permintaan barang dan jasa tumbuh kuat. Selain itu, tingkat pengangguran juga rendah karena bisnis merekrut pekerja untuk meningkatkan produksi. Sehingga, bisnis menghasilkan lebih banyak keuntungan selama periode ini. Begitu juga, rumah tangga lebih makmur karena pendapatan mereka meningkat. Sebagai hasilnya, pendapatan dan keuntungan yang tinggi dikenakan tarif pajak yang lebih tinggi.
Tarif pajak yang lebih tinggi memoderasi kenaikan konsumsi dan investasi. Rumah tangga dan bisnis harus membayar pajak lebih tinggi untuk setiap penghasilan tambahan yang mereka peroleh. Dan peningkatan pendapatan tidak serta merta meningkatkan belanja terhadap barang dan jasa. Sebagai hasilnya, permintaan agregat tumbuh lebih moderat.
Sebaliknya, selama resesi, aktivitas ekonomi jatuh. Pendapatan rumah tangga turun, begitu juga dengan keuntungan bisnis. Sebagai hasilnya, tagihan pajak lebih sedikit karena dikenakan dengan tarif yang lebih rendah. Selain itu, rumah tangga mungkin memenuhi syarat untuk memperoleh asuransi pengangguran, kupon makanan atau tunjangan kesejahteraan lainnya karena pendapatan mereka menurun. Tarif pajak yang lebih rendah dan tunjangan kesejahteraan mendukung permintaan terhadap barang dan jasa untuk tetap kuat selama resesi, atau setidaknya, mencegahnya turun semakin dalam.
Bacaan selanjutnya
- Anggaran Berimbang: Mengapa Penting, Efek Pengganda
- Anggaran Pemerintah: Komponen, Jenis dan Kebijakan Fiskal
- Belanja Modal Pemerintah: Contoh, Mengapa Penting
- Defisit Anggaran Siklikal: Penyebab, Cara Kerja, Dampak
- Defisit Anggaran Struktural: Cara Kerja dan Implikasinya
- Defisit Anggaran: Rumus, Penyebab, dan Akibat
- Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek
- Pajak Bersih Dalam Makroekonomi: Rumus, Efek Terhadap Ekonomi
- Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian
- Pajak: Jenis dan Dampaknya Terhadap Perekonomian
- Pembayaran Transfer: Pentingnya, Jenis, dan Kritik
- Pendapatan Pemerintah: Jenis dan Mengapa Penting?
- Pengeluaran Diskresioner Pemerintah: Apa Itu? Apa Saja Contohnya?
- Pengeluaran Lancar Pemerintah: Contoh, Perhitungan dalam PDB
- Pengeluaran Otonom: Rumus, Komponen, Faktor Penentu
- Pengeluaran Pemerintah: Komponen dan Efek Terhadap Perekonomian
- Pengeluaran Terinduksi: Definisi, Contoh, Rumus
- Stabilisator Otomatis: Contoh dan Cara Kerja
- Surplus Anggaran: Alasan Terjadi dan Efeknya
- Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?