Contents
Apa itu: Pengeluaran pemerintah (government expenditure) merujuk pada uang yang dihabiskan pemerintah untuk barang dan jasa atau item lainnya. Contohnya adalah pengeluaran untuk kegiatan operasional dan investasi layanan publik seperti pertahanan, pendidikan, perlindungan sosial, dan perawatan kesehatan. Selain itu, beberapa pengeluaran mungkin tanpa melibatkan pertukaran barang dan jasa seperti pembayaran transfer.
Di bawah defisit fiskal, pengeluaran pemerintah melebihi pendapatan pemerintah. Sebaliknya, jika pendapatan melebihi pengeluaran, maka pemerintah menjalankan surplus fiskal. Dan, ketika pengeluaran sama dengan pendapatan, kita menyebutnya sebagai fiskal berimbang (balanced fiscal).
Pengeluaran pemerintah vital dalam mempengaruhi perekonomian. Itu membentuk permintaan agregat selain konsumsi rumah tangga, investasi bisnis dan ekspor neto. Sehingga, perubahannya akan mempengaruhi perekonomian. Ketika itu meningkat, permintaan agregat meningkat dan kita mengharapkan perekonomian tumbuh lebih tinggi. Sebaliknya, ketika pemerintah memangkas pengeluarannya, permintaan agregat menurun begitu juga dengan perekonomian.
Mengapa pengeluaran pemerintah penting?
Pengeluaran pemerintah esensial bagi perekonomian. Ada beberapa alasan menjelaskannya. Pertama, itu vital untuk menyediakan layanan publik di mana swasta tidak bersedia atau tidak layak secara komersial untuk terlibat. Layanan seperti pertahanan adalah contoh bagus.
Kemudian, pemerintah menyediakan layanan publik secara terjangkau karena tidak berorientasi pada keuntungan, tidak seperti bisnis. Rumah sakit dan sekolah pemerintah hadir untuk menyediakan layanan dan menjangkau mereka yang tidak mampu mengakses pendidikan dan kesehatan swasta yang mahal.
Kedua, belanja pemerintah esensial untuk mendukung mereka yang secara ekonomi kurang mampu. Contohnya adalah tunjangan jaminan sosial. Tunjangan pengangguran adalah contoh lainnya. Item-item tersebut berkontribusi untuk menopang hidup yang layak bagi yang membutuhkan.
Ketiga, belanja pemerintah menjadi alat fiskal untuk mempengaruhi perekonomian. Perubahan dalam anggaran belanja bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Peningkatan belanja mendorong perekonomian untuk tumbuh lebih tinggi. Efek sebaliknya berlaku ketika pemerintah memangkas belanja – untuk menghindari perekonomian yang terlalu panas.
Keempat, pengeluaran pemerintah penting untuk meningkatkan kapasitas produktif perekonomian. Belanja modal untuk infrastruktur meningkatkan akumulasi modal, yang mana meningkatkan output potensial perekonomian.
Bagaimana pengeluaran pemerintah diklasifikasikan?
Pengeluaran pemerintah dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok. Misalnya, itu dibagi menjadi konsumsi pemerintah, pembayaran transfer, dan pembayaran bunga. Kemudian, dalam klasifikasi yang lain, dan yang utama, itu terbagi menjadi tiga:
- Pengeluaran saat ini (current expenditure)
- Pengeluaran modal (capital expenditure)
- Pembayaran transfer (transfer payments)
Pengeluaran saat ini (current expenditure) mewakili pengeluaran rutin untuk kegiatan operasional dan administrasi. Belanja untuk gaji pegawai sipil adalah contohnya. Contoh lainnya adalah barang dan jasa untuk peralatan kantor dn untuk menyediakan layanan publik. Pengeluaran ini bersifat rutin dan dibayar pemerintah secara teratur.
Pengeluaran modal (capital expenditure) mewakili belanja produktif oleh pemerintah. Kadang, kita menyebutnya sebagai pembentukan modal tetap. Contohnya adalah belanja infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, jalur kereta api dan bandara.
Pengeluaran modal esensial untuk meningkatkan persediaan modal di dalam perekonomian. Itu menciptakan manfaat di masa depan dengan meningkatkan kapasitas produktif perekonomian, membuatnya dapat menghasilkan lebih banyak output. Misalnya, pembangunan jalan tidak hanya menyerap tenaga kerja dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa. Tapi, itu juga merangsang aktivitas bisnis untuk meningkat dan mengurangi biaya logistik.
Pembayaran transfer (transfer payments) adalah pembayaran moneter ke sektor swasta tanpa melibatkan pertukaran barang dan jasa. Contohnya adalah tunjangan pengangguran, hibah beasiswa dan tunjangan jaminan sosial. Karena tidak ada barang dan jasa yang dipertukarkan – dan karena itu tidak merepresentasikan pengeluaran untuk produksi -, komponen ini dikecualikan dalam perhitungan PDB di bawah pendekatan pengeluaran.
Bagaimana pengeluaran pemerintah mempengaruhi perekonomian?
Pengeluaran pemerintah berkontribusi untuk meningkatkan PDB potensial. Misalnya, investasi dalam infrastruktur menciptakan efek berganda (multiplier effect) pada perekonomian dengan merangsang aktivitas bisnis dan mobilitas barang dan jasa. Akhirnya, investasi semacam itu juga meningkatkan kapasitas produktif ekonomi dalam jangka panjang.
Kemudian, dengan mengubah pengeluarannya, pemerintah mempengaruhi indikator seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat pengangguran. Sebagaimana yang diadvokasikan ekonom Keynesian, intervensi pemerintah adalah kunci untuk mempengaruhi perekonomian. Dengan mengubah anggaran fiskal (belanja dan pajak), pemerintah dapat meminimalkan atau menghindarkan perekonomian dari siklus ekonomi yang buruk seperti resesi dan ekonomi yang terlalu panas.
Misalnya, untuk mencegah atau mengeluarkan perekonomian dari resesi, pemerintah meningkatkan belanjanya. Peningkatan belanja merangsang permintaan agregat yang lebih tinggi, mendorong bisnis untuk meningkatkan produksi dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Sebagai hasilnya, perekonomian tumbuh lebih tinggi (PDB riil naik). Ketika produksi meluas, itu membantu mengurangi tingkat pengangguran.
Sebaliknya, ketika perekonomian terlalu panas, tekanan inflasi melonjak. Untuk mencegah efek yang lebih buruk (yakni hiperinflasi), pemerintah memangkas belanjanya. Belanja yang lebih rendah menurunkan permintaan agregat – dan juga tekanan inflasi. Efek sampingnya adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.
Kemudian, beberapa pengeluaran memberikan pendapatan moneter untuk rumah tangga, seperti tunjangan pengangguran dan tunjangan jaminan sosial lainnya. Mereka membantu para pengangguran atau yang kurang mampu untuk mempertahankan standar hidup minimum. Dan pada akhirnya, pengeluaran seperti itu membantu mengurangi kemiskinan ekstrem.
Efek pengeluaran pemerintah sebagai alat fiskal
Pengeluaran pemerintah adalah alat fiskal selain melalui pajak. Pemerintah menggunakan keduanya untuk mempengaruhi aktivitas perekonomian. Ketika mengintervensi perekonomian, pemerintah dapat mengubah pengeluarannya, pajak atau mengkombinasikan keduanya.
Ketika pemerintah mengadopsi kebijakan ekspansif, mereka akan meningkatkan pengeluaran. Sebaliknya, dalam kebijakan kontraktif, mereka akan mengurangi belanjanya.
Kebijakan fiskal ekspansioner. Kebijakan ini adalah untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi, biasanya ketika sedang resesi. Pengeluaran yang lebih tinggi mengarah pada peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa dalam perekonomian.
Permintaan yang lebih tinggi merangsang bisnis untuk meningkatkan produksi mereka. Mereka juga mulai merekrut pekerja baru. Sebagai hasilnya, ekonomi tumbuh, dan tingkat pengangguran menurun.
Ekonomi yang tumbuh mengarah ke prospek pendapatan rumah tangga yang lebih baik. Karena memiliki lebih banyak uang, mereka seharusnya membelanjakan lebih banyak untuk barang dan jasa. Sekali lagi, itu mendorong bisnis untuk meningkatkan produksi. Proses ini berlanjut, dan karenanya, kenaikan pengeluaran pemerintah menghasilkan efek berganda terhadap output perekonomian.
Selama resesi, perekonomian sulit mengandalkan sektor swasta untuk pulih. Mengasumsikan mereka adalah pelaku ekonomi rasional, mereka tidak akan meningkatkan investasi atau konsumsi selama periode ini. Sebaliknya, rumah tangga mengurangi konsumsi barang dan jasa dan lebih banyak menghemat karena prospek pendapatan dan pekerjaan mereka memburuk. Sementara itu, bisnis enggan berinvestasi karena keuntungan mereka tertekan dan menghadapi permintaan yang lemah. Karena pertimbangan ini, mengandalkan pemerintah adalah cara untuk keluar dari resesi, sebagaimana yang diadvokasi oleh ekonomi Keynesian.
Kebijakan fiskal kontraksioner. Sebagaimana namanya, kebijakan ini bertujuan untuk mengkontraksi atau melemahkan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah menjalankan kebijakan ini selama periode akhir ekspansi, di mana tekanan inflasi terlalu tinggi dan membuat perekonomian terlalu panas. Jika tidak dicegah, itu bisa mengarah pada hiperinflasi, yang mana bisa mengancam stabilitas perekonomian.
Untuk mengurangi tekanan inflasi, pemerintah memangkas pengeluarannya. Pemangkasan tersebut mengurangi permintaan agregat. Menghadapi penurunan permintaan agregat, tingkat harga perlahan turun dan tingkat inflasi bergerak ke arah yang lebih moderat.
Namun, karena permintaan agregat menurun, itu juga berkontribusi terhadap pelemahan pertumbuhan ekonomi. Bisnis menghadapi prospek permintaan yang lebih lemah, mendorong mereka untuk memangkas output. Sebagai hasilnya, kebijakan ini tidak hanya menurunkan tekanan inflasi. Tapi, itu juga membuat pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah. Dan jika dilakukan terlalu agresif, itu bisa mengarah pada penurunan output perekonomian (resesi) dan peningkatan tingkat pengangguran.
Efek defisit fiskal dan efek crowding-out
Defisit fiskal tidak selalu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Itu tergantung pada seberapa besar belanja pemerintah memberikan efek multiplier terhadap output perekonomian. Dan dalam ilmu ekonomi, kita mengukur output perekonomian melalui produk domestik bruto (PDB). Di bawah pendekatan pengeluaran, ekonom mendefinisikannya sebagai berikut:
- PDB = C + I + G + NX
Di mana:
- C: Konsumsi rumah tangga
- I: Investasi bruto bisnis
- G: Pengeluaran pemerintah
- NX: Ekspor neto
Ketika PDB riil meningkat, output perekonomian meningkat. Sebaliknya, ketika itu turun, output turun. Dan kita bisa lihat, belanja pemerintah bukan satu-satunya kontributor terhadap PDB. Sehingga, meski pengeluaran pemerintah meningkat, tapi komponen lainnya menurun lebih signifikan, maka itu tidak menghasilkan peningkatan PDB. Sebaliknya, itu menurunkan PDB.
Baiklah, kita akan membahas efek belanja pemerintah terhadap investasi bruto oleh sektor swasta.
Kembali lagi ke defisit fiskal. Ketika menjalankan defisit, pendapatan pemerintah tidak cukup untuk membiayai pengeluarannya. Jadi, pemerintah harus meminjam untuk menutupi kekurangan tersebut. Cara yang paling umum untuk meminjam adalah dengan menerbitkan surat utang.
Ketika utang pemerintah telah menumpuk, kenaikan defisit fiskal mungkin tidak efektif untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Tambahan defisit meningkatkan utang dan menurunkan kemampuan bayar pemerintah. Dengan kata lain, risiko gagal bayar meningkat.
Menghadapi risiko gagal bayar yang lebih tinggi, investor akan meminta premi yang lebih tinggi untuk bersedia meminjamkan uangnya ke pemerintah. Mereka menghadapi ketidakpastian yang lebih tinggi. Dan uang mereka mungkin tidak kembali karena risiko gagal bayar yang lebih tinggi. Sehingga, ketika ingin meningkatkan defisit, pemerintah harus menawarkan suku bunga tinggi untuk menarik investor untuk membeli surat utang.
Karena surat utang pemerintah menjadi benchmark di pasar keuangan, suku bunga yang tinggi tersebut mempengaruhi pinjaman di dalam perekonomian. Misalnya, perusahaan harus membayar kupon yang lebih tinggi ketika menerbitkan surat utang karena memiliki risiko lebih tinggi daripada surat utang pemerintah. Singkat cerita, biaya pinjaman menjadi lebih mahal bagi bisnis.
Sektor bisnis mungin merespons biaya pinjaman yang lebih tinggi dengan menunda investasi. Akibatnya, investasi bisnis turun.
Situasi di mana peningkatan defisit pemerintah mengurangi investasi swasta disebut efek crowding-out. Efek bersihnya terhadap perekonomian tergantung pada mana yang lebih signifikan berpengaruh terhadap permintaan agregat? Jika penurunan investasi swasta jauh lebih signifikan daripada peningkatan pengeluaran pemerintah, defisit fiskal yang lebih tinggi justru melemahkan pertumbuhan ekonomi bukan sebaliknya.
Efek stabilisator otomatis
Dalam beberapa kasus, pengeluaran pemerintah bekerja secara kontra siklus. Dan itu tidak membutuhkan tindakan disengaja pemerintah untuk merubahnya. Melainkan itu berubah secara otomatis dan berlawanan arah dengan siklus ekonomi yang sedang terjadi.
Ambil tunjangan pengangguran sebagai contoh. Ketika siklus ekonomi sedang berekspansi, itu berkurang dan sebaliknya, selama resesi, itu naik.
Selama ekspansi, perekonomian sedang makmur. Prospek pendapatan dan pekerjaan rumah tangga membaik. Tingkat pengangguran rendah karena bisnis membutuhkan banyak tenaga kerja untuk memenuhi permintaan yang kuat. Sebagai hasilnya, pembayaran untuk tunjangan pengangguran juga akan rendah.
Sebaliknya, selama resesi, prospek pendapatan dan pekerjaan rumah tangga memburuk. Output perekonomian turun. Bisnis memecat pekerja mereka dan akibatnya, tingkat pengangguran meningkat. Selama periode ini, pembayaran untuk tunjangan pengangguran akan meningkat. Meski meningkat, pengeluaran ini esensial untuk membantu penganggur mempertahankan permintaan mereka terhadap barang dan jasa. Sehingga, permintaan agregat tidak jatuh lebih dalam dan resesi tidak semakin buruk.
Bacaan selanjutnya
- Anggaran Berimbang: Mengapa Penting, Efek Pengganda
- Anggaran Pemerintah: Komponen, Jenis dan Kebijakan Fiskal
- Belanja Modal Pemerintah: Contoh, Mengapa Penting
- Defisit Anggaran Siklikal: Penyebab, Cara Kerja, Dampak
- Defisit Anggaran Struktural: Cara Kerja dan Implikasinya
- Defisit Anggaran: Rumus, Penyebab, dan Akibat
- Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek
- Pajak Bersih Dalam Makroekonomi: Rumus, Efek Terhadap Ekonomi
- Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian
- Pajak: Jenis dan Dampaknya Terhadap Perekonomian
- Pembayaran Transfer: Pentingnya, Jenis, dan Kritik
- Pendapatan Pemerintah: Jenis dan Mengapa Penting?
- Pengeluaran Diskresioner Pemerintah: Apa Itu? Apa Saja Contohnya?
- Pengeluaran Lancar Pemerintah: Contoh, Perhitungan dalam PDB
- Pengeluaran Otonom: Rumus, Komponen, Faktor Penentu
- Pengeluaran Pemerintah: Komponen dan Efek Terhadap Perekonomian
- Pengeluaran Terinduksi: Definisi, Contoh, Rumus
- Stabilisator Otomatis: Contoh dan Cara Kerja
- Surplus Anggaran: Alasan Terjadi dan Efeknya
- Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?