Contents
Apa itu: Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio keuangan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio yang umum digunakan adalah current ratio, cash ratio, dan quick ratio. Perhitungan mereka relatif mudah karena kita hanya membutuhkan operasi aritmatika. Selain itu, akun untuk menghitung mereka juga tersedia di aset lancar dan liabilitas lancar di neraca keuangan.
Mengapa rasio likuiditas penting?
Rasio likuiditas merupakan metrik untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Itu memberitahu seberapa baik perusahaan bisa memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Itu kemudian kita ukur menggunakan beberapa rasio.
Kewajiban-kewajiban jangka pendek perusahaan tersaji dalam liabilitas lancar. Itu menunjukan beberapa akun seperti utang usaha, liabilitas akrual dan utang jangka pendek. Perusahaan harus menyelesaikan mereka semua dalam 12 bulan mendatang atau dalam satu periode akuntansi.
Seberapa mampu perusahaan melakukannya? Kita kemudian membandingkannya dengan akun di aset lancar. Misalnya, perusahaan bisa membayarnya dengan kas yang dipegang atau dengan mencairkan investasi jangka pendek. Cara lainnya adalah dengan menagih piutang dari pelanggan untuk mengumpulkan kas. Atau, perusahaan mengkonversi persediaan menjadi penjualan dan uang tunai. Dan, kemudian menggunakan uangnya untuk membayar kewajiban.
Tapi, tidak semua akun-akun di aset lancar adalah likuid. Kas dan investasi jangka pendek adalah yang paling likuid karena perusahaan bisa segera menggunakannya untuk membayar pemasok. Sebaliknya, mereka akan membutuhkan lebih banyak hari untuk mengkonversi persediaan dan piutang usaha.
Apa saja contoh rasio likuiditas dan formula untuk menghitungnya?
Tiga rasio yang umum digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan:
- Rasio kas (kas ratio)
- Rasio cepat (quick ratio)
- Rasio lancar (current ratio)
Mereka kita hitung dengan membandingkan komponen-komponen dalam aset lancar dengan liabilitas lancar. Sebagai pembilang, kita menggunakan total aset lancar atau beberapa akun didalamnya, dengan pertimbagan seberapa likuid mereka. Sedangkan, sebagai penyebut, kita menggunakan liabilitas lancar.
Perusahaan menggunakan kasnya untuk membayar liabilitasnya. Itu adalah yang paling paling likuid karena perusahaan dapat menggunakannya kapan saja dan untuk apa saja. Aset yang likuid berikutnya adalah setara kas.
Jika keduanya tidak mencukupi, perusahaan harus mengkonversi beberapa aset lancar seperti piutang usaha dan persediaan menjadi uang tunai. Tapi, jika kita bandingkan dengan kas dan setara kas, mereka kurang likuid karena tidak dapat dikonversi dengan cepat menjadi uang tunai dengan sedikit atau tanpa kehilangan nilai.
Selain ketiga rasio di atas, dua indikator lain untuk mengukur likuiditas perusahaan adalah:
- Rasio interval defensif (defensive interval ratio)
- Siklus konversi kas (cash conversion cycle)
Yang pertama menjelaskan seberapa cukup aset paling likuid perusahaan dapat menutupi pengeluaran rutin harian. Sedangkan, yang kedua mengukur berapa lama perusahaan mengkonversi uang menjadi persediaan, menjualnya dan kemudian mengumpulkan kas dari pelanggan.
Rasio kas
Rasio kas (cash ratio) adalah rasio likuiditas yang paling ketat karena hanya memperhitungkan aset paling likuid. Itu adalah metrik kunci untuk mengukur seberapa baik posisi likuiditas perusahaan untuk menghadapi kondisi stress. Untuk menghitungnya, kita menambahkan akun kas dengan setara kas. itu kita membaginya dengan liabilitas lancar. Berikut adalah rumus rasio kas:
- Rasio kas = Kas dan setara kas / Liabilitas lancar
Rasio kas yang lebih tinggi menunjukkan likuiditas yang lebih baik. Perusahaan memiliki uang yang cukup untuk membayar kewajiban lancarnya. Kesimpulan sebaliknya berlaku ketika itu lebih rendah.
Rasio cepat
Rasio cepat (quick ratio) menambahkan piutang usaha sebagai pembilang rasio kas. Sedangkan, kita tetap menggunakan liabilitas lancar sebagai penyebut. Jadi, untuk menghitungnya, kita menjumlahkan kas dan setara kas, investasi jangka pendek dan piutang usaha dan kemudian membaginya dengan liabilitas lancar.
Piutang usaha mewakili uang yang terutang oleh pelanggan. Perusahaan menjual barang atau menyediakan jasa ke mereka, tapi belum menerima pembayaran tunai saat laporan keuangan dibuat. Dan perusahaan berharap dapat menagihnya di kemudian hari.
Piutang usaha kurang likuid karena membutuhkan lebih banyak hari untuk menagihnya. Selain itu, beberapa pelanggan mungkin kesulitan membayar, sehinga, itu bisa mengarah ke piutang macet.
- Rasio cepat = (kas dan setara kas + Investasi jangka pendek + Piutang usaha) / liabilitas lancar
Seperti rasio kas, rasio cepat yang lebih tinggi adalah lebih diinginkan karena menunjukkan posisi likuiditas yang lebih baik. Rasio di atas satu berarti perusahaan seharusnya memiliki sedikit masalah dengan likuiditas. Sebaliknya, rasio yang lebih rendah mengindikasikan kondisi sebaliknya.
Rasio lancar
Rasio lancar (current ratio) merupakan metrik yang paling longgar daripada dua sebelumnya. Kita menghitungnya dengan membagi aset lancar dengan liabilitas lancar.
- Rasio lancar = Aset lancar / Liabilitas lancar
Sebagaimana kedua rasio sebelumnya, rasio yang lebih tinggi menunjukkan perusahaan memiliki aset lancar perusahaan yang cukup untuk membayar liabilitas jangka pendek. Rasio sama dengan 1 biasanya dijadikan batas. Jika lebih rendah, itu bisa mensinyalkan masalah likuiditas.
Sebagai catatan, kita harus menggunakan rasio ini dengan hati-hati karena tidak semua aset lancar berkontribusi terhadap arus kas masuk di masa depan.
Ambil contoh beban dibayar dimuka. Perusahaan mencatatnya sebagai aset lancar karena mengalirkan manfaat ekonomi ke perusahaan di masa mendatang. Tapi, itu tidak selalu mendatangkan arus kas masuk.
Beban dibayar dimuka muncul ketika perusahaan telah membayar pemasok untuk barang yang akan dikirimkan di masa mendatang. Jika itu adalan untuk pembelian bahan baku, perusahaan harus mengkonversinya terlebih dahulu. Kemudian, perusahaan menjualnya dan mengumpulkan pembayaran. Tapi, jika bukan bahan baku, itu tidak mendatangkan kas masuk sama sekali, melainkan hanya manfaat ekonomi.
Kemudian, rasio lancar juga mengandung akun persediaan, yang mana kurang likuid dibandingkan kas dan setara kas, investasi jangka pendek maupun piutang usaha.
Persediaan membutuhkan lebih banyak hari untuk menjadikannya uang tunai. Perusahaan harus menjualnya. Tapi, itu tidak selalu menghasilkan kas karena bisa saja hanya menjadi piutang usaha. Kemudian, perusahan membutuhkan beberapa hari lagi untuk mengumpulkan piutang.
Rasio interval defensif
Rasio interval defensif (defensive interval ratio) mengaitkan aset likuid perusahaan dengan pengeluaran hariannya. Kita menghitungnya dengan menjumlahkan kas, investasi jangka pendek (short-term marketable securities) dan piutang usaha. Kemudian, kita membaginya dengan pengeluaran tunai harian.
- Rasio interval defensif = (Kas + Investasi jangka pendek + Piutang usaha) / Pengeluaran tunai harian
Rasio tersebut menunjukkan seberapa cukup uang perusahan untuk menutupi pengeluaran harian. Rasio yang lebih tinggi adalah lebih disukai. Itu karena menunjukkan perusahaan mampu membayar pengeluaran dan tagihan harian tanpa mengandalkan pembiayaan dari eksternal seperti meminjam ke bank.
Siklus konversi kas
Siklus konversi kas (cash conversion cycle) mengukur berapa hari mengeluarkan uang untuk membeli persediaan hingga mengumpulkan uang kembali. Perusahaan mengkonversi kas menjadi persediaan. Kemudian, mereka menjual produk, mengumpulkan pembayaran dari pelanggan dan membayar pemasok. Rumus siklus konversi kas adalah sebagai berikut:
- Siklus konversi kas = DOH + DSO – DPO
Di mana:
- Days sales outstanding (DSO) menunjukkan berapa hari, rata-rata, perusahaan mengumpulkan pembayaran dari pelanggan.
- Days of inventory on hand (DOH) memberitahu berapa hari, rata-rata, perusahaan mengkonversi persediaan menjadi penjualan.
- Days payable outstanding (DPO) mengukur jumlah hari rata-rata perusahaan membayar pemasoknya.
Untuk menghitung ketiganya, kita bisa menggunakan rumus berikut:
- DOH = 365 / Perputaran persediaan = (Rata-rata persediaan * 365) / Harga pokok penjualan (COGS)
- DSO = 365 / Perputaran piutang usaha = (Rata-rata piutang usaha * 365) / Pendapatan
- DPO = 365 / Perputaran utang usaha = (Rata-rata utang usaha * 365) / Pembelian
Kita bisa menemukan akun-akun untuk perhitungan di laporan laba rugi dan neraca, kecuali pembelian. Kita harus menghitungnya manual dengan rumus berikut:
- Pembelian = Persediaan akhir + Harga pokok penjualan – Persediaan awal
Siklus yang lebih pendek lebih diinginkan karena perusahaan lebih cepat menghasilkan uang dari dari kegiatan operasionalnya. Itu menunjukkan operasi bisnis yang likuid. Sebaliknya, siklus yang lebih panjang menunjukkan likuiditas yang lebih buruk karena perusahaan membutuhkan lebih banyak hari untuk menghasilkan uang.
Bacaan selanjutnya
- Jenis Rasio Keuangan: Analisis dan Interpretasinya
- Rasio Aktivitas: Jenis, Rumus dan Interpretasi
- Rasio Likuiditas: Contoh, Formula, Cara Menghitung
- Rasio Solvabilitas: Formula, Contoh dan Perhitungannya
- Rasio Profitabilitas: Formula, Jenis dan Contoh
- Rasio Valuasi: Formula Dan Interpretasinya
- Gearing: Cara Mengukur, Keuntungan dan Kelemahan
- Rasio Keuangan Untuk Analisis Peringkat Kredit
- Rasio Arus Kas: Contoh, Formula dan Interpretasinya
- Analisis DuPont: Formula, Perhitungan, Dekomposisi, Pro, Kontra