Contents
Apa itu: Utang nasional (national debt) adalah uang yang terutang oleh pemerintah kepada krediturnya. Pemerintah berutang untuk menutup defisit anggaran, di mana pendapatannya kurang dari pengeluarannya. Dan semakin tinggi defisit, semakin besar utang. Kadang, kita menyebutnya sebagai utang pemerintah atau utang negara (sovereign debt).
Biasanya, pemerintah akan menerbitkan surat utang ketika meminjam, baik dalam mata uang lokal atau mata uang asing. Kreditur biasanya datang dari institusi, baik lokal dan asing seperti dana pensiun, asuransi, reksa dana, dan bank. Selain itu, individu juga bisa berpartisipasi untuk membeli surat utang ritel atau savings bonds.
Utang nasional bisa berdampak positif atau negatif terhadap perekonomian. Memang utang bisa membahayakan jika tidak terkendali. Jika menumpuk, krisis utang bisa terjadi – Sri Lanka adalah yang baru-baru ini – yang mana memiliki potensi biaya ekonomi dan sosial yang besar.
Tapi, jika dikelola dengan benar, utang juga bisa bermanfaat. Misalnya, pemerintah menggunakannya untuk membantu perekonomian tumbuh lebih cepat dengan membiayai investasi produktif. Itu memunginkan perekonomian tumbuh dalam jangka panjang dan menciptakan sumber baru bagi pendapatan pajak. Akhirnya, pendapatan pajak bisa tumbuh lebih tinggi di masa depan untuk menutup utang.
Mengapa utang nasional muncul?
Utang nasional muncul ketika pemerintah menjalankan defisit anggaran. Pendapatan pemerintah tidak cukup untuk menutup pengeluaran. Tidak seperti perusahaan, yang mana bisa mengumpulkan modal internal melalui laba ditahan, pemerintah tidak bisa melakukannya karena tidak berorientasi keuntungan. Sehingga, pemerintah harus mengambil utang untuk menutupi kekurangan tersebut.
Semakin besar defisit, semakin besar utang. Sehingga, bisa kita katakan, saldo utang saat ini mewakili akumulasi defisit dari tahun ke tahun setelah disesuaikan dengan item seperti yang jatuh tempo dan penebusan awal.
Utang memunculkan beban bunga. Dan semakin besar saldo utang dari waktu ke waktu, beban bunga menjadi semakin besar. Dan, jika pendapatan pemerintah tidak bisa meningkat lebih tinggi daripada utang, defisit menyebabkan utang semakin menumpuk. Pemerintah harus mengambil lebih banyak utang untuk membayar beban bunga dan pengeluaran lainnya.
Bagaimana pemerintah berutang?
Pemerintah biasanya mengambil pinjaman dengan menerbitkan surat utang. Mereka terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan tenornya (jangka waktu jatuh tempo), yakni bill, notes, dan obligasi. Bill adalah berjangka pendek, kurang dari satu tahun. Notes adalah untuk tenor jangka menengah, lebih dari satu tahun tapi kurang dari 10 tahun. Dan obligasi adalah untuk tenor jangka panjang. Semakin lama jatuh tempo, semakin besar bunga yang dibayarkan karena dianggap lebih berisiko.
Dimana surat utang diterbitkan? Pemerintah bisa menerbitkan surat utang di pasar modal domestik dalam mata uang lokal. Atau, pemerintah menerbitkannya di pasar luar negeri dalam mata uang asing – umum untuk obligasi -, dikenal sebagai obligasi global.
Sementara itu, kreditur atau pemegang surat utang bisa berasal dari swasta maupun publik, baik lokal maupun asing. Investor swasta yang umum adalah dana pensiun, perusahaan asuransi, dan bank. Sementara itu, investor publik bisa jadi adalah bank sentral atau pemerintah dari negara lain.
Selain itu, investor individu juga bisa berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemerintah mungkin menerbitkan surat utang ritel atau savings bonds, yang mana dipasarkan kepada mereka. Atau, mereka membeli surat utang pemerintah melalui reksa dana.
Bagaimana utang nasional dibayar?
Pemerintah membayar utang dari pendapatan yang diperoleh, terutama pajak. Ketika pajak tumbuh lebih tinggi daripada pengeluaran pemerintah, defisit menjadi lebih rendah, begitu juga dengan utang. dan jika pendapatan pajak melebihi pengeluaran, anggaran mengarah pada surplus. Dan pemerintah dapat menggunakan surplus tersebut untuk menebus utangnya, mengurangi beban utang dan bunga di masa depan.
Pendapatan pajak biasanya berhubungan secara positif dengan siklus bisnis. Selama ekspansi ekonomi, pendapatan pajak meningkat. Sebaliknya, selama resesi, itu turun.
Dengan kata lain, selama ekspansi, penerimaan pajak berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi menciptakan kemakmuran. Pendapatan rumah tangga dan keuntungan bisnis meningkat. Sehingga, pemerintah bisa memungut lebih banyak pajak.
Sebaliknya, selama resesi, pertumbuhan ekonomi lesu. Aktivitas bisnis menurun dan tingkat pengangguran naik. Akibatnya, prospek pendapatan rumah tangga dan keuntungan bisnis memburuk. Oleh karena itu, pendapatan pajak menurun selama periode ini.
Dalam kasus lain, pemerintah mungkin harus membiayai utang dengan utang baru karena masih menjalankan defisit anggaran. Di saat lingkungan bunga rendah, pilihan ini menjadi masuk akal karena utang baru bisa memiliki biaya yang rendah. Pemerintah membiayai utang lama yang malah dengan utang baru yang lebih murah. Sehingga, beban bunga ke depan lebih rendah.
Bagaimana mengukur tingkat kesehatan utang nasional?
Diantara indikator untuk mengukur tingkat kesehatan utang nasional adalah rasio utang terhadap PDB (debt-to-GDP ratio). Rasio yang rendah adalah lebih disukai karena menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi untuk membayar kembali utang. Ketika PDB meningkat (perekonomian tumbuh), pendapatan agregat dan aktivitas ekonomi meningkat. Akhirnya, itu meningkatkan basis pajak seperti pendapatan rumah tangga, keuntungan bisnis, properti dan konsumsi. Itulah alasan mengapa rasio yang lebih rendah adalah lebih baik.
Metrik lain adalah sovereign rating. Itu adalah penilaian independen oleh lembaga pemeringkat atas kelayakan kredit suatu negara. Peringkat yang lebih tinggi adalah lebih baik karena menunjukkan kemampuan bayar yang lebih baik dan karena itu, tingkat risiko gagal bayar yang lebih rendah.
Apa saja faktor yang meningkatkan utang nasional?
Beberapa faktor meningkatkan utang nasional. Defisit anggaran adalah alasan utama. Ketika pemerintah menjalankan defisit anggaran yang lebih besar, pemerintah harus meminjam lebih banyak. Akhirnya, utang meningkat lebih tinggi akibat kenaikan defisit. Faktor lainnya adalah:
Suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan beban. Pemerintah harus membayar bunga yang lebih tinggi. Sehingga, jika pendapatan pemerintah tidak tumbuh lebih tinggi daripada peningkatan bunga, defisit dan utang di masa depan meningkat.
Pajak. Pemerintah membayar utang melalui pajak sebagai sumber utama. Sehingga, jika pajak tidak tumbuh, defisit akan semakin besar dan demikian juga dengan utang.
Diskresi pemerintah. Pemerintah sengaja meningkatkan defisit fiskal untuk merangsang perekonomian selama resesi. Pemerintah meningkatkan pengeluarannya, memangkas pajak atau mengkombinasikan keduanya. Konsekuensinya, utang meningkat.
Apa sisi positif utang nasional?
Utang nasional esensial bagi dalam perekonomian modern. Itu memiliki efek positif, yang mana dapat kita kaitkan dengan pasar keuangan, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi.
Sebagai instrumen investasi
Surat utang pemerintah menjadi sarana bagi masyarakat untuk menabung. Ketika kita membelinya, kita, pada dasarnya, meminjamkan uang kita kepada pemerintah. Sebagai pengembalian, kita memperoleh bunga. Singkat cerita, kita bisa mengumpulkan lebih banyak kekayaan dengan membeli surat utang pemerintah.
Dan surat utang pemerintah adalah instrumen investasi yang lebih aman daripada saham dan surat utang korporasi. Membeli mereka memberi kita pendapatan yang dapat diprediksi, biasanya kita mendapatkannya dua kali setahun. Selain itu, kita akan mendapatkan pokok pada saat jatuh tempo.
Benchmark di pasar modal
Pasar surat utang pemerintah juga penting untuk membangun pasar keuangan yang maju. Misalnya, harganya menjadi benchmark ketika kita memvaluasi instrumen fixed income yang lebih berisiko seperti surat utang korporasi. Secara sederhana, kita menambahkan premi ke obligasi pemerintah untuk menentukan harga obligasi korporasi.
Sehingga, ketika pasar surat utang pemerintah telah maju, kita bisa menilai harga wajar obligasi korporasi secara handal. Tanpa itu, kita tidak memiliki patokan pasti untuk valuasi mereka.
Begitu juga dengan saham. Ketika menggunakan model discounted cash flow (DCF), kita mengandalkan yield obligasi pemerintah untuk menghitung tingkat diskonto, yang mana mewakili biaya modal ketika berinvestasi di saham sebuah perusahaan. Model yang umum digunakan untuk menghitung tingkat diskonto adalah melalui capital asset pricing model (CAPM), yang mana menggunakan yield obligasi pemerintah untuk merepresentasikan bunga bebas risiko (risk-free rate).
Membiayai investasi produktif
Pemerintah berhutang karena pendapatannya tidak cukup untuk membiayai pengeluaran. Selama utang digunakan untuk tujuan yang tepat, itu bisa bermanfaat bagi perekonomian. Misalnya, pemerintah menggunakannya untuk investasi produktif seperti membangun jalan dan memperbaiki pendidikan dan pelatihan kerja. Itu meningkatkan akumulasi modal dan memperbaiki modal manusia. Modal fisik seperti jalan dan jembatan mendorong aktivitas meningkat dan mengurangi biaya logistik. Sementara itu, pendidikan dan pelatihan membuat tenaga kerja menjadi lebih produktif. Investasi semacam itu meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Kebijakan fiskal pemerintah
Utang adalah konsekuensi ketika pemerintah menjalankan kebijakan ekonomi. Pemerintah harus berhutang lebih banyak ketika menjalankan defisit anggaran yang lebih tinggi. Dan defisit tersebut diperlukan ketika pemerintah ingin merangsang perekonomian (dikenal sebagai kebijakan fiskal ekspansioner).
Pemerintah menaikkan defisit dengan meningkatkan pengeluaran, memangkas pajak atau memilih keduanya. Pengeluaran yang lebih tinggi dan pajak yang lebih rendah mendorong permintaan agregat meningkat, merangsang perekonomian untuk tumbuh. Kebijakan ini diambil selama perekonomian lemah atau resesi. Pemerintah mengharapkan defisit yang lebih tinggi mengeluarkan perekonomian dari resesi.
Efek kekayaan
Surat utang pemerintah juga mendukung pertumbuhan ekonomi melalui efek kekayaan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, mereka adalah sarana bagi kita untuk mengumpulkan kekayaan.
Dan, kekayaan kita mempengaruhi konsumsi kita dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi – dikenal sebagai efek kekayaan. Misalnya, ketika harga surat utang pemerintah naik, kekayaan kita meningkat. Kita bisa menyisihkan pendapatan bulanan untuk belanja lebih banyak dan lebih sedikit untuk ditabung tanpa kuatir dengan kekayaan kita. Konsumsi akhirnya meningkat dan mendorong perekonomian tumbuh lebih tinggi.
Pilihan lebih baik daripada mencetak uang
Pemerintah bisa membiayai defisit dengan pajak atau mencetak uang. Alternatif pertama lebih diinginkan daripada alternatif kedua. Mencetak uang bisa membahayakan perekonomian. Itu mendestabilisasi ekonomi karena inflasi bisa melonjak.
Ketika pemerintah mencetak uang, jumlah uang yang beredar melonjak. Sehingga, lebih banyak uang mengejar lebih sedikit barang, menyebabkan harga melonjak.
Jika inflasi tidak terkendali, itu mengarah pada hiperinflasi. Situasi ini berbahaya karena harga barang dan jasa naik pesat dalam sekejap. Akhirnya, itu memperburuk kepercayaan pada mata uang domestik. Orang tidak lagi percaya dengan uang karena daya belinya domestik jatuh seketika.
Apa sisi negatif utang nasional?
Utang yang menumpuk bisa berbahaya bagi perekonomian. Beban anggaran meningkat, mengarah pada fiskal yang tidak berkesinambungan. Konsekuensi-konsekuensi negatif dari utang nasional yang tinggi adalah:
Krisis utang
Utang yang menumpuk menurunkan kemampuan pemerintah dalam melunasinya. Risiko gagal bayar meningkat, menyebabkan kepercayaan kreditur jatuh. Dan situasi tersebut bisa mengarah pada krisis utang, yang mana memiliki biaya ekonomi dan sosial yang besar. Krisis utang di Sri Lanka dan Eropa adalah contohnya.
Suku bunga tinggi
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, utang yang signifikan meningkatkan risiko gagal bayar. Akibatnya, kreditur meminta bunga yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko yang lebih tinggi terseubt. Dan sulit bagi pemerintah untuk menegosiasikan bunga rendah ketika utang tinggi. Tanpa bunga tinggi, kreditur tidak bersedia untuk meminjamkan uangnya.
Efeknya bisa menular ke perekonomian secara keseluruhan. Karena dijadikan benchmark, harga instrumen keuangan yang lebih berisiko seperti obligasi korporasi juga ikut naik. Sebagai hasilnya, suku bunga tinggi di dalam perekonomian.
Efek crowding out
Utang tinggi mengarah pada suku bunga tinggi, bisa menyebabkan penurunan investasi swasta. Bisnis melihat biaya berinvestasi menjadi lebih mahal, mungkin lebih dari yang keuntungan yang dapat dihasilkan. Akibatnya, investasi mereka tidak layak karena biaya modal yang tinggi. Situasi tersebut mendemotivasi mereka untuk berinvestasi.
Penurunan investasi swasta mungkin berdampak lebih signifikan pada pertumbuhan ekonomi daripada yang didorong oleh defisit anggaran. Pemerintah berhutang karena menjalankan defisit anggaran untuk merangsang perekonomian. Tapi, apa yang pemerintah usahakan tersebut mungkin sia-sia karena pada saat yang sama, investasi swasta jatuh akibat bunga yang tinggi.
Investasi publik lebih rendah
Beban bunga semakin besar ketika utang meningkat. Akibatnya, pemerintah akan menghabiskan lebih banyak anggarannya untuk membayar bunga.
Pemerintah wajib memasukkan pembayaran bunga ke anggaran sebelum memutuskan pengeluaran lainnya untuk mencegah gagal bayar. Karena beban bunga meningkat, itu bisa mengurangi investasi publik.
Kebijakan penghematan yang menyakitkan
Pemerintah mengambil langkah-langkah penghematan untuk mencegah gagal bayar. Pemerintah mungkin memilih menaikkan pajak atau mengurangi pengeluaran pemerintah. Atau, mereka mengkombinasikan keduanya jika dirasa perlu untuk mengurangi utang secara signifikan.
Kebijakan penghematan tersebut tersebut bisa menyakitkan bagi perekonomian. Publik harus membayar beban pajak yang naik. Selain itu, layanan publik menurun karena pemerintah mengurangi anggaran pengeluaran.
Bacaan selanjutnya
- Anggaran Berimbang: Mengapa Penting, Efek Pengganda
- Anggaran Pemerintah: Komponen, Jenis dan Kebijakan Fiskal
- Belanja Modal Pemerintah: Contoh, Mengapa Penting
- Defisit Anggaran Siklikal: Penyebab, Cara Kerja, Dampak
- Defisit Anggaran Struktural: Cara Kerja dan Implikasinya
- Defisit Anggaran: Rumus, Penyebab, dan Akibat
- Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek
- Pajak Bersih Dalam Makroekonomi: Rumus, Efek Terhadap Ekonomi
- Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian
- Pajak: Jenis dan Dampaknya Terhadap Perekonomian
- Pembayaran Transfer: Pentingnya, Jenis, dan Kritik
- Pendapatan Pemerintah: Jenis dan Mengapa Penting?
- Pengeluaran Diskresioner Pemerintah: Apa Itu? Apa Saja Contohnya?
- Pengeluaran Lancar Pemerintah: Contoh, Perhitungan dalam PDB
- Pengeluaran Otonom: Rumus, Komponen, Faktor Penentu
- Pengeluaran Pemerintah: Komponen dan Efek Terhadap Perekonomian
- Pengeluaran Terinduksi: Definisi, Contoh, Rumus
- Stabilisator Otomatis: Contoh dan Cara Kerja
- Surplus Anggaran: Alasan Terjadi dan Efeknya
- Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?