Contents
Dampak impor terhadap perekonomian dapat kita lihat dalam beberapa aspek. Misalnya, di tingkat mikro, impor mempengaruhi persaingan dengan menambah pasokan di pasar domestik. Sebagai akibatnya, lebih banyak tekanan pada harga dan profitabilitas di pasar domestik.
Sebaliknya, impor meningkatkan pilihan bagi konsumen. Mereka memiliki lebih banyak alternatif selain produk lokal. Sehingga, mereka lebih mungkin untuk mendapatkan produk yang lebih murah atau lebih berkualitas, sesuai dengan preferensi mereka.
Sementara itu, di tingkat makro, impor dapat mempengaruhi indikator seperti inflasi dan nilai tukar. Mereka juga mewakili kebocoran di mana pendapatan yang tercipta di perekonomian domestik mengalir keluar dan tidak bisa digunakan untuk memproduksi barang dan jasa lebih lanjut.
Dampak impor terhadap persaingan
Impor meningkatkan persaingan di pasar. Produsen domestik harus menghadapi pemain asing melalui produk yang mereka kirimkan ke pasar domestik. Sebagai hasilnya, produsen domestik tidak hanya bersaing di antara mereka. Tapi, mereka juga harus bersaing dengan produk impor.
Produk impor memaksa produsen domestik untuk meningkatkan daya saing. Mereka seharusnya berinovasi untuk menciptakan produk yang lebih murah atau lebih berkualitas. Sebaliknya, misalnya, jika mereka beroperasi pada biaya yang mahal, mereka berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Akibatnya, konsumen domestik kemungkinan akan memilih produk impor karena lebih murah.
Begitu juga, konsumen mungkin memilih produk impor karena lebih unik. Mereka menawarkan fitur atau atribut lain, yang mana superior dibandingkan dengan produk lokal. Akibatnya, produk lokal sulit menandingi mereka, mengalihkan permintaan dari produsen lokal ke mereka.
Dampak impor terhadap harga
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, impor menambah pasokan di pasar domestik, selain yang berasal oleh produsen domestik. Sehingga, kenaikan impor meningkatkan pasokan pasar. Sebagai akibatnya, harga pasar akan turun, sebagaimana hukum penawaran katakan.
Sebaliknya, penurunan impor mengurangi pasokan. Jika produsen domestik tidak mampu meningkatkan pasokan untuk mengimbangi kekurangan tersebut, harga pasar akan naik.
Dampak impor terhadap profitabilitas
Impor membawa pasokan baru ke pasar domestik, menurunkan harga dan menekan profitabilitas. Situasi tersebut mungkin memaksa produsen domestik untuk menurunkan harga demi bersaing secara efektif dengan produk impor. Tanpa melakukannya, konsumen akan beralih ke produk impor.
Penurunan harga mengakibatkan margin keuntungan menjadi lebih rendah. Akibatnya, produsen domestik memperoleh keuntungan yang lebih rendah daripada sebelumnya.
Begitu juga, ketika produk impor lebih berkualitas, produsen domestik harus berinvestasi lebih banyak dalam riset dan pengembangan. Mereka harus membuat produk mereka lebih unik untuk memikat konsumen domestik untuk terus membeli. Tanpa investasi semacam itu, konsumen beralih ke produk impor karena lebih menarik.
Namun, investasi semacam itu mengkonsumsi biaya. Sehingga, produsen domestik mungkin menawarkan keunikan, sama kompetitifnya dengan produk impor. tapi, mereka mungkin tidak seefisien produsen di luar negeri.
Dampak impor terhadap konsumen
Impor menjadi cara kita untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Misalnya, produsen domestik mungkin tidak memproduksi barang atau jasa yang kita butuhkan. Sehingga, kita harus membelinya dari luar negeri. Singkat cerita, kita bisa meningkatkan kualitas hidup kita dengan memenuhi apa yang kita butuhkan dan inginkan melalui impor.
Impor memberi kita lebih banyak pilihan. Kita bisa mendapatkan dan barang yang lebih murah atau berkualitas lebih tinggi daripada produk domestik. Sehingga, kita mendapatkan apa yang kita sukai.
Selain itu, impor memaksa produsen domestik meningkatkan daya saing dengan berinovasi. Mereka harus menurunkan biaya atau meningkatkan kualitas produk agar untuk menarik pelanggan domestik dan mengamankan posisi pasar mereka. Sebagai hasilnya, inovasi tersebut pada akhirnya berkontribusi pada lebih banyak produk domestik yang lebih murah atau berkualitas.
Dampak impor terhadap teknologi
Impor merupakan saluran bagi transfer teknologi dan pengetahuan. Misalnya, ketika produsen domestik membeli barang modal seperti mesin berteknologi tinggi, mereka tidak hanya membeli barang secara fisik. Tapi, mereka juga mengimpor pengetahuan know-how, memastikan mesin digunakan dengan benar.
Namun, memang, tidak semua teknologi dan pengetahuan terkait dengan mesin tersebut diimpor. Misalnya, kita hanya mengimpor pengetahuan tentang cara menggunakan mesin secara efisien.
Tapi, kita tidak mengimpor bagaimana membuat mesin. Pengetahuan semacam itu tidak mudah dialihkan. Bahkan, itu tidak sama sekali bisa dilakukan karena produsen mesin berteknologi tinggi seringkali juga akan melindungi produk mereka. Mereka berusaha mencegah pengimpor mencuri ide produk mereka.
Dampak impor terhadap permintaan agregat
Permintaan agregat mewakili pengeluaran oleh empat sektor makroekonomi: rumah tangga, bisnis, pemerintah dan sektor eksternal. Ekonom merumuskannya sebagai berikut:
- Permintaan agregat = Konsumsi rumah tangga + Investasi bisnis + Pengeluaran pemerintah + Ekspor neto (ekspor – impor)
Meski dalam rumus di atas memiliki tanda negatif, impor tidak menurunkan permintaan agregat. Itu negatif karena kita mengaitkannya dengan berapa banyak output yang diproduksi oleh perekonomian domestik, sehingga, output agregat akan sama dengan permintaan agregat.
Dalam makroekonomi, permintaan agregat mewakili pengeluaran terhadap barang dan jasa domestik – karena alasan ini, itu akan sama dengan output agregat (diwakili oleh PDB). Pengeluaran tersebut bisa berasal dari pelaku ekonomi domestik (rumah tangga, bisnis dan pemerintah) dan pelaku ekonomi luar negeri (juga mencakup ketiga pelaku ekonomi tersebut).
Namun, tidak semua permintaan oleh pelaku ekonomi domestik dipenuhi melalui produksi domestik. Kita harus mengimpor beberapa karena mungkin tidak tersedia di pasar domestik. Atau impor menjadi pilihan yang lebih ekonomis daripada memproduksi barang dan jasa secara domestik. Sehingga, kita lebih menyukai produk impor daripada produk lokal.
Sehingga, impor hanya mewakili cara kita memenuhi kebutuhan. Kita memasok produk yang kita butuhkan dari luar negeri. Dan itu tidak berarti mengurangi permintaan kita. Dengan kata lain, misalnya, impor meningkat tidak selalu berarti menurunkan permintaan kita.
Sebaliknya, peningkatan impor bisa menandakan permintaan kita meningkat. Produksi domestik tidak mencukupi, sehingga, kita harus memasoknya dengan mengimpor produk asing.
Dampak impor terhadap pertumbuhan ekonomi
Impor mengurangi ketergantungan kita terhadap produksi domestik. Memang, ketika kita meningkatkan impor, peningkatan produksi tidak terjadi di domestik, melainkan di luar negeri. Sebagai hasilnya, peningkatan impor merangsang produksi dan pertumbuhan ekonomi di negara mitra (kebalikan dengan ekspor).
Meskipun demikian, peningkatan impor tidak berarti menurunkan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, peningkatan impor mungkin mengindikasikan permintaan domestik dan pertumbuhan ekonomi jangka pendek yang lebih kuat.
Misalnya, ketika perekonomian domestik beroperasi di atas lapangan kerja penuh, output agregat (PDB riil) melebihi output potensial (PDB potensial). Sebagai akibatnya, ada kesenjangan output positif. Produksi domestik tidak mencukupi permintaan agregat. Sehingga, untuk menutupi kesenjangan tersebut, kita meningkatkan impor.
Dampak impor terhadap output jangka panjang
Beberapa orang memandang negatif impor. Mereka memiliki argumen tentang itu. Misalnya,impor melemahkan kegiatan bisnis, pengembangan kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja dalam ekonomi domestik. Melainkan, mereka menciptakan permintaan tambahan bagi perekonomian negara mitra dan menciptakan pekerjaan dan pendapatan di sana.
Pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah atau benar. Hanya saja, kita harus melihat kembali apa yang kita impor. Sebagaimana saya jelaskan sebelumnya, impor hanya mewakili cara kita memasok barang.
Ketika barang yang kita beli sebagian besar adalah barang konsumsi, ketergantungan tinggi terhadap impor mungkin berdampak negatif. Misalnya, itu menyebabkan industri lokal tidak berkembang karena kita lebih memilih barang impor daripada barang domestik. Ketika berlangsung lama, industri domestik bisa mati, meninggalkan lebih banyak pengangguran.
Tapi, jika impor sebagian besar merupakan barang modal, seperti mesin dan peralatan, peningkatannya berkontribusi positif terhadap output agregat jangka panjang. Perekonomian domestik mengakumulasi modal. Beberapa adalah untuk mengkompensasi depresiasi, dan yang lain adalah untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Sehingga, ketika perekonomian domestik mengimpor lebih banyak barang modal, kita mengharapkan kapasitas produktif di dalam perekonomian meningkat. Peningkatan kapasitas menggeser kurva penawaran agregat jangka panjang ke kanan. Sebagai hasilnya, output potensial meningkat. Dan kita bisa menghasilkan lebih banyak barang dan jasa tanpa menghasilkan tekanan inflasi.
Karena alasan tersebut, beberapa negara mengenalkan kebijakan substitusi impor untuk membangun industri domestik mereka dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Mereka mendukung kebijakan tersebut melalui subsidi, pajak atau proteksi perdagangan. Mereka berusaha mengalihkan permintaan domestik dari produk impor ke produk lokal.
Meski meningkatkan output potensial, kebijakan substitusi impor adalah kontroversial dalam hubungan internasional dan tidak selalu sukses. Misalnya, proteksi perdagangan dengan menaikkan tarif impor bisa memicu perang dagang. Karena merugikan, negara mitra akan mengambil tindakan serupa sebagai pembalasan.
Kebijakan “Make America Great Again” oleh Donald Trump adalah contoh bagus. Itu menggarisbawahi bagaimana dia berusaha membangun industri domestik, menciptakan lebih banyak pekerjaan di Amerika Serikat, dan mengurangi ketergantungan impor. Namun,kebijakan tersebut telah memicu perang dagang dengan China dan mempertaruhkan hubungan baik dengan mitra seperti Kanada.
Dampak impor terhadap produk domestik bruto (PDB)
Impor tidak berdampak langsung terhadap PDB. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, peningkatan impor tidak berarti menurunkan PDB, indikator untuk pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, kenaikan impor mungkin menandakan perekonomian sedang tumbuh. Sehingga, kita membutuhkan lebih banyak pasokan impor untuk memenuhi permintaan.
Ekonom mengajari kita bagaimana pengeluaran agregat sama dengan output agregat dan pendapatan agregat melalui model aliran melingkar. Berawal dari ini, kita bisa menuliskan PDB sebagai berikut:
- PDB = Konsumsi rumah tangga + Investasi bisnis + Pengeluaran pemerintah + Ekspor neto (ekspor – impor)
Apa itu PDB? Itu adalah total nilai pasar untuk output agregat pada tahun tertentu. Atau dengan kata lain, itu mewakili berapa dolar barang dan jasa akhir yang dihasilkan perekonomian domestik selama setahun.
Karena fokus pada output agregat domestik, kita mengurangkan impor dalam perhitungan PDB. Sebaliknya, kita menambahkan ekspor ke dalam perhitungan tersebut. Mengapa keduanya kita lakukan? Menambahkan ekspor dan mengurangi impor ke dalam PDB adalah untuk memastikan kita hanya menghitung produksi dalam negeri.
Ambil contoh yang disederhanakan. Misalnya, kita membeli produk impor seharga $100. Pengeluaran kita dilaporkan sebagai konsumsi rumah tangga. Sebagai hasilnya, konsumsi rumah tangga meningkat $100 dan impor juga naik $100. Dan kita mendapatkan PDB sama dengan nol.
Pembelian tersebut tidak meningkatkan output domestik karena kita membelinya dari luar negeri. Melainkan, itu hanya meningkatkan output di negara mitra.
Dampak impor dalam model aliran melingkar
Impor mewakili kebocoran dalam model aliran melingkar pendapatan. Ketika mengimpor barang, uang mengalir ke dari perekonomian domestik ke negara mitra. Dengan kata lain, pendapatan tersebut ditarik keluar dari aliran melingkar pendapatan.
Apa dampaknya? Karena ditarik, uang yang kita habiskan untuk membeli barang impor tidak lagi bersirkulasi di dalam perekonomian. Dengan kata lain, itu tidak menjadi pendapatan bagi produsen domestik. Sehingga, itu mengurangi uang yang tersedia bagi bisnis untuk membiayai produksi output lebih lanjut.
Dampak impor terhadap nilai tukar
Hubungan antara impor dengan nilai tukar sedikit rumit. Mengapa? Ada hubungan timbal balik antara keduanya. Di satu sisi, impor mempengaruhi nilai tukar. Di sisi lain, nilai tukar juga mempengaruhi impor.
Untuk artikel ini, kita fokus pada yang pertama, yakni bagaimana impor mempengaruhi nilai tukar.
Ekspor dan impor tidak hanya menukarkan barang dan jasa secara fisik. Tapi, itu juga melibatkan dua mata uang berbeda sebagai pembayaran.
Misalnya, ketika orang zona euro mengekspor produk mereka ke Amerika Serikat, permintaan terhadap euro meningkat karena orang Amerika Serikat harus menukar dolar AS dengan euro untuk membayar barang yang mereka beli. Sebaliknya, ketika mereka mengimpor, permintaan terhadap dolar AS meningkat karena orang eropa harus menukar euro ke dolar AS untuk membayar barang yang mereka impor.
Singkat cerita, ekspor meningkatkan permintaan terhadap Euro, mendorong harganya terhadap dolar AS meningkat, ceteris paribus. Sebaliknya, impor meningkatkan permintaan terhadap dolar AS, menyebabkanya harganya terhadap euro meningkat. Harga 1 euro terhadap dolar AS kita sebut sebagai nilai tukar. Dengan kata lain, nilai tukar mewakili berapa banyak dolar AS yang kita dapatkan ketika kita menukar euro di tangan kita.
Sehingga, ketika impor melebihi ekspor, lebih banyak permintaan dolar AS daripada yang diterima dari ekspor. Sebagai akibatnya, nilai tukar Euro terhadap dolar AS melemah nilainya. Orang eropa melihat mata uang mereka terdepresiasi.
Sebaliknya, karena dolar AS lebih berharga ketika ditukar ke Euro, orang Amerika melihat mata uang mereka terapresiasi. Mereka bisa mendapatkan lebih banyak Euro ketika menukar 1 dollar.
Dampak impor terhadap tingkat inflasi
Anda mungkin pernah mendengar istilah inflasi yang diimpor (imported inflation). Itu adalah inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan barang yang kita impor. Istilah tersebut menggarisbawahi bagaimana inflasi di negara mitra atau pasar internasional bisa menjalar ke perekonomian domestik melalui impor.
Misalnya, perekonomian domestik membeli bahan baku dari luar negeri. Kenaikan harga mereka meningkatkan biaya produksi. Dan produsen domestik akan meneruskan kenaikan tersebut ke harga jual karena mereka berkepentingan untuk mempertahankan profitabilitas. Sebagai akibatnya, harga di pasar domestik naik.
Dan jika kenaikan harga tersebut terjadi pada skala luas, tidak hanya terjadi pada satu atau dua barang, tingkat inflasi yang tinggi di negara mitra mengakibatkan tekanan ke atas inflasi domestik. Dampaknya bisa lebih signifikan ketika kita sangat tergantung pada impor. Atau, ketika apa yang kita impor mempengaruhi sebagian besar barang dan jasa domestik, seperti dalam kasus minyak.