Contents
Kebijakan fiskal mempengaruhi permintaan agregat dan aktivitas ekonomi melalui perubahan dalam pajak dan pengeluaran pemerintah. Misalnya, pemangkasan pajak meningkatkan permintaan agregat dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
Tidak seperti bisnis maupun rumah tangga, perubahan dalam pajak dan pengeluaran tergantung pada kebijaksanaan pemerintah. Misalnya, pemerintah mungkin secara sengaja memangkas pajak selama resesi. Keputusan ini diharapkan dapat merangsang permintaan agregat dan meningkatkan aktivitas ekonomi.
Sementara itu, perekonomian sulit mengandalkan sektor bisnis dan rumah tangga untuk memulihkan aktivitas. Sebagai pelaku ekonomi yang rasional, kedua sektor akan cenderung berhemat selama resesi. Misalnya, bisnis memangkas investasi dan menempuh langkah efisiensi selama periode ini karena profitabilitas mereka tertekan. Begitu juga, sektor rumah tangga mengurangi pengeluaran konsumsi dan lebih banyak berhemat karena mereka melihat prospek pendapatan dan pekerjaan yang memburuk. Karena alasan ini, ekonom Keynesian mengadvokasi pemerintah untuk campur tangan untuk mengeluarkan perekonomian dari resesi.
Apa itu kebijakan fiskal?
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi untuk mempengaruhi perekonomian melalui perubahan dalam anggaran pemerintah. Dua alat fiskal adalah:
Pemerintah memodifikasi keduanya untuk mencapai tujuan makroekonomi seperti tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inflasi rendah dan stabil dan tingkat pengangguran rendah. Sementara pengeluaran pemerintah berdampak langsung terhadap permintaan agregat, pajak memiliki pengaruh tidak langsung. Misalnya, perubahan pajak mempengaruhi perubahan dalam pendapatan disposabel rumah tangga, yang mana pada akhirnya mempengaruhi permintaan agregat.
Apa itu permintaan agregat?
Permintaan agregat mewakili total pengeluaran oleh empat sektor dalam makroekonomi. Mereka adalah konsumsi rumah tangga, investasi bisnis, pengeluaran pemerintah dan ekspor neto.
- Permintaan agregat = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran pemerintah + Ekspor neto
Ekonom mengidentifikasi beberapa faktor mempengaruhi permintaan agregat. Tingkat harga adalah yang pertama. Faktor lainnya adalah keyakinan konsumen dan bisnis, nilai tukar, kekayaan rumah tangga, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Tidak seperti tingkat harga, perubahan dalam faktor-faktor tersebut menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan atau ke kiri. Sementara itu, perubahan tingkat harga menyebabkan perubahan dalam permintaan agregat tapi itu bergerak di sepanjang kurva.
Kemudian, pergeseran kurva permintaan agregat ke kanan akan mengarah pada peningkatan PDB riil sebagaimana ekonom tunjukkan dalam ekuilibrium makroekonomi jangka pendek. Peningkatan PDB riil menunjukkan perekonomian tumbuh dan menghasilkan lebih banyak output.
Sebaliknya, pergeseran ke kiri kurva permintaan agregat mengarah pada penurunan PDB riil. Output perekonomian menurun.
Dan secara umum, pergeseran kurva permintaan agregat memiliki dampak luas. Itu tidak hanya mempengaruhi PDB riil. Tapi, itu juga berdampak pada tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Inilah alasan mengapa pemerintah memodifikasi kebijakan fiskal untuk mencapai tujuan makroekonomi.
Bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi permintaan agregat dan perekonomian?
Ekonom membagi kebijakan fiskal menjadi dua kategori berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Mereka adalah:
- Kebijakan fiskal ekspansioner atau longgar
- Kebijakan fiskal kontraksioner atau ketat
Kebijakan fiskal ekspansioner bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Karena itu, pemerintah menjalankannya selama perekonomian lesu atau resesi.
Sementara itu, kebijakan fiskal kontraksioner bertujuan untuk memoderasi tekanan inflasi. Tingginya tekanan inflasi menciptakan ketidakstabilan terhadap perekonomian. Itu karena perekonomian menjadi terlalu panas, mengakibatkan daya beli uang jatuh. Jika tidak dimoderasi, situasi tersebut bisa menyebabkan perekonomian mengarah ke hiperinflasi di mana daya beli uang jatuh dengan cepat. Sayangnya, kebijakan fiskal kontraksioner juga berdampak negatif karena melemahkan pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan fiskal ekspansioner
Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal ekspansioner dengan:
- Memangkas pajak
- Meningkatkan pengeluaran
Pemerintah mungkin mengambil kedua opsi tersebut pada saat bersamaan ketika dirasa perlu. Akibatnya, jika sebelumnya anggaran pemerintah adalah defisit, kebijakan ini akan menyebabkan defisit semakin tinggi. Dan untuk menutupi kekurangan, pemerintah akan meningkatkan utang, misalnya dengan menerbitkan surat utang.
Jika kebijakan berjalan dengan sukses, pemangkasan pajak atau peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan permintaan agregat. Sebagai hasilnya, kurvanya bergeser ke kanan, mengarah pada PDB riil yang lebih tinggi.
Peningkatan PDB riil menunjukkan perekonomian menghasilkan lebih banyak output. Bisnis meningkatkan produksi mereka dan merekrut lebih banyak tenaga kerja. Sehingga, dampak selanjutnya adalah penurunan tingkat pengangguran.
Pemangkasan pajak
Pemangkasan pajak berdampak tidak langsung terhadap permintaan agregat. Sebagaimana kita lihat dalam rumus di atas, pajak tidak didefinisikan sebagai item dalam permintaan agregat. Melainkan, itu mempengaruhi permintaan di dalam ekonomi, misalnya, melalui dampaknya terhadap pengeluaran rumah tangga dan investasi bisnis.
Pemangkasan pajak membuat rumah tangga memiliki lebih banyak uang. Mereka membayar lebih sedikit kepada otoritas pajak. Dalam istilah ekonomi, penurunan pajak meningkatkan pendapatan disposabel mereka, yang mana dapat dialokasikan untuk dua tujuan: konsumsi dan tabungan.
Seberapa besar pemangkasan pajak berdampak pada permintaan agregat tergantung pada seberapa besar uang ekstra dalam pendapatan disposabel yang mereka belanjakan untuk konsumsi. Semakin besar ekstra uang yang mereka belanjakan ke konsumsi, semakin besar dampaknya terhadap permintaan agregat.
Peningkatan konsumsi rumah tangga meningkatkan permintaan barang dan jasa. Bisnis kemudian merespon situasi ini dengan meningkatkan produksi. Pada awalnya, mereka mungkin mengandalkan fasilitas produksi dan tenaga kerja yang ada saat ini. Tapi, jika permintaan tetap tumbuh kuat, mereka mulai berinvestasi dan merekrut lebih banyak tenaga kerja.
Kenaikan belanja pemerintah
Perubahan dalam pengeluaran pemerintah berdampak langsung terhadap permintaan agregat. Sehingga, jika pemerintah mengalokasikan belanja yang lebih besar, permintaan agregat meningkat, mendorong PDB riil tumbuh lebih tinggi.
Peningkatan belanja pemerintah dapat menciptakan multiplier effect di dalam perekonomian. Misalnya, pemerintah meningkatkan belanja infrastruktur untuk membangun jalan. Itu tidak hanya menciptakan permintaan barang dan jasa secara langsung, yakni yang terkait dengan konstruksi. Tapi, itu juga menciptakan pekerjaan dan pendapatan bagi rumah tangga, mengarah pada peningkatan lebih lanjut dalam permintaan agregat. Sebagai akibatnya, pengeluaran pemerintah menyebabkan peningkatan permintaan agregat – dan PDB – akhir yang lebih besar daripada suntikan awal.
Efek pengganda tersebut bekerja ketika output perekonomian masih berada di bawah output potensial. Sehingga, ada kapasitas cadangan di dalam perekonomian.
Tapi, jika output perekonomian berada pada output potensialnya, peningkatan pengeluaran pemerintah akan menghasilkan crowding-out effect. Tekanan inflasi meningkat tajam karena peningkatan tersebut membuat perekonomian beroperasi melebihi kapasitas produktifnya (PDB riil melebihi PDB potensial). Sebagai hasilnya, suku bunga bergerak naik, mengurangi insentif sektor bisnis untuk berinvestasi.
Selama inflasi tinggi, bank sentral mengintervensi perekonomian dengan menaikkan suku bunga untuk memoderasi tingkat inflasi. Selain itu, pemerintah harus mengambil lebih banyak utang karena defisit meningkat akibat peningkatan pengeluaran. Itu meningkatkan risiko gagal bayar dan memaksa investor meminta bunga lebih tinggi untuk mengkompensasi peningkatan risiko. Singkat cerita, situasi ini mengarah pada suku bunga tinggi di dalam perekonomian.
Suku bunga tinggi membuat bisnis membayar lebih mahal ketika membiayai investasi. Misalnya, mereka harus membayar kupon lebih tinggi ketika menerbitkan surat utang. Sebagai akibatnya, berinvestasi menjadi kurang layak, membuat mereka mengurangi belanja barang modal.
Jadi, peningkatan belanja pemerintah tidak selalu menghasilkan efek pengganda yang kuat ketika perekonomian beroperasi pada output potensialnya. Adapun, efek bersih terhadap perekonomian tergantung pada mana yang lebih signifikan, apakah penurunan investasi bisnis ataukah peningkatan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan fiskal kontraksioner
Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal kontraksioner melalui:
- Kenaikan pajak
- Penurunan belanja pemerintah
Kedua opsi menurunkan permintaan agregat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penurunan permintaan agregat ini menghasilkan pergeseran ke kiri kurvanya, mengarah pada PDB riil yang lebih rendah. Sebagai hasilnya, kebijakan ini tidak hanya memoderasi tekanan inflasi karena tingkat harga menurun. Tapi, itu juga melemahkan pertumbuhan ekonomi. Jika kebijakan terlalu agresif, itu bisa mengarahkan perekonomian menuju resesi dan mengakibatkan deflasi.
Kenaikan pajak
Ada beberapa opsi untuk kenaikan pajak, seperti menaikkan:
- Pajak penghasilan pribadi untuk mengurangi pendapatan disposabel rumah tangga.
- Pajak tidak langsung, seperti pajak cukai dan pajak pertambahan nilai, untuk mengurangi pendapatan riil.
- Pajak perusahaan untuk mengurangi laba ditahan.
Kenaikan pajak menurunkan permintaan agregat secara tidak langsung. Misalnya, itu mengurangi modal internal untuk investasi bisnis. Perusahaan harus membayar lebih banyak kepada otoritas pajak, mengurangi laba ditahan sebagai modal internal.
Sementara itu, jika diterapkan ke sektor rumah tangga, itu, misalnya, menurunkan konsumsi dengan mengurangi pendapatan disposabel. Seberapa signifikan dampaknya terhadap penurunan pengeluaran konsumsi tergantung pada berapa banyak ekstra pendapatan disposabel yang dibelanjakan alih-alih ditabung. Jika rumah tangga lebih banyak membelanjakan uang ekstra mereka, kenaikan pajak menghasilkan penurunan yang tinggi pada konsumsi mereka dan karena itu, permintaan agregat.
Kemudian, kenaikan pajak juga bisa berdampak pada penurunan pendapatan riil. Misalnya, jika pemerintah menaikkan pajak pertambahan nilai, harga barang menjadi lebih mahal. Rumah tangga mendapatkan lebih sedikit barang untuk nominal uang yang sama dibandingkan dengan sebelumnya. Akibatnya, mereka mengurangi pengeluaran untuk konsumsi.
Pemangkasan belanja pemerintah
Pemangkasan belanja pemerintah mengurangi permintaan agregat. Tidak seperti pajak, pemangkasan memiliki dampak langsung karena belanja pemerintah merupakan kontributor permintaan agregat. Misalnya, pemerintah mengalokasikan lebih sedikit untuk belanja infrastruktur. Akibatnya, permintaan terhadap barang dan jasa terkait juga turun.
Tapi, pemangkasan belanja mungkin bisa memiliki dampak lain. Misalnya, pemangkasan belanja bisa mengakibatkan peningkatan biaya logistik karena, tanpa pemeliharaan, infrastruktur memburuk. Akhirnya, kenaikan biaya logistik membebani aktivitas bisnis.
Selain itu, pemangkasan pada item seperti belanja pendidikan bisa berdampak dalam jangka panjang melalui efeknya terhadap kualitas tenaga kerja.
Beberapa ekonom juga berargumen pemangkasan menyebabkan lebih banyak investasi swasta. Misalnya, pemerintah bisa mengurangi utang karena mengeluarkan lebih sedikit, mendukung suku bunga rendah di dalam perekonomian. Situasi ini memberi insentif bagi sektor swasta untuk berinvestasi.
Bacaan selanjutnya
- Bagaimana Kebijakan Fiskal Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Bagaimana Kekayaan Rumah Tangga Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Bagaimana Nilai Tukar Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Cara Kebijakan Moneter Mempengaruhi Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Guncangan Permintaan: Definisi dan Penjelasan Singkat
- Kepercayaan Bisnis: Pengaruhnya Terhadap Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Kepercayaan Konsumen: Efeknya Terhadap Permintaan Agregat dan Perekonomian
- Kurva Permintaan Agregat: Concept, Alasan Miring ke Bawah, dan Faktor yang Mempengaruhi
- Permintaan Agregat: Definisi, Alasan Miring, Determinan
- Utilisasi Kapasitas: Hubungannya Dengan Profitabilitas, Permintaan Agregat dan Ekonomi